QS. Al-Kahf Ayat 60
Penyebab Nabi Musa a.s. begitu gigih untuk mencari tempat itu ialah beliau mendapat teguran dan perintah dari Allah, seperti yang diriwayatkan dalam hadis yang antara lain berbunyi sebagai berikut:
Bahwasanya Musa a.s. (pada suatu hari) berkhutbah di hadapan Bani Israil. Kemudian ada orang bertanya kepada beliau, "Siapakah manusia yang paling alim." Beliau menjawab, "Aku." Maka Allah menegurnya karena dia tidak mengembalikan ilmu itu kepada Allah Taala. Kemudian Allah mewahyukan kepadanya, "Aku mempunyai seorang hamba di tempat pertemuan dua laut yang lebih alim daripadamu." (Riwayat al-Bukhari dari Ubay bin Ka'ab)
Dalam wahyu tersebut, Allah menyuruh Nabi Musa agar menemui orang itu dengan membawa seekor ikan dalam kampil (keranjang), dan dimana saja ikan itu lepas dan hilang di situlah orang itu ditemukan. Lalu Musa a.s. pergi menemui orang yang disebutkan itu, dan dalam hadis tidak diterangkan di mana tempatnya. Demikianlah kebulatan tekad yang dimiliki oleh seorang yang berhati dekat dengan Tuhannya. Dengan tangkas dan giat, dia melaksanakan seruan-Nya.
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud Musa dalam ayat ini adalah Nabi Musa bin Imran, nabi Bani Israil yang Allah turunkan kepadanya kitab Taurat yang berisi syariat. Nabi Musa adalah seorang nabi yang mempunyai berbagai mukjizat yang luar biasa. Alasan mereka antara lain ialah Musa yang disebut-sebut dalam Al-Qur'an ialah Musa yang menerima Kitab Taurat. Dengan demikian, Musa di sini pun tentu Musa yang menerima Taurat itu pula. Jika yang dimaksud dalam ayat ini adalah Musa yang lain, tentu ada penjelasannya.
Menurut Nauf al-Bukali, yang dimaksud Musa di sini ialah Musa bin Misya bin Yusuf bin Yakub, yaitu seorang nabi yang diangkat sebelum Nabi Musa bin Imran. Alasan mereka antara lain:
1. Tidak masuk akal kalau yang dimaksud dengan Musa di sini ialah Nabi Musa bin Imran. Sebab beliau adalah seorang nabi yang telah pernah berbicara langsung dengan Allah, menerima kitab Taurat dari-Nya, dan dapat mengalahkan musuhnya dengan mukjizat yang luar biasa. Bagaimana mungkin dapat diterima akal, seorang yang luar biasa seperti itu disuruh Allah pergi menemui orang lain dan masih harus berguru kepadanya.
2. Musa bin Imran, nabi Bani Israil itu, setelah keluar dari Mesir dan pergi ke Gurun Pasir Sinai, tidak pernah meninggalkan tempat itu dan beliau wafat di sana.
Alasan-alasan mereka ini dapat dibantah. Seseorang bagaimanapun tinggi ilmu pengetahuannya, tentu saja masih ada segi kelemahannya. Demikian pula halnya dengan Nabi Musa, tentu ada segi kekurangan dan kelemahannya. Pada segi inilah kelebihan Nabi Khidir dari Nabi Musa. Inilah yang harus dipelajari Nabi Musa darinya, yaitu hal-hal yang diceritakan Allah swt pada ayat-ayat berikut.
Kepergian Nabi Musa dari Semenanjung Sinai boleh jadi tidak diberi-tahukan kepada Bani Israil, sehingga mereka menyangka kepergiannya untuk bermunajat kepada Allah. Setelah kembali, Nabi Musa tidak menceritakan peristiwa pertemuannya dengan Khidir karena peristiwa itu boleh jadi belum dapat dipahami kaumnya. Oleh karena itu, dipesankan kepada pemuda yang ikut bersamanya agar merahasiakannya.
Pemuda yang menyertai Nabi Musa ini bernama Yusya bin Nun bin Afratim bin Yusuf a.s. Dia adalah pembantu dan muridnya. Yusya inilah yang memimpin Bani Israil memasuki Palestina ketika Nabi Musa telah meninggal dunia.
Dalam ayat ini, Allah telah memberikan contoh tentang kesopanan menurut ajaran Islam, yaitu untuk memanggil bujang atau pembantu rumah tangganya dengan sebutan fata (pemuda) bagi pembantu lelaki, dan fatat bagi pembantu perempuan. Nabi Muhammad saw pernah bersabda:
Janganlah seseorang di antara kamu memanggil hambaku atau hamba perempuanku, tetapi hendaklah memanggil fataya atau fatati. (Riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Mengenai orang yang hendak dijumpai oleh Nabi Musa a.s. adalah Balya bin Malkan. Kebanyakan para ahli tafsir menjulukinya dengan sebutan Khidir. Mereka juga berpendapat bahwa beliau seorang nabi dengan alasan firman Allah swt:
¦yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami. Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" (al-Kahf/18: 65-66)
Yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat ini ialah wahyu kenabian. Sebab sambungan (akhir) ayat ini menyebutkan rahmat itu langsung diajarkan dari sisi Allah tanpa perantara dan yang berhak menerima seperti itu hanyalah para nabi. Lagi pula dalam ayat berikutnya disebutkan supaya (Nabi) Khidir mengajarkan ilmu yang benar kepada Nabi Musa. Tidak ada nabi yang belajar kepada bukan nabi. Bahkan pada ayat 82 juga disebutkan:
Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. (al-Kahf/18: 82)
Maksud ayat di atas adalah setelah Nabi Musa dan Yusya mengikutinya, Nabi Khidir melakukan yang aneh-aneh dan tidak masuk akal. Tetapi waktu Nabi Musa bertanya kepadanya, demikianlah jawabannya. Ini berarti bahwa tindakan Nabi Khidir itu berdasarkan wahyu dari Allah, dan ini adalah satu bukti yang kuat bagi kenabiannya.
Dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan dan pelajaran bahwa rendah hati itu mempunyai nilai yang jauh lebih baik daripada sombong.
Surat ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai Al-Kahfi artinya Gua dan Ashhabul Kahfi yang artinya Penghuni-Penghuni Gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surat ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula beberapa buah cerita dalam surat ini, yang kesemuanya mengandung i'tibar dan pelajaran-pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Banyak hadist-hadist Rasulullah s.a.w. yang menyatakan keutamaan membaca surat ini.
Bacaan selawat asyghil pertama kali dicetuskan oleh Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo. Kata asyghil, dalam bahasa Arab berarti sibuk.
Bacaan doa agar tidak hujan bisa diamalkan jika turunnya hujan justru merugikan diri kita. Doa ini dikenal juga sebagai doa agar dihindarkan dari hujan yang merusak.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.