Pasukan Kuning Tetap Jaga Kebersihan Padang di Hari Lebaran
A
A
A
PADANG - Gema takbiran terdengar dimana-mana mengiringi sukacita menyambut Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah. Kerumunan orang berpakain putih, bersih dan terlihat masih baru berjalan beriringan menuju masjid untuk Salat Id.
Namun, lelaki paroh baya ini dengan celana panjang coklat yang lusuh dan baju warna kuning ini tetap tenang memainkan sapu lidi di tanganya.
Sesekali dia berdiri sambil memegang pinggangnya yang sudah lelah menunduk, usianya lanjut memang sudah sering menderita sakit pinggang.
“Gimana lagi pak saya sudah tua, pinggang ini sudah sering sakit, tapi kita tetap kerja,” kata tukang sapu pegawai honor di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang, Sumatera Barat, Ajois (52) pada Sindonews, Jumat (17/7/2015)
Selama Hari Raya Idul Fitri ini dia tetap bekerja menyapu sepanjang Jalan Permindo tersebut. Meski pegawai honor dengan gaji Rp1,25 juta sebulan dirasa belum cukup untuk kebutuhan hidup keluarganya, namun dia tetap bertahan untuk bekerja.
“Kalau kita tidak kerja ya kita tidak bisa makan pak. Kala kita libur ini saja sudah banyak sampah-sampah para perdagang yang harus dibersihkan. Baru satu hari, kalau sudah hari entah apa nantinya,” ujarnya.
Bagi Ajois meski dia tidak merayakan Idul Fitri sama keluarganya yang tinggal di Pasar Usang, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman ini, dia tetap melanjutkan pekerjaannya. “Keluarga sudah mengerti pekerjaan saya, jadi mereka tidak mempermasalahkannya,” ujarnya.
Ajois ini telah menjadi pegawai honor tukang sapu di DKP Kota Padang selama 25 tahun. Dia tidak tamat SD. Saat masuk pegawai honor, katanya itu rekomendasi dari pihak keluarahan dan kecamatan.
“Meski kita beda kabupaten, saya tinggal di Kabupaten Padang Pariaman, dulunya tinggal di Padang kemudian pindah di sini tapi kita tetap jadi pegawai honor di sini,” tuturnya.
Biasanya Ajois ini selalu pulang pergi dengan naik angkot dari Pasar Usang ke Padang, dia berangkat jam 4.00 WIB pagi dan pulang pada pukul 15.00 WIB.
“Setiap hari kita mengeluarkan ongkos Rp20 ribu, kalau beli kendaraan motor kita tidak sanggup pak, gaji sebesar itu palingan itu untuk ongkos, biaya makan dan biaya keperluan anak yang sudah SMP sudah habis gaji sebulan,” ujarnya.
Namun, Ajois tetap semangat bekerja. Akan tetapi, rejeki memang tak kemana. Saat sedang asyik menyapu, seorang lelaki menggunakan sepeda menyambanginya tanpa bicara panjang lebar.
Pemuda yang berhenti tersebut mengorek kantong belakangnya mengeluarkan dompet, tak lama kemudian mengulurkan selembar uang Rp50 ribu ke tangan Ajois. Sambil mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, kemudian dia pergi tanpa bicara panjang.
“Namanya saja rejeki pak, saya tidak kenal orang itu, tapi dia sering lewat di sini,” pungkasnya.
Namun, lelaki paroh baya ini dengan celana panjang coklat yang lusuh dan baju warna kuning ini tetap tenang memainkan sapu lidi di tanganya.
Sesekali dia berdiri sambil memegang pinggangnya yang sudah lelah menunduk, usianya lanjut memang sudah sering menderita sakit pinggang.
“Gimana lagi pak saya sudah tua, pinggang ini sudah sering sakit, tapi kita tetap kerja,” kata tukang sapu pegawai honor di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang, Sumatera Barat, Ajois (52) pada Sindonews, Jumat (17/7/2015)
Selama Hari Raya Idul Fitri ini dia tetap bekerja menyapu sepanjang Jalan Permindo tersebut. Meski pegawai honor dengan gaji Rp1,25 juta sebulan dirasa belum cukup untuk kebutuhan hidup keluarganya, namun dia tetap bertahan untuk bekerja.
“Kalau kita tidak kerja ya kita tidak bisa makan pak. Kala kita libur ini saja sudah banyak sampah-sampah para perdagang yang harus dibersihkan. Baru satu hari, kalau sudah hari entah apa nantinya,” ujarnya.
Bagi Ajois meski dia tidak merayakan Idul Fitri sama keluarganya yang tinggal di Pasar Usang, Kecamatan Batang Anai, Padang Pariaman ini, dia tetap melanjutkan pekerjaannya. “Keluarga sudah mengerti pekerjaan saya, jadi mereka tidak mempermasalahkannya,” ujarnya.
Ajois ini telah menjadi pegawai honor tukang sapu di DKP Kota Padang selama 25 tahun. Dia tidak tamat SD. Saat masuk pegawai honor, katanya itu rekomendasi dari pihak keluarahan dan kecamatan.
“Meski kita beda kabupaten, saya tinggal di Kabupaten Padang Pariaman, dulunya tinggal di Padang kemudian pindah di sini tapi kita tetap jadi pegawai honor di sini,” tuturnya.
Biasanya Ajois ini selalu pulang pergi dengan naik angkot dari Pasar Usang ke Padang, dia berangkat jam 4.00 WIB pagi dan pulang pada pukul 15.00 WIB.
“Setiap hari kita mengeluarkan ongkos Rp20 ribu, kalau beli kendaraan motor kita tidak sanggup pak, gaji sebesar itu palingan itu untuk ongkos, biaya makan dan biaya keperluan anak yang sudah SMP sudah habis gaji sebulan,” ujarnya.
Namun, Ajois tetap semangat bekerja. Akan tetapi, rejeki memang tak kemana. Saat sedang asyik menyapu, seorang lelaki menggunakan sepeda menyambanginya tanpa bicara panjang lebar.
Pemuda yang berhenti tersebut mengorek kantong belakangnya mengeluarkan dompet, tak lama kemudian mengulurkan selembar uang Rp50 ribu ke tangan Ajois. Sambil mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, kemudian dia pergi tanpa bicara panjang.
“Namanya saja rejeki pak, saya tidak kenal orang itu, tapi dia sering lewat di sini,” pungkasnya.
(kri)