QS. An-Naml Ayat 84

حَتّٰٓى اِذَا جَآءُوۡ قَالَ اَكَذَّبۡتُمۡ بِاٰيٰتِىۡ وَلَمۡ تُحِيۡطُوۡا بِهَا عِلۡمًا اَمَّاذَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ
Hattaaa izaa jaaa'uu qoola akazzabtum bi Aayaatii wa lam tuhiituu bihaa 'ilman ammaazaa kuntum ta'maluun
Hingga apabila mereka datang, Dia (Allah) berfirman, "Mengapa kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, pada-hal kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, atau apakah yang telah kamu kerjakan?"
Juz ke-20
Tafsir
Hingga apabila mereka datang di tempat yang ditentukan dan berdiri di hadapan Allah untuk diperhitungkan amal perbuatannya, dengan nada mencemooh para pendusta itu, Allah berfirman,“Mengapa kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku yang telah disampaikan oleh para utusan-Ku dan yang telah Ku-hamparkan di alam raya, padahal kamu tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, karena kamu tidak berpikir dan merenungkannya terlebih dahulu. Atau apakah yang telah kamu kerjakan selama itu, padahal Kami tidak menciptakan kamu untuk sesuatu yang sia-sia?”
Pada ayat-ayat ini, Allah menerangkan tingkah laku dan perbuatan orang-orang kafir yang mengingkari Allah dan Rasul-Nya ketika mereka menyaksikan sendiri datangnya hari Kiamat. Pada hari itu, Allah mengumpulkan orang-orang yang mengingkari ayat-ayat-Nya dari setiap umat manusia. Setelah mereka berkumpul di Padang Mahsyar untuk dihisab, mereka semuanya berdiri di hadapan Allah untuk menghadapi berbagai pertanyaan dan pemeriksaan.

Orang-orang kafir dan musyrik mendengar dakwaan yang sangat menusuk perasaan. Di antaranya adalah mengapa mereka telah mengingkari ayat-ayat Allah yang secara jelas memberitahukan akan adanya hari kebangkitan dan hari penghisaban ini. Mengapa mereka tidak memikirkan persoalan itu, padahal dalil-dalilnya jelas dan gamblang disampaikan oleh rasul-rasul kepada mereka? Mengapa mereka bersikap sombong dan angkuh tidak mau menerima keterangan para rasul itu, padahal mereka tidak memiliki pengetahuan yang pasti dan tidak pernah memikirkannya secara teliti dan sungguh-sungguh.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. An-Naml
Surat An Naml terdiri atas 98 ayat, termasuk golongan surat- surat Makkiyyah dan diturunkan sesudah surat Asy Syu'araa'. Dinamai dengan An Naml, karena pada ayat 18 dan 19 terdapat perkataan An Naml (semut), di mana raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk sarangnya masing-masing, supaya jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman a.s. dan tentaranya yang akan lalu di tempat itu. Mendengar perintah raja semut kepada anak buahnya itu, Nabi Sulaiman tersenyum dan ta'jub atas keteraturan kerajaan semut itu dan beliau mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maba Kuasa yang telah melimpahkan nikmat kepadanya, berupa kerajaan, kekayaan, memahami ucapan-ucapan binatang, mempunyai tentara yang terdiri atas jin, manusia, burung dan sebagainya. Nabi Sulaiman a.s. yang telah diberi Allah nikmat yang besar itu tidak merasa takabur dan sombong dan sebagai seorang hamba Allah mohon agar Allah memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang saleh. Allah s.w.t. menyebut binatang semut dalam surat ini agar manusia mengambil pelajaran dari kehidupan semut itu. Semut adalah binatang yang hidup berkelompok di dalam tanah, membuat liang dan ruang yang bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan musim dingin. Kerapian dan kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut ini, dinyatakan Allah dalam ayat ini dengan bagaimana rakyat semut mencari perlindungan segera agar jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman a.s dan tentaranya, setelah menerima peringatan dari rajanya. Secara tidak langsung Allah mengingatkan juga kepada manusia agar dalam berusaha untuk mencukupkan kebutuhan sehari-hari, mementingkan pula kemaslahatan bersama dan sebagainya, rakyat semut mempunyai organisasi dan kerja sama yang baik pula. Dengan mengisahkan kisah Nabi Sulaiman a.s. dalam surat ini Allah mengisyaratkan hari depan dan kebesaran Nabi Muhammad s.a.w. Nabi Sulaiman a.s. sebagai seorang nabi, rasul dan raja yang dianugerahi kekayaan yang melimpah ruah, begitu pula Nabi Muhammad s.a.w. sebagai seorang nabi, rasul dan seoramg kepala negara yang ummi' dan miskin akan berhasil membawa dan memimpin umatnya ke jalan Allah.