Jaga kolesterol saat berpuasa

Minggu, 29 Juli 2012 - 18:47 WIB
Jaga kolesterol saat...
Jaga kolesterol saat berpuasa
A A A
RAMADAN seakan jadi kelonggaran untuk melahap berbagai santapan. Mulai dari minuman bergula hingga makanan berlemak tinggi, puncaknya saat Lebaran datang. Padahal, bahaya kolesterol tinggi senantiasa mengintai dan tak kenal waktu.

Es teh manis, kolak pisang, gorengan, serta olahan daging sapi dan ayam, menjadi menu keseharian Anda berbuka puasa. Padahal, santapan ini bisa menyebabkan kenaikan kolesterol. ”Mumpung lagi puasa kan enggak apa. Istilahnya seharian sudah enggak makan. Pas buka penginnya makan enak,” ujar Ulfa,w anita 32 tahun yang ditemui SINDO. Padahal, dokter sudah memperingatkannya untuk menjaga kadar kolesterolnya tetap rendah.

Ya, puasa seakan jadi alasan bagi orang untuk bebas menyantap berbagai makanan. Apalagi pas Lebaran. Padahal, tumpukan kolesterol berpotensi menyumbat dan mempersempit pembuluh darah sehingga pasokan darah dan oksigen ke jantung terganggu dan bahkan dapat terhenti sama sekali. Inilah penyebab jantung koroner. Kolesterol juga mengakibatkan gangguan pembuluh darah otak sehingga pasokan darah ke otak terganggu atau dikenal dengan stroke. Bahkan, penyempitan pembuluh darah juga berakibat disfungsi ereksi.

Di Indonesia, penyebab penyempitan pembuluh darah ada beberapa hal. Di antaranya terlampau banyak mengonsumsi makanan bergula dan berlemak, malas bergerak dan berolahraga, serta terlalu banyak polusi. Yang disebut terakhir ini bisa berupa sumber radikal bebas, seperti merokok, polusi udara, sinar Xray, radiasi telepon, hingga pengawet makanan,” kata dr Djoko Maryono DSPD DSJP FIHA FACC,pada acara peluncuran Hemaviton Cardio dan Hemaviton Glucare di Jakarta.

”WHO mengestimasi pada 2020 di negara berkembang, termasuk Indonesia, jumlah penderita penyakit jantung akan meningkat 137%, sementara di negara maju hanya 48%,” kata Aviaska D Respati, Managing Director Pharma Consumer Health Tempo Scan Pacific Tbk.

Masih data WHO, jumlah kematian yang disebabkan penyakit jantung sebesar 48%, sementara diabetes 3,5%. Menurut jurnal medis, peningkatan kolesterol tidak mengakibatkan gejala spesifik. Namun, bila kadar kolesterol di atas 200 mg/dl, sebaiknya waspada akan risiko gangguan kardiovaskular. Ya, penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol dapat menyerang siapa saja dan tanpa gejala.

Kolesterol dibentuk di hati dan dipengaruhi konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh. Sebut saja makanan yang digoreng dengan minyak goreng yang dipakai berulang kali, makanan yang banyak mengandung lemak hewani, serta makanan yang tinggi karbohidrat. Sumber utama kolesterol adalah hati, ginjal, kuning telur, daging, susu full cream, dan keju.

Sementara kandungan kolesterol relatif sedikit pada ayam dan ikan. Sebaliknya, makanan berserat tinggi mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah secara signifikan. Serat ini dapat menyerap kolesterol dalam usus halus dan dikeluarkan melalui feses. Serat berasal dari sayuran, buah-buahan, serta biji-bijian. Untuk menekan kolesterol, konsumsi fitosterol sangat dianjurkan.

Fitosterol adalah kolesterol rantai pendek yang berfungsi menghadang kolesterol jahat. Kolesterol baik atau HDL (High Density Lipoprotein) ini bertugas mengikis dan membuang kolesterol jahat yang menyumbat pembuluh darah serta menggiringnya kembali ke hati untuk diproses dan dilenyapkan. Fitosterol juga berfungsi sebagai penghadang di pembuluh darah yang mencegah kolesterol jahat mengendap serta melindunginya dari aterosklerosis (terbentuknya plak pada dinding pembuluh darah).

Djoko menekankan pentingnya mengonsumsi fitosterol, baik secara alami maupun lewat suplementasi. “Ini termasuk dalam trisula pengobatan, yang terdiri atas diet, olahraga, dan suplementasi,” kata dia. Hemaviton misalnya, multivitamin yang mengandung fitosterol.

Di samping mendapatkan fitosterol melalui suplemen, fitosterol juga bisa dikonsumsi secara alami dari sejumlah makanan. Sebut saja kacang tanah, udang, cumi, kepiting, avokat, hingga santan. Jadi, jaga pembuluh darah (vaskular) tetap sehat. Seperti dikatakan Dr Oppenheimer 200 tahun silam, “You’re as old as your vascular, you are happy as your vaskular.”
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0696 seconds (0.1#10.140)