QS. Al-Ma'arij Ayat 4
Dalam firman Allah yang lain, diterangkan bahwa Dia mengatur urusan dari langit ke bumi dalam suatu saat yang kadarnya sama dengan seribu tahun menurut perhitungan manusia:
Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (As-Sajdah/32: 5)
Sebenarnya persoalan berapa lama umur dunia ini, dan berapa lama waktu yang diperlukan malaikat naik kepada Allah kemudian turun kembali ke dunia ini melaksanakan perintah-perintah-Nya, termasuk perkara gaib. Hanya Allah yang mengetahuinya dengan pasti. Bagi kita sebagai hamba Allah, cukup percaya bahwa ada azab Allah yang akan ditimpakan kepada yang mereka yang mengingkari hari Kiamat.
Dalam Surah Az-Zariyat/51: 7, Allah bersumpah demi langit yang mempunyai jalan-jalan. Jalan-jalan ini secara ilmiah, dapat ditafsirkan sebagai wormhole, yakni jalan pintas yang menghubungkan satu tempat dengan tempat lain di jagad raya ini. Kemudian Allah menegaskan dalam Surah Al-Ma\'arij/70: 4 bahwa Ia memiliki ma‘arij, di mana malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
Seperti telah dijelaskan dalam penafsiran Surah Az-Zariyat/51: 7 bahwa dalam teori fisika relativitas umum, dikenal mengenai mekanisme pemendekan jarak yang sangat jauh menjadi hanya beberapa meter saja yang saat ini oleh para ilmuwan disebut sebagai wormhole (lubang cacing). Jalan-jalan itu boleh jadi adalah ma‘arij, di mana Allah memperinci lebih jauh bahwa para malaikat dan Jibril naik menghadap Allah melalui jalan tersebut dan digambarkan bahwa mereka naik dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
Meski belum satu pun para ahli fisika menggunakannya, dalam wormhole kita bergerak tanpa membutuhkan energi. Begitu kita masuk ke dalamnya, medan gaya berat menarik kita dan tahu-tahu kita telah terlempar ke suatu tempat yang lain. Dalam wormhole, arloji kita bergerak lebih lambat dan tongkat yang kebetulan kita bawa juga memendek. Namun, begitu keluar semua kembali seperti sediakala termasuk jam dan tongkat yang kita bawa. Siapa saja melewati ma‘arij ini akan mengalami pemanjangan (dilation) waktu yakni sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun di bumi. Hal ini bukan berarti berapa lama kita melalui ma‘arij, tetapi jika kita melalui jalan ini kita akan menjadi lebih tua dengan perbandingan tersebut.
Perjalanan Rasulullah dalam peristiwa Isra‘ Mi‘raj, boleh jadi melewati mekanisme pemendekan jarak sehingga jarak yang demikian jauhnya ditempuh Rasulullah hanya dalam bilangan jam. Ketika Rasulullah menceritakan peristiwa yang dialaminya, orang-orang kafir jelas tidak mempercayainya. Padahal itu adalah tanda-tanda kebesaran Allah. Menarik disimak dalam Surah Al-Hijr/15: 13-15:
Mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur‘an) padahal telah berlalu sunatullah terhadap orang-orang terdahulu. Dan kalau Kami bukakan kepada mereka salah satu pintu langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, “Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang yang terkena sihir.” (Al-Hijr/15: 13-15)
Dengan demikian, Allah menyatakan bahwa bagi mereka yang tidak beriman, sampai seandainya pintu langit dibuka dan mereka melaluinya, mereka akan tetap berdalih bahwa itu sebuah ilusi.
Sub¥anallah, Allah memberikan gambaran bagaimana mengatur makhluk-Nya. Para malaikat lalu lalang dari satu tempat ke tempat dengan menggunakan jalan khusus yang disebut ma‘arij, dan Rasulullah, Sang Kekasih Allah, mendapat kesempatan melalui ma‘arij-jalan istimewa- tersebut pada suatu malam yang sangat mengguncangkan, yakni Isra‘ Mi‘raj.
Surat ini terdiri atas 44 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Haaqqah.Perkataan Al Ma'arij yang menjadi nama bagi surat ini adalah kata jamak dari Mi'raj, diambil dari perkataan Al Ma'arij yang terdapat pada ayat 3, yang artinya menurut bahasa tempat naik. Sedang para ahli tafsir memberi arti bermacam-macam, di antaranya langit, nikmat karunia dan derajat atau tingkatan yang diberikan Allah s.w.t kepada ahli surga.
Dzun Nun, seorang Mesir (wafat tahun 860), yang dianggap sebagai pengarang kisah ini, sering dikaitkan dengan semacam Perserikatan Rahasia (Freemasonry).
Halqavi (pengarang kisah ini) mengatakan hanya ada sedikit kisah Sufi, yang bisa dibaca oleh siapa pun saat kapan pun dan tetap mempengaruhi kesadaran batin secara konstruktif.
Setiap bahasa mengenal kata atau ungkapan yang bersifat metaforis, termasuk bahasa yang digunakan al-Quran. Tapi bagaimana dengan al-Quran yang redaksi-redaksinya merupakan susunan Ilahi?
Asbabun Nuzul Surat Al Buruj menjadi pembahasan yang menarik untuk diketahui sebab ada satu kisah yang dapat diambil hikmahnya.
Mereka berani menuding Nabi Muhammad SAW telah mencampuradukkan kebenaran dengan yang salah akibat menyebut bahwa Sulaiman AS adalah seorang Nabi.