QS. Al-An’am Ayat 53

وَكَذٰلِكَ فَتَـنَّا بَعۡضَهُمۡ بِبَـعۡضٍ لِّيَـقُوۡلُـوۡۤا اَهٰٓؤُلَآءِ مَنَّ اللّٰهُ عَلَيۡهِمۡ مِّنۡۢ بَيۡنِنَا ؕ اَلَـيۡسَ اللّٰهُ بِاَعۡلَمَ بِالشّٰكِرِيۡنَ
Wa kazaalika fatannaa ba'dahum biba'dil liyaquuluuu ahaaa'ulaaa'i mannal laahu 'alaihim mim baininaa; alaisal laahu bi-a'lama bish shaakiriin
Demikianlah Kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang miskin), agar mereka (orang yang kaya itu) berkata, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?" (Allah berfirman), "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepada-Nya)?"
Juz ke-7
Tafsir
Orang-orang musyrik menganggap bahwa kemuliaan hidup dinilai dari sisi materi, seperti dalam kasus yang menjadi sebab turunnya ayat 52 surah ini, maka ayat 53 ini menegaskan bahwa demikianlah Kami telah menguji sebagian mereka, yaitu orang yang kaya dengan berbagai macam kesuksesannya, dengan sebagian yang lain, yaitu orang yang miskin dengan segala kekurangannya, sehingga mereka, orang yang kaya dan berkuasa itu, berkata dengan penuh kesombongan, "Orang-orang semacam inikah yang status sosialnya rendah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah, yaitu beriman dan mengikutimu?" Allah berfirman untuk meluruskan kekeliruan mereka, "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur kepada-Nya?" Benar adanya, bahwa Allah menganugerahkan berbagai nikmat kepada siapa yang dikehendakiNya. Dengan demikian, kekayaan materi yang dianugerahkan kepada seseorang bukanlah pertanda Allah meridai-Nya.
Perumpamaan yang diterangkan pada ayat yang lalu adalah semacam cobaan dan ujian Allah kepada orang-orang yang beriman. Cobaan itu sengaja diberikan Allah untuk menguji dan memperkuat iman seseorang yang benar-benar beriman, tabah dan sabar menghadapi cobaan-cobaan itu, sebaliknya orang yang kurang atau tidak beriman pasti tidak akan tabah dan sabar menghadapinya.

Cobaan dan ujian itu diberikan Allah beraneka bentuk. Adakalanya cobaan itu berupa perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara manusia; ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang kuat dan ada yang lemah, ada yang berkuasa dan ada yang dikuasai, ada yang menindas dan ada yang tertindas dan sebagainya. Demikian pula ada yang bodoh dan ada yang pandai, ada yang sehat dan ada yang sakit dan sebagainya.

Orang-orang yang lemah imannya akan merasa terhina dengan perkataan orang-orang kafir, "Orang-orang yang memeluk agama Islam itu hanyalah orang-orang bodoh, orang-orang miskin dan orang-orang yang berasal dari kasta yang rendah." Atau perkataan orang-orang kafir, "Bahwa kamilah yang dicintai Allah karena kami diberi rezeki yang banyak dan pengetahuan yang tinggi oleh Allah." Dan sebagainya. Sedangkan orang yang kuat imannya tidak terpengaruh sedikit pun oleh perkataan yang demikian itu, bahkan imannya bertambah kuat karenanya.

Allah-lah yang menetapkan pemberian dan penambahan nikmat kepada seorang hamba-Nya. Pemberian nikmat tersebut untuk menguji siapa yang bersyukur dan siapa yang ingkar. Bila manusia bersyukur akan ditambah nikmatnya. Tetapi, yang ingkar akan diazab.

Allah swt berfirman:

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, " Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (Ibrahim/14: 7)
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-An’am
Surat Al An'aam (binatang ternak: unta, sapi, biri-biri dan kambing) yang terdiri atas 165 ayat, termasuk golongan surat Makkiyah, karena hampur seluruh ayat-ayat-Nya diturunkan di Mekah dekat sebelum hijrah. Dinamakan Al An'aam karena di dalamnya disebut kata An'aam dalam hubungan dengan adat-istiadat kaum musyrikin, yang menurut mereka binatang-binatang ternak itu dapat dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada tuhan mereka. Juga dalam surat ini disebutkan hukum-hukum yang berkenaan dengan binatang ternak itu.