QS. Ali 'Imran Ayat 13
Jumlah dana dan tenaga yang besar dan banyaknya sekutu yang membantu, tidak akan menjamin kemenangan dalam peperangan. Sejarah peperangan di dunia ini membuktikan kekeliruan anggapan demikian. Apa yang terjadi pada Perang Badar, di mana dua pasukan saling berhadapan, pasukan dari kaum Muslimin yang berjumlah kecil yang berjuang di jalan Allah, ditakdirkan mendapat kemenangan atas pasukan kaum musyrikin yang jauh lebih besar jumlahnya. Mereka yang memiliki akal pikiran yang sehat dan mempergunakannya untuk merenungkan segala perkara yang terjadi, serta mengambil faedah daripadanya, tentulah akan banyak memperoleh pelajaran dari peristiwa Perang Badar. Ternyata ada suatu kekuatan lain di atas segala kekuatan yang tampak. Kekuatan itulah yang sering memperkuat pasukan yang lemah hingga dia dapat mengalahkan pasukan yang kuat lagi besar dengan izin Allah.
Berperang di jalan Allah adalah kunci kemenangan. Bila perjuangan dan peperangan tujuannya untuk membela kebenaran, melindungi agama dan pemeluknya, maka jiwa pejuang-pejuangnya akan mendapat ketenangan dalam menghadapi medan pertempuran dan dapat berkonsentrasi dengan sepenuh kekuatan yang dimilikinya. Karena mereka meyakini bahwa di belakang mereka ada kekuatan yang mendorong dan ada pertolongan dari Allah. Allah menegaskan bahwa pertolongan itu akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang berjihad di jalan-Nya, asal saja mereka itu tetap tabah dan sabar serta selalu ingat kepada Allah, dan patuh kepada pimpinan.
Pada Perang Badar kedua yang terjadi tanggal 17 Ramadan tahun 2 Hijriah itu, kaum Muslimin berusaha mematuhi ketentuan-kekntuan Tuhan dan ketentuan Rasul-Nya dengan segala kemampuan yang ada, serta dengan tekad yang bulat. Mereka berperang dengan penuh keberanian, dan dengan pertolongan Allah mereka menang dalam peperangan itu.
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muhammad/47: 7).
Menurut para ahli sejarah, tentara kaum Muslimin dalam Perang Badar berjumlah 313 orang. Terdiri dari 77 orang Muhajirin dan 236 orang Ansar. Yang memegang bendera dalam pasukan Muhajirin adalah Ali bin Abi thalib, sedang bendera pasukan Ansar dipegang oleh Sa'ad bin 'Ubadah. Dalam pasukan Muslimin itu terdapat 90 ekor unta dan 2 ekor kuda perang, masing-masing dikendarai oleh Miqdad bin al-Aswad dan Martsad bin Abi Martsad. Jumlah yang terbunuh dari pihak kaum Muslimin 14 orang laki-laki, terdiri dari 6 orang Muhajirin dan 8 orang Ansar. Jumlah tentara kaum musyrikin 950 orang, dipimpin oleh 'Utbah bin Rabi'ah, dan di antara mereka terdapat Abu Sufyan dan Abu Jahal. Dalam pasukan mereka terdapat seratus ekor kuda, 700 ekor unta, dan sejumlah senjata yang tidak terbilang banyaknya.
Dalam Perang Badar jumlah pasukan kaum Muslimin hanya 313 orang saja. Tetapi dalam penglihatan kaum musyrikin ketika perang telah berkecamuk jumlah tersebut menjadi berlipat ganda, sehingga hal itu menimbulkan rasa takut dalam hati mereka. Akhirnya mereka lari dari medan pertempuran. Demikian Allah menurunkan pertolongan kepada kaum Muslimin.
Sebelum perang berkecamuk, pasukan kaum Muslimin di mata orang musyrik kelihatan sangat kecil, karena itu mereka berani menghadapi dan menyerbu musuh, seperti yang terjadi dalam Perang Badar.
Dan ketika Allah memperlihatkan mereka kepadamu ketika kamu berjumpa, mereka berjumlah sedikit menurut penglihatan matamu dan kamu diperlihatkan-Nya berjumlah sedikit menurut penglihatan mereka, itu karena Allah berkehendak melaksanakan suatu urusan yang harus dilaksanakan. Hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. (al-Anfal/8: 44)
Dengan pertolongan inilah Allah memperkuat orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan sesungguhnya pada pertolongan yang demikian itu ada pelajaran bagi orang yang mempunyai akal dan pikiran.
Surat Ali 'Imran yang terdiri dari 200 ayat ini adalah surat Madaniyyah. Dinamakan Ali 'Imran karena memuat kisah keluarga 'Imran yang di dalam kisah itu disebutkan kelahiran Nabi Isa a.s., persamaan kejadiannya dengan Nabi Adam a. s., kenabian dan beberapa mukjizatnya, serta disebut pula kelahiran Maryam puteri 'Imran, ibu dari Nabi Isa a.s. Surat Al Baqarah dan Ali 'Imran ini dinamakan Az Zahrawaani (dua yang cemerlang), karena kedua surat ini menyingkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh para Ahli Kitab, seperti kejadian dan kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. dan sebagainya.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.
Pada saat Daulah Mamalik berkuasa di Mesir, Sultan Baybars menjadikan kota Mesir sebagai arena kegiatan para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga berkembangkanlah ilmu pengetahuan di Mesir.
Dalam surat ke-107, termaktub dalam Al-Quran, Allah mengkritik orang-orang yang rajin melakukan ibadah salat lima waktu, namun tidak peduli terhadap perbaikan nasib mereka yang terpinggir, terasing, menderita dan tertindas.