QS. Yunus Ayat 94

فَاِنۡ كُنۡتَ فِىۡ شَكٍّ مِّمَّاۤ اَنۡزَلۡنَاۤ اِلَيۡكَ فَسۡــَٔلِ الَّذِيۡنَ يَقۡرَءُوۡنَ الۡكِتٰبَ مِنۡ قَبۡلِكَ‌ۚ لَقَدۡ جَآءَكَ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوۡنَنَّ مِنَ الۡمُمۡتَرِيۡنَۙ
Fa in kunta fii shakkim mimmaaa anzalnaaa ilaika fas'alil laziina yaqra'uunal Kitaaba min qablik; laqad jaaa'akal haqqu mir Rabbika falaa takuunanna minal mumtariin
Maka jika engkau (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang yang membaca kitab sebelummu. Sungguh, telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu.
Juz ke-11
Tafsir
Setelah dijelaskan bahwa perselisihan yang terjadi pada Bani Israil adalah setelah datangnya pengetahuan sebagaimana tersebut dalam kitab Taurat, lalu ditegaskan kepada Nabi Muhammad agar tidak meragukan wahyu yang diturunkan kepadanya. Maka jika engkau wahai Nabi Muhammad, berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, seperti kisah Nabi Nuh, Musa, dan lainnya, maka tanyakanlah kepada orang yang membaca kitab sebelummu, yakni ulama Yahudi dan Nasrani yang mempelajari Taurat dan Injil. Sungguh, telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu.
Allah menerangkan sikap pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani terhadap Kitab-kitab Allah yang telah diturunkan kepada rasul-rasul yang diutus kepada mereka dengan mengatakan, "Jika engkau, hai Muhammad, ragu tentang rasul-rasul dahulu dan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, maka tanyakanlah kepada pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani yang telah mengetahui dan membaca kitab-kitab yang telah Kami turunkan itu, sebelum Aku menurunkan Al-Qur'an kepada engkau."

Menurut rasa bahasa Arab, ungkapan dalam ayat ini bukanlah untuk menerangkan keragu-raguan Muhammad, tetapi menyatakan bahwa Muhammad benar-benar telah yakin dan percaya kepada para rasul yang diutus Allah dan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka. Hanya orang-orang Yahudi dan Nasrani-lah yang ragu. Keraguan mereka itu sengaja mereka buat untuk menutupi apa yang sebenarnya ada dalam hati mereka, yaitu meyakini kebenaran risalah dan kenabian Muhammad.

Karena itu maksud ayat ini ialah Allah menyatakan kepada Muhammad bahwa beliau (Nabi Muhammad) telah yakin dan percaya bahwa yang diturunkan kepadamu itu adalah sesuatu yang hak dan kebenaran yang wajib dipercayai. Yang ragu-ragu itu hanyalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Keragu-raguan mereka itu dinyatakan semata-mata untuk menutupi perbuatan mereka yang telah mengubah dan menukar isi Taurat dan Injil. Mereka telah membaca Taurat dan Injil yang menerangkan pokok-pokok agama yang diridai Allah, para rasul yang telah diutus Allah dan yang akan diutus-Nya nanti. Tetapi hawa nafsu merekalah yang menyuruh mereka untuk melakukan perbuatan yang terlarang itu, sehingga mereka menyesatkan pengikut-pengikut mereka. Karena itu, sebenarnya pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani itu sangat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Jika ditanyakan kepada mereka sesuatu yang hak, mereka pasti dapat menjawabnya dengan betul. Tetapi mereka tidak mau melakukannya.

Ayat ini merupakan sindiran kepada pendeta-pendeta Yahudi dan Nasrani dan mengungkapkan perbuatan-perbuatan dosa yang telah mereka kerjakan.

Ungkapan seperti ini terdapat pula pada firman Allah yang lain, sebagaimana ayat berikut:

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, "Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" (al-Maidah/5: 116)

Bila ayat ini dibaca sepintas lalu, akan dipahami seakan-akan Isa-lah yang memerintahkan kaumnya agar mengakui adanya tuhan bapak, tuhan anak dan tuhan ibu. Tetapi maksud ayat ini ialah untuk menerangkan bahwa Isa a.s. tidak pernah ragu tentang keesaan Tuhan. Yang mendakwahkan bahwa Tuhan itu tiga, hanya orang-orang Nasrani yang telah mengubah-ubah dan menukar isi Injil, seperti menukar prinsip keesaan Allah yang ada di dalamnya dengan prinsip syirik.

Pada akhir ayat ini Allah menerangkan sikap Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasrani. Rasulullah saw beriman kepada Allah dan kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya serta meyakini akan keesaan-Nya, sedang orang Yahudi dan Nasrani telah mengubah dan menukar isi Taurat dan Injil serta mempersekutukan-Nya. Kemudian Allah memperingatkan kaum Muslimin agar jangan sekali-kali melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani dan Yahudi.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Yunus
Surat Yunus terdiri atas 109 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah kecuali ayat 40, 94, 95, yang diturunkan pada masa Nabi Muhmmad s.a.w. berada di Madinah. Surat ini dinamai surat Yunus karena dalam surat ini terutama ditampilkan kisah Nabi Yunus a.s. dan pengikut-pengikutnya yang teguh imannya.
Kisah Bijak Para Sufi:...
Kisah Bijak Para Sufi: Cara Membuat Api

Ahmad Al-Badawi dituduh menyebarkan agama Kristen oleh orang Islam ia pun ditolak oleh orang Kristen karena tak mau menerima dogma-dogma Kristen secara harafiah. Ia pendiri tarekat Badawi Mesir.

Hukum Tajwid Surat Yasin...
Hukum Tajwid Surat Yasin Ayat 16-18, Yuk Belajar Bersama!

Hukum tajwid Surat Yasin ayat 16-18 penting dipelajari kaum muslim. Tak sekadar menambah ilmu atau pengetahuan, namun juga ditujukan agar nantinya tidak keliru saat membacanya.

Ilmuwan yang Lahir di...
Ilmuwan yang Lahir di Masa Daulah Mamalik: Dari Ibnu Khaldun sampai Ibnu Taimiyah

Pada saat Daulah Mamalik berkuasa di Mesir, Sultan Baybars menjadikan kota Mesir sebagai arena kegiatan para ilmuwan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga berkembangkanlah ilmu pengetahuan di Mesir.

Ini Mengapa Surat Al-Maun...
Ini Mengapa Surat Al-Ma'un Melegenda di Kalangan Muhammadiyah

Dalam surat ke-107, termaktub dalam Al-Quran, Allah mengkritik orang-orang yang rajin melakukan ibadah salat lima waktu, namun tidak peduli terhadap perbaikan nasib mereka yang terpinggir, terasing, menderita dan tertindas.

Sihir dalam Surat Al-Baqarah...
Sihir dalam Surat Al-Baqarah Ayat 102: Makna Al-Muradat, Orang-Orang Yahudi

Ali Al-Shahbuni dalam kitabnya mengatakan: Mereka yang mengikuti di sini dhamir kepada kelompok, yakni orang-orang dari Ahli kitab, dan mereka itu adalah kaum Yahudi.