QS. Al-Kahf Ayat 35

وَدَخَلَ جَنَّتَهٗ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِهٖ‌ ۚ قَالَ مَاۤ اَظُنُّ اَنۡ تَبِيۡدَ هٰذِهٖۤ اَبَدًا
Wa dakhala jannatahuu wa huwa zaalimul linafsihii qoola maaa azunnu an tabiida haazihiii abadaa
Dan dia memasuki kebunnya dengan sikap merugikan dirinya sendiri (karena angkuh dan kafir); dia berkata, "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,
Juz ke-15
Tafsir
Dan dia memasuki salah satu dari dua kebunnya mengajak temannya yang mukmin untuk melihat sambil membanggakan kekayaannya sedang ia zalim terhadap dirinya sendiri karena keangkuhan dan kekufurannya atas nikmat yang dianugerahkan Allah kepadanya; ia berkata kepada temannya dengan penuh keangkuhan, "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, ia terus membuahkan hasilnya sepanjang masa tidak putus-putusnya,
Dalam ayat ini Allah swt menerangkan bahwa ketika dia memasuki kebunnya bersama saudaranya, dia mengatakan kepada saudaranya yang mukmin, sambil menunjuk kebunnya, bahwa kebun-kebun itu tidak akan binasa selama-lamanya.

Ada dua sebab yang mendorongnya berkata demikian:

Pertama: Kepercayaan penuh terhadap kemampuan tenaga manusia untuk memelihara kebun-kebun itu, sehingga selamat dari kebinasaan. Dengan kekayaan berupa mas dan perak sebagai modal, dan sumber daya manusia yang berpengalaman dan berpengetahuan tentang perawatan dan pemeliharaan tanaman dan kebun, dia percaya sanggup menjaga kelestarian, keindahan, dan kesuburan kebun dan tanamannya. Ia sama sekali tidak menyadari keterbatasan daya dan akal sehat manusia dan tidak percaya bahwa ada kekuatan gaib yang kuasa berbuat sesuatu terhadap segala kekayaan itu.

Kedua: Kepercayaan akan keabadian alam dan zaman serta ketidak-percayaan terhadap hari kiamat. Dia berkeyakinan bahwa segala yang ada ini kekal abadi. Tidak ada yang akan musnah dari alam ini, yang terjadi hanyalah perubahan dan pergantian menurut hukum yang berlaku. Air, tumbuh-tumbuhan, tanah dan lain-lainnya akan terus tersedia dan tidak akan ada putusnya.

Demikianlah pandangan pemilik kebun itu. Sesungguhnya dia telah berbuat zalim dan tidak jujur terhadap dirinya sendiri. Seharusnya dia bersyukur kepada Allah yang telah memberikan segala kenikmatan kepadanya. Tidak ada seorangpun yang hidup bahagia dalam dunia ini dengan hanya berdiri di atas kaki sendiri, tanpa bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Mengapa dia menyombongkan diri, padahal dia sebenarnya menyadarinya. Mengapa dia ingkar kepada Tuhan, padahal dia menyadari ikut terlibat dalam perubahan alam itu sendiri, mengapa dia tidak mau mengakui siapakah sebenarnya yang menciptakan semua perubahan dalam alam ini dan yang menciptakan hukum-hukumnya. Mengapa dia tidak jujur terhadap pengakuan hati nuraninya sendiri akan adanya Tuhan Yang Maha Pencipta? Sesungguhnya sikap demikian merupakan kezaliman yang besar.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Kahf
Surat ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai Al-Kahfi artinya Gua dan Ashhabul Kahfi yang artinya Penghuni-Penghuni Gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surat ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula beberapa buah cerita dalam surat ini, yang kesemuanya mengandung i'tibar dan pelajaran-pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Banyak hadist-hadist Rasulullah s.a.w. yang menyatakan keutamaan membaca surat ini.