QS. Al-A’raf Ayat 160
Kejadian ini merupakan mukjizat bagi Nabi Musa untuk membuktikan kerasulannya, dan untuk memperlihatkan kekuasaan Allah. Kalau dahulu dia memukulkan tongkatnya ke laut sehingga terbentanglah jalan yang akan dilalui Bani Israil untuk menyelamatkan diri dari pengejaran Firaun dan tentaranya, maka pada kejadian ini Musa memukulkan tongkatnya ke batu, sehingga keluarlah air dari batu itu untuk melepaskan haus kaumnya. Kejadian ini di samping merupakan mukjizat bagi Nabi Musa juga menunjukkan besarnya karunia Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada Bani Israil.
Di samping karunia itu Allah menyebutkan karunia lain yang telah diberikan-Nya kepada Bani Israil, yaitu:
1. Allah melindungi mereka dengan awan pada waktu mereka berjalan di tengah padang pasir dan pada waktu panas terik matahari yang membakar itu. Jika tidak awan yang melindungi, tentulah mereka terbakar oleh panasnya matahari. Hal ini terjadi ketika mereka meninggalkan negeri Mesir dan setelah menyeberangi Laut Merah. Mereka sampai di gurun pasir di Semenanjung Sinai dan ditimpa panas yang terik. Karena itu mereka minta agar Musa berdoa kepada Tuhan agar memberikan pertolongan-Nya. Maka Allah menolong mereka dengan mendatangkan awan yang dapat melindungi mereka dari panas terik matahari.
2. Di samping itu Allah mengaruniakan pula kepada mereka makanan yang disebut al-manna", semacam makanan yang manis seperti madu, yang turun terus-menerus dari langit, sejak fajar menyingsing sampai matahari terbit. Di samping itu dianugerahkan Allah pula kepada mereka bahan makanan sejenis burung puyuh yang disebut "shalwa".
3. Allah memerintahkan kepada mereka agar makan makanan yang halal, yang baik, berfaedah bagi jasmani dan rohani, akal dan pikiran.
Allah telah melimpahkan karunia-Nya yang amat besar kepada Bani Israil, tetapi mereka tidak mau bersyukur, bahkan mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah, ingkar kepada-Nya dan kepada Rasul-rasul-Nya, yang berakibat mereka mendapat azab dan siksaan-Nya. Mereka disiksa itu semata-mata karena perbuatan mereka sendiri, bukanlah karena Allah hendak menganiaya mereka. Tersebut dalam sebuah hadis Qudsi:
"Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan (mengerjakan), kezaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikan perbuatan zalim itu (sebagai suatu perbuatan) yang diharamkan di antaramu, maka janganlah kamu saling berbuat zalim (di antara sesamamu). Wahai hamba-hamba-Ku, kamu sekali-kali tidak akan dapat menimbulkan kemudaratan kepada-Ku, sehingga Aku memperoleh kemudaratan karenanya, dan kamu sekalian tidak dapat memberi manfaat kepada-Ku, sehingga Aku memperoleh manfaat karenanya". (Hadis Qudsi ialah firman Allah yang diucapkan atau disampaikan oleh Nabi Muhammad, tetapi dia bukan merupakan ayat Al-Quran. Riwayat Muslim)
Surat Al A'raaf yang berjumlah 206 ayat termasuk golongan surat Makkiyah, diturunkan sebelum turunnya surat Al An'aam dan termasuk golongan surat Assab 'uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Dinamakan Al A'raaf karena perkataan Al A'raaf terdapat dalam ayat 46 yang mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada di atas Al A'raaf yaitu: tempat yang tertinggi di batas surga dan neraka.
Bacaan selawat asyghil pertama kali dicetuskan oleh Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo. Kata asyghil, dalam bahasa Arab berarti sibuk.
Bacaan doa agar tidak hujan bisa diamalkan jika turunnya hujan justru merugikan diri kita. Doa ini dikenal juga sebagai doa agar dihindarkan dari hujan yang merusak.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.