QS. Al-Kahf Ayat 76

قَالَ اِنۡ سَاَ لۡـتُكَ عَنۡ شَىۡءٍۢ بَعۡدَهَا فَلَا تُصٰحِبۡنِىۡ‌ ۚ قَدۡ بَلَـغۡتَ مِنۡ لَّدُنِّىۡ عُذۡرًا
Qoola in sa altuka 'an shai'im ba'dahaa falaa tusaahibnii qad balaghta mil ladunnii 'uzraa
Dia (Musa) berkata, "Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup (bersabar) menerima alasan dariku."
Juz ke-16
Tafsir
Mendengar peringatan kedua itu, Nabi Musa merasa tidak enak dan malu. Namun, karena keinginan untuk memperoleh ilmu darinya sangat kuat, dia memohon agar diberi kesempatan lagi. Dia berkata kepadanya, “Jika aku bertanya lagi kepadamu tentang sesuatu yang kaulakukan setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu dalam perjalanan ini. Sesungguhnya engkau sudah cukup bersabar terhadapku yang terlalu banyak bertanya dan engkau juga mau menerima alasan dariku dan memaafkan aku.”
Selanjutnya Musa berkata, "Kalau sekiranya aku bertanya lagi kepadamu tentang suatu perbuatanmu yang aneh-aneh itu yang telah aku saksikan, karena aku ingin mengetahui hikmahnya bukan untuk sekedar bertanya saja. Maka jika aku bertanya sekali lagi sesudah kali ini, maka janganlah kamu mengizinkan aku menyertaimu lagi, karena kamu sudah cukup memberikan maaf kepadaku." Inilah kata-kata Musa yang penuh dengan penyesalan atas perbuatannya yang terpaksa dia akui dan insafi.

Diriwayatkan dalam suatu hadis yang sahih bahwa Nabi Muhammad saw bersabda tentang keadaan Nabi Musa itu sebagai berikut:

Semoga Allah memberi rahmat kepada kita dan kepada Musa. Seandainya beliau sabar pada sahabatnya (Khidir), tentu beliau banyak menyaksikan keajaiban tentang ilmu hakikat, tetapi karena beliau merasa malu untuk menghadapi celaan lagi dari sahabatnya (Khidir), maka beliau berkata, "Kalau aku bertanya lagi kepadamu tentang sesuatu sesudah ini, maka janganlah kamu menemani aku. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberi maaf kepadaku." (Riwayat Muslim dari Ubay bin Ka'ab)
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Kahf
Surat ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai Al-Kahfi artinya Gua dan Ashhabul Kahfi yang artinya Penghuni-Penghuni Gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surat ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula beberapa buah cerita dalam surat ini, yang kesemuanya mengandung i'tibar dan pelajaran-pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Banyak hadist-hadist Rasulullah s.a.w. yang menyatakan keutamaan membaca surat ini.