Mengapa Nabi Muhammad Menerima Wahyu di Gua, Bukan di Masjid?

Rabu, 23 Mei 2018 - 15:14 WIB
Mengapa Nabi Muhammad...
Mengapa Nabi Muhammad Menerima Wahyu di Gua, Bukan di Masjid?
A A A
Ustadz Miftah el-Banjary
Penulis Buku Keajaiban Seribu Dinar

Menarik untuk dicermati “Mengapa Nabi Muhammad SAW menerima wahyu di gua Hira, tidak di masjid?” Sebab boleh jadi ada orang yang berpikir bahwa masjid lebih mulia daripada gua?

Sejarah Para Nabi Menerima Wahyu Pertama Kali
Jauh sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw (571M) menerima wahyu Ilahiyyah sebagai seorang nabi dan rasul, hampir ada sekitar 124.000 nabi dan 313 rasul dari kalangan Bani Israel. Dan dari kesekian jumlah nabi dan rasul itu, tidak ada sejarah yang menunjukkan bahwa mereka menerima wahyu di sebuah masjid. Alasannya, ya karena masjid sebagai tempat ibadah memang belum dikenal kala itu.

Dalam sejarah agama-agama samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam) Nabi Isa dan Nabi Musa alaihimassalam pun tidak menerima wahyu di masjid. Sebab sejarah masjid baru populer setelah Nabi Muhammad SAW mendirikan Masjid Quba dan Masjid Nabawi di Madinah. Mari kita cermati sejarahnya!
Nabi Musa menerima wahyu di Jabal Thursina di Gunung Sinai Mesir. Jabal Thursina merupakan gunung tertinggi di Mesir, bahkan di Afrika. Tingginya sekitar 2.285M. Di sanalah Nabi Musa menerima wahyu 10 perintah dari Kitab Taurat. [QS al-Araf (7): 143]
Demikian pula, Nabi Isa alahissalam. Kelahiran nabi Isa al-Masih dikenal di sebuah tempat bernama Bethelem, Yerussalem. Bethelem yang di atasnya dibangun sebuah geraja dulunya semacam tempat perlindungan dari batu yang juga bisa disebut gua. Ketika masih dalam buaian Al-Masih menerima wahyu Ilahi sebagai seorang Nabi. [QS Maryam: (19): 30]

Tak berbeda Nabi Muhammad SAW juga menerima wahyu di Gua Hira atau Jabal Nur yang terletak + 6 Km sebelah utara Masjidil Haram. Ketinggiannya mencapai 200 meter. Bertepatan malam ke-17 Ramadhan beliau menerima wahyu pertama. [QS al-Alaq: (96): 1-5]

Paling tidak ada dua alasan sebabnya wahyu itu diterima di gua. Pertama: Ketika periode dakwah Makkah belum ada masjid dan belum ada perintah mendirikan masjid. Kedua: Menjelang usia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW lebih banyak bertahanuts menyendiri di gua Hira. Jadi wajarlah wahyu itu diterima di sebuah gua. Wahyu pertama memang diterima di gua Hira, selebihnya wahyu-wahyu itu diterima di rumah beliau di kota Makkah, perjalanan sewaktu hijrah, serta terima di masjid Nabawi di Madinah.

Dapat disimpulkan bahwa Nabi Musa AS menerima wahyu di Gunung Thursina, nabi Isa al-Masih menerima wahyu di tempat kelahirannya di Bethelem. Dan Nabi Muhamamad saw menerima wahyu pertama kali di Gua Hira. Boleh dikatakan ketiga nabi tersebut menerima wahyu pertama dari sebuah tempat yang tidak jauh hubungannya dengan gua.

Mengapa Para Nabi Menerima Wahyu Tidak di Masjid?
Pada sejarahnya, para nabi dan rasul lebih akrab dengan Gua. Boleh jadi salah satu sebabnya –selain kawasan Timur Tengah yang banyak terdapat gua-gua yang terletak pada pegunungan- merupakan tempat yang paling tepat untuk merenungkan bukti-bukti kekuasaan alam semesta ini.

Pada posisi ketinggian memungkinkan seseorang lebih dekat dengan langit yang terbentang luas, takjub akan ke-Mahakuasa-an sang Ilahi. Dari ketinggian pula akan lebih mudah menyaksikan kemahaluasan Sang Pencipta membentangkan bumi yang terhampas luas tanpa batas dan tepi ini. Pemandangan dan perenungan itu akhirnya akan memudahkan seseorang untuk bisa sampai pada pengenalan eksistensi ke-Tuhan-an.

Seperti halnya, Nabi Muhammad SAW yang berada di Gua Hira akan lebih mudah menyaksikan kondisi masyarakat Jahiliyyah ketika itu yang telah jauh menyimpang dari ajaran agama yang hanif. Dengan berada pada gua Hira hal itu akan lebih mudah bagi beliau menangkap sinyal-sinyal kemahakuasaan Sang Pencipta. Hati dan jiwanya menjadi lebih bening dan mantap menerima pesan-pesan Ilahiyyah. Dan puncak kebersihan itulah malaikat Jibril datang menemui beliau untuk menyampaikan risalah kenabian.

Perlu pula dipahami bahwa kata masjid terambil dari kata sujûd dalam bahasa Arab yang berarti taat, patuh dan tunduk penuh hormat. Meletakkan dahi, kedua telapak tangan dan jari-jari kaki adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari makna-makna sujud. [Tafsir al-Misbah Vol 5 Hal. 246-247].

Bangunan yang dipergunakan untuk menyembah dan beribadah kepada Allah Swt yang Esa dinamakan “Masjid”. Dalam sejarah Islam, Masjid yang pertama kali dibangun adalah Masjid Quba yang dibangun oleh Rasulullah SAW dalam perjalanan hijrahnya menuju Madinah. [Q.S. at-Taubah: (09): 108]

Berdasarkan keterangan ayat di atas ini, bagaimana mungkin wahyu nabi Muhammad SAW diterima di Masjid, sedangkan perintah membangun masjid saja terjadi pada peristiwa hijrah yang berarti sekitar hampir 10 tahun masa dakwah di Kota Makkah telah berlangsung?

Semua hal yang mengantar manusia pada ketundukan dan kepatuhan kepada Allah Swt merupakan bagian dari aktivitas di “ke-masjid-an”. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim melalui Jabir bin Abdillah, “Seluruh persada bumi ini sesungguhnya Allah jadikan menjadi sebuah “Masjid” tempat bersujud bagi umat nabi Muhammad dan sarana penyucian diri?”

Gua punya hubungan historis dengan sejarah para nabi. Allah telah memuliakan para pemuda Ashabul Kahfi dengan tertidur selama 309 tahun di sebuah gua. Dan ini merupakan mukjizat luar biasa. Rasulullah dan Abu Bakar RA pun Allah lindungi dari kejaran kaum musyrikin di Gua Tsur. Lantas apakah masjid lebih mulia dari gua?

Kemuliaan itu terletak pada dimana tempat itu dipergunakan sebagai sarana ketaaatan dan ketundukan kepada Allah Swt. Dan seluruh aktivitas yang membawa manusia pada ketaatan dan ketundukan kepada Allah Yang Esa pada hakikatnya hal itu merupakan aktivitas kemasjidan yang sesungguhnya. Wallahu A’lam.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8219 seconds (0.1#10.140)