QS. Al-Isra Ayat 95

قُلْ لَّوۡ كَانَ فِى الۡاَرۡضِ مَلٰۤٮِٕكَةٌ يَّمۡشُوۡنَ مُطۡمَٮِٕنِّيۡنَ لَـنَزَّلۡنَا عَلَيۡهِمۡ مِّنَ السَّمَآءِ مَلَـكًا رَّسُوۡلًا
Qul law kaana fil ardi malaaa 'ikatuny yamshuuna mutma'inniina lanazzalnaa 'alaihim minas samaaa'i malakar Rasuulaa
Katakanlah (Muhammad), "Sekiranya di bumi ada para malaikat, yang berjalan-jalan dengan tenang, niscaya Kami turunkan kepada mereka malaikat dari langit untuk menjadi rasul."
Juz ke-15
Tafsir
Katakanlah wahai Nabi Muhammad, "Sekiranya di bumi ada para malaikat, yang berjalan-jalan dengan tenang, dan melakukan aneka kegiatan di muka bumi ini, niscaya Kami turunkan kepada mereka malaikat dari langit untuk menjadi rasul bagi mereka. Itulah ketetapan Allah yang berlaku baik dahulu mapun sekarang, yaitu mengutus para rasul dari jenis makhluk yang sama dengan jenis makhluk kepada siapa ia diutus menyampaikan wahyu kepadanya.
Allah membantah sikap orang-orang musyrik Mekah itu dengan menyatakan bahwa sekiranya di bumi ini terdapat malaikat-malaikat yang berjalan, berpikir, bertempat tinggal, hidup bermasyarakat, mempunyai hawa nafsu, berkebudayaan, berorganisasi, dan sebagainya, tentulah Allah swt akan mengutus malaikat sebagai rasul-Nya, bukan manusia.

Ayat ini seakan-akan memperingatkan orang-orang kafir bahwa rasul yang diutus Allah adalah seorang manusia biasa tetapi sanggup menyampai-kan ajaran agama-Nya kepada mereka, mengerti apa yang mereka inginkan, apa yang mereka rasakan, apa yang baik bagi mereka, dan sebagainya. Bukan seperti malaikat yang tidak mempunyai ambisi dalam hidup seperti manusia dan hanya melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.

Allah swt berfirman:

Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika (Allah) mengutus seorang rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (ali 'Imran/3: 164)
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. Al-Isra
Surat ini terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamakan dengan Al Israa' yang berarti memperjalankan di malam hari, berhubung peristiwa Israa' Nabi Muhammad s.a.w. di Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini. Penuturan cerita Israa' pada permulaan surat ini, mengandung isyarat bahwa Nabi Muhammad s.a.w. beserta umatnya kemudian hari akan mencapai martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar. Surat ini dinamakan pula dengan Bani Israil artinya keturunan Israil berhubung dengan permulaan surat ini, yakni pada ayat kedua sampai dengan ayat kedelapan dan kemudian dekat akhir surat yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104, Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah s.w.t. Dihubungkannya kisah Israa' dengan riwayat Bani Israil pada surat ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.