QS. Al-Anfal Ayat 65
Dalam ayat ini Allah juga menegaskan bahwa kekuatan pasukan Muslim yang benar-benar beriman dan penuh tawakal kepada Allah akan dapat mengalahkan kekuatan musuh meskipun sepuluh kali lipat banyaknya. Andaikata pasukan kaum Muslimin hanya terdiri dari dua puluh orang prajurit, mereka dapat mengalahkan pasukan musuh yang terdiri dari dua ratus orang. Jika pasukan mereka terdiri dari seratus orang, mereka dapat mengalahkan pasukan musuh yang terdiri dari seribu orang, demikianlah seterusnya, setiap prajurit Allah dapat mengalahkan sepuluh musuh. Ini adalah satu perbandingan kekuatan yang tidak ada taranya dalam sejarah, karena cara peperangan pada masa itu bukan seperti peperangan pada masa kini.
Peperangan pada masa sekarang sangat tergantung kepada kekuatan persenjataan dan kesempurnaannya. Pasukan yang kecil jumlah orangnya, yang diperlengkapi dengan senjata modern yang ampuh dapat saja dengan mudah mengalahkan pasukan besar tetapi hanya mempunyai senjata biasa saja.
Peperangan pada masa itu benar-benar dengan mengadu kekuatan dan kecakapan karena alat-alat perang yang digunakan boleh dikatakan sama macam dan mutunya. Tidaklah mungkin rasanya suatu pasukan kecil akan dapat menang atas pasukan besar yang jumlahnya sepuluh kali lipat. Tetapi inilah yang ditegaskan Allah atau diperintahkan-Nya kepada kaum Muslimin. Mereka tidak boleh merasa gentar dan takut menghadapi lawan yang berlipat-ganda, karena mereka adalah orang-orang beriman yang berjuang bukan untuk kepentingan diri sendiri, atau untuk mencari harta benda dan kemegahan duniawi, tetapi mereka adalah tentara Allah yang berjuang untuk membela kebenaran; untuk meninggikan kalimah Allah dan untuk kejayaan agama yang telah diridai-Nya. Bila mereka gugur dalam pertempuran, mereka akan mati syahid, balasannya di sisi Allah tidak ternilai besarnya.
Lawan-lawan kaum Muslimin adalah orang-orang kafir yang hanya ingin mempertahankan kedudukan, pangkat dan harta benda. Mereka tidak mempunyai tujuan hidup yang tinggi dan mulia karena mereka tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak percaya kepada hari kebangkitan. Hidup mereka adalah untuk berbangga-bangga dan mengutamakan harta benda belaka. Adapun orang Yahudi di Medinah meskipun percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi mereka tidak dapat lagi melihat kebenaran, karena mata mereka telah disilaukan oleh kesenangan dunia. Mereka ingin hidup, kalau dapat seribu tahun, mereka telah karam dalam dunia kebendaan, tak dapat luput dari sifat loba dan serakah. Kedua golongan ini benar-benar telah sesat dari jalan yang hak, tidak dapat lagi membedakan mana yang hak, mana yang bathil, mereka tidak tahu lagi jalan yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Orang dengan sifat demikian ini bila dihadapkan kepada pertempuran yang dahsyat mereka akan lari tunggang langgang karena lebih mengutamakan hidup daripada mati. Hal ini dijelaskan Allah dengan firman-Nya:
Sesungguhnya dalam hati mereka, kamu (muslimin) lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti. (al-hasyr/59: 13)
Kalau Allah memerintahkan agar kaum Muslimin berani menghadapi musuh Allah yang berjumlah sepuluh kali jumlah mereka dan menyatakan bahwa mereka akan menang, maka kemenangan itu adalah pasti meskipun tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah. Karena itu mereka tidak boleh melarikan diri dari pertempuran dan harus bertempur mati-matian sampai tercapai kemenangan. Inilah derajat yang paling tinggi yang dapat dicapai oleh kaum Muslimin.
Surat Al Anfaal terdiri atas 75 ayat dan termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, karena seluruh ayat-ayatnya diturunkan di Madinah. Surat ini dinamakan Al Anfaal yang berarti harta rampasan perang berhubung kata Al Anfaal terdapat pada permulaan surat ini dan juga persoalan yang menonjol dalam surat ini ialah tentang harta rampasan perang, hukum perang dan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada umumnya. Menurut riwayat Ibnu Abbas r.a. surat ini diturunkan berkenaan dengan perang Badar Kubra yang terjadi pada tahun kedua hijrah. Peperangan ini sangat penting artinya, karena dialah yang menentukan jalan sejarah Perkembangan Islam. Pada waktu itu umat Islam dengan berkekuatan kecil untuk pertama kali dapat mengalahkan kaum musyrikin yang berjumlah besar, dan berperlengkapan yang cukup, dan mereka dalam peperangan ini memperoleh harta rampasan perang yang tidak sedikit. Oleh sebab itu timbullah masalah bagaimana membagi harta-harta rampasan perang itu, maka kemudian Allah menurunkan ayat pertama dari surat ini.
Surat Al Araf ayat 1-20 memberikan berbagai kandungan penting, mulai dari pengingat akan kebesaran Allah hingga panduan menjalani kehidupan yang penuh makna.
Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.
Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.
Pada saat Daulah Mamalik berkuasa di Mesir, Sultan Baybars menjadikan kota Mesir sebagai arena kegiatan para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga berkembangkanlah ilmu pengetahuan di Mesir.
Dalam surat ke-107, termaktub dalam Al-Quran, Allah mengkritik orang-orang yang rajin melakukan ibadah salat lima waktu, namun tidak peduli terhadap perbaikan nasib mereka yang terpinggir, terasing, menderita dan tertindas.