اِنَّمَا مَثَلُ الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا كَمَآءٍ اَنۡزَلۡنٰهُ مِنَ السَّمَآءِ فَاخۡتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الۡاَرۡضِ مِمَّا يَاۡكُلُ النَّاسُ وَالۡاَنۡعَامُؕ حَتّٰۤى اِذَاۤ اَخَذَتِ الۡاَرۡضُ زُخۡرُفَهَا وَازَّيَّنَتۡ وَظَنَّ اَهۡلُهَاۤ اَنَّهُمۡ قٰدِرُوۡنَ عَلَيۡهَاۤ ۙ اَتٰٮهَاۤ اَمۡرُنَا لَيۡلًا اَوۡ نَهَارًا فَجَعَلۡنٰهَا حَصِيۡدًا كَاَنۡ لَّمۡ تَغۡنَ بِالۡاَمۡسِ ؕ كَذٰلِكَ نُـفَصِّلُ الۡاٰيٰتِ لِقَوۡمٍ يَّتَفَكَّرُوۡنَ
Innama masalul-hayatid-dun-ya kama'in anzalnahu minas-sama'i fakhtalata bihi nabatul-ardi mimma ya'kulun-nasu wal-an'am(u), hatta iza akhazatil-ardu zukhrufaha wazzayyanat wa zanna ahluha annahum qadiruna 'alaiha, ataha amruna lailan au naharan fa ja'alnaha hasidan ka'allam tagna bil-ams(i), kazalika nufassilul-ayati liqaumiy yatafakkarun
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, hanya seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur (karena air itu), di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan berhias, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman)nya seperti tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang yang berpikir.
Juz ke-11
Tafsir
Setelah dijelaskan bahwa kenikmatan yang diperoleh bagi orangorang musyrik hanyalah kenikmatan duniawi, lalu diingatkan bahwa sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi yang kamu dambakan sampai melupakan kehidupan akhirat itu akan cepat sirna, hanya seperti air hujan yang Kami turunkan dari langit, kemudian meresap ke dalam bumi, lalu tumbuhlah tanaman-tanaman bumi dengan subur karena air itu, di antaranya ada yang dimakan manusia dan hewan ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya karena tanamannya telah tumbuh warna-warni dengan sangat rindang, dan berhias indah dengan gunung-gunung dan lembah-lembahnya telah menghijau dengan beragam tanam-tanamannya, dan pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, yakni memetik hasilnya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami berupa bencana atau hama pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan tanamannya seperti tanaman yang sudah disabit, yakni telah dipanen, bahkan kedahsyatan azab tersebut mengesankan seakan-akan belum pernah tumbuh tanaman kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang yang berpikir yang mau mengambil pelajaran dari azab yang telah ditimpakan kepada orangorang yang durhaka.
Ayat ini menerangkan sifat kehidupan dunia dan perumpamaan yang tepat ditinjau dari segi kefanaanya, seperti lenyapnya suatu harapan yang mulai timbul pada diri seseorang. Sifat dunia seperti ini diserupakan dengan air hujan yang diturunkan Allah dari langit. Dengan air itu tumbuhlah beraneka macam tanaman dan tumbuhan, yang beraneka rupa dan berlainan rasa yang menjadi makanan bagi manusia dan binatang. Lalu permukaan bumi ditutupi oleh keindahan pemandangan dari pohon-pohon yang menghijau, yang dihiasi oleh bunga dan buah-buahan yang beraneka warna. Pada saat itu timbullah harapan dan cita-cita manusia yang mempunyai kebun itu, seandainya tumbuh-tumbuhan itu berbuah dan bisa dipetik. Di tengah harapan yang demikian, datanglah malapetaka yang memusnahkan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan itu, sehingga bumi yang berhiaskan pohon yang beraneka warna itu tiba-tiba menjadi datar dan rata seakan-akan belum pernah ditumbuhi apapun. Pada saat itu, sirnalah harapan dan cita-cita itu, sebagaimana kehidupan dan kesenangan duniawi yang dapat pula sirna seketika.
Kefanaan hidup di dunia itu ditegaskan oleh firman Allah:
Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? (al-Araf/7: 97-98)
Sebagaimana Allah telah memberikan perumpamaan yang tepat dan jelas dalam melukiskan keadaan kehidupan dunia dan tertipunya manusia oleh kehidupan itu karena pengaruh setan dan mengikuti hawa nafsu, maka seperti itu pulalah jelas dan terangnya Allah menerangkan hakikat tauhid, pokok-pokok agama, budi pekerti yang baik dan amal-amal yang saleh yang harus dikerjakan dan dipatuhi. Hanya orang-orang yang mau menggunakan akal pikiran yang sehatlah yang dapat memahami perumpamaan dan penjelasan itu. Banyak manusia yang lalai dan ingkar karena merasa dirinya telah merasa cukup, merasa sanggup dan merasa berkuasa, sehingga lupa akan tujuan hidup dan kehidupan yang sebenarnya.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Yunus
Surat Yunus terdiri atas 109 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah kecuali ayat 40, 94, 95, yang diturunkan pada masa Nabi Muhmmad s.a.w. berada di Madinah. Surat ini dinamai surat Yunus karena dalam surat ini terutama ditampilkan kisah Nabi Yunus a.s. dan pengikut-pengikutnya yang teguh imannya.