QS. At-Taubah Ayat 117

لَـقَدْ تَّابَ اللّٰهُ عَلَى النَّبِىِّ وَالۡمُهٰجِرِيۡنَ وَالۡاَنۡصَارِ الَّذِيۡنَ اتَّبَعُوۡهُ فِىۡ سَاعَةِ الۡعُسۡرَةِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا كَادَ يَزِيۡغُ قُلُوۡبُ فَرِيۡقٍ مِّنۡهُمۡ ثُمَّ تَابَ عَلَيۡهِمۡ‌ؕ اِنَّهٗ بِهِمۡ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌۙ
Laqat taabal laahu 'alan nabiyyi wal Muhaajiriina wal Ansaaril laziinat taba'uuhu fii saa'atil 'usrati mim ba'di maa kaada yaziighu quluubu fariiqim minhum summma taaba 'alaihim; innahuu bihim Ra'uufur Rahiim
Sungguh, Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada mereka,
Juz ke-11
Tafsir
Pada ayat ini dijelaskan salah satu wujud rahmat Allah. Sungguh, Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit ketika Perang Tabuk yang terjadi antara kaum muslim dengan orang-orang Romawi pada tahun ke-10 H, saat itu lagi musim paceklik dan cuaca sangat panas, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling dari kebenaran akibat masa sulit yang mereka alami, kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih kepada semua hamba-Nya, terlebih kepada orang-orang yang bertobat, Maha Penyayang, yakni mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka.
Ayat ini merupakan lanjutan dari ayat-ayat terdahulu, mengenai masalah tobat dari orang-orang yang mangkir dari Perang Tabuk. Adalah menjadi suatu kebiasaan dalam Al-Qur'an untuk menghentikan suatu pembicaraan, lalu mengemukakan pembicaraan yang lain, tetapi kemudian kembali lagi membicarakan masalah semula. Cara semacam ini akan memberikan pengertian yang lebih mantap dan kesan kuat dalam hati dan pikiran orang-orang yang mendengar atau membacanya, dan tidak membosankan. Selain itu juga ada hubungan dengan larangan tentang memohonkan ampunan bagi orang-orang musyrik, yang tersebut dalam ayat yang lalu, karena dalam kedua masalah ini terdapat kesalahan yang perlu ditebus dengan jalan bertobat, dan memperbaiki kekeliruan yang perlu dimintakan ampunan dari Allah.

Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia telah menerima tobat Nabi Muhammad saw dan kaum Muhajirin serta Anshar dan orang-orang mukmin lainnya, yang telah mengikuti Nabi dalam masa-masa sulit, yaitu saat Perang Tabuk, karena Perang Tabuk itu terjadi dalam saat kesulitan. Kesulitan makanan, karena saat itu musim paceklik, sehingga sebutir kurma dimakan oleh satu atau dua orang. Kesulitan air, sehingga ada yang menyembelih untanya agar dapat mengambil air dari lambungnya untuk diminum, padahal unta itu amat mereka perlukan untuk pengangkutan dari satu tempat ke tempat yang lain, sehingga seekor unta dipakai untuk keperluan sepuluh orang. Ditambah lagi udara waktu itu (waktu terjadi Perang Tabuk) amat panas. Penerimaan tobat tersebut terjadi setelah hampir berpalingnya hati segolongan kaum Anshar dan Muhajirin tersebut, sehingga mereka pergi berperang dengan perasaan enggan dan berat, bahkan ada yang dengan sengaja mangkir dari peperangan. Tetapi kemudian Allah menerima tobat mereka setelah mereka menyadari kesalahan mereka.

Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang kepada Nabi dan para pengikutnya. Oleh sebab itu Dia senantiasa menerima tobat orang-orang yang benar-benar bertobat kepada-Nya.

Menurut penafsiran Ibnu 'Abbas, yang dimaksud Allah menerima tobat Nabi ialah tobat yang dilakukan Nabi atas kekeliruan beliau lantaran mengizinkan beberapa orang tidak ikut berperang, padahal mereka tidak mempunyai udzur yang dapat dibenarkan. Yang dimaksud dengan penerimaan tobat kaum Muhajirin dan Anshar ialah tobat yang mereka lakukan dari kesalahan mereka ketika mereka merasa keberatan untuk keluar ke medan perang, padahal mereka adalah orang-orang yang dipandang paling kuat imannya. Sebagian dari mereka mempunyai kesalahan lantaran mereka suka mendengarkan pembicaraan orang-orang munafik padahal pembicaraan itu dimaksudkan untuk menimbulkan fitnah di kalangan kaum Muslimin.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. At-Taubah
Surat At Taubah terdiri atas 129 ayat termasuk golongan surat-surat Madaniyyah. Surat ini dinamakan At Taubah yang berarti pengampunan berhubung kata At Taubah berulang kali disebut dalam surat ini. Dinamakan juga dengan Baraah yang berarti berlepas diri yang di sini maksudnya pernyataan pemutusan perhubungan, disebabkan kebanyakan pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin. Di samping kedua nama yang masyhur itu ada lagi beberapa nama yang lain yang merupakan sifat dari surat ini. Berlainan dengan surat-surat yang lain, maka pada permulaan surat ini tidak terdapat basmalah, karena surat ini adalah pernyataan perang dengan arti bahwa segenap kaum muslimin dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrikin, sedangkan basmalah bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah. Surat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad s.a.w. kembali dari peperangan Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. Pengumuman ini disampaikan oleh Saidina 'Ali r.a. pada musim haji tahun itu juga.