Gurutta H Lanre Said, bangun pesantren gratis (II/habis)
A
A
A
Sindonews.com - Banyak yang menilai Gurutta H Lanre Said memiliki keistimewaan tertentu dibandingkan ulama lain di zamannya. Di antaranya, pendiri Pondok Pesantren Darul Huffadh ini dapat memberi makan kepada semua santrinya yang mancapai 1.000 orang lebih setiap hari tanpa memungut bayaran atau iuran.
Gedung-gedung sekolah dan asrama terbangun tanpa meminta sumbangan dari siapa pun. Donatur atau penyumbang datang sendiri memberikan bantuannya karena keikhlasan semata. Bagi dia, rezeki selalu datang tanpa diduga sebelumnya. Dari bantuan itulah yang dikelola menjadi gedung sekolah dan asrama para santri Darul Huffadh hingga saat ini. Semasa hidupnya, Gurutta H Lanre Said membuat sembilan karya buku tuntunan agama yang berdasarkan pada Alquran dan hadits.
Buku pertama yang diterbitkan adalah Buku Taharah, menyusul Perintah Salat, Urusan Jenazah, dan Salat Nawafil. Tidak berselang beberapa lama, ulama yang lebih senang tinggal di kampung ini kembali menerbitkan buku yang mengupas berbagai persoalan. Semuanya dihimpun dalam buku yang berjudul Beberapa Masalah jilid I-V.
Menurut Ilham Qadir, penulis buku berjudul KH Lanre Said,Ulama Pejuang dari DI/TII hingga Era Reformasi, belum ada satu pun publikasi ilmiah yang membedah selukbeluk perjalanan dakwah, riwayat hidup, dan corak pemikiran Gurutta H Lanre Said kecuali buku yang dia tulis. Dari sekian publikasi ilmiah yang berkaitan dengan profil para ulama berpengaruh di Sulsel, tak satu pun yang pernah menulis nama Gurutta Lanre Said.
Meski banyak buku yang mengupas corak pemikiran Gurutta H Muhammad As’ad dan ulama-ulama yang lahir dari bimbingan As’ad,ternyata tidak memperhitungkan keberadaan Lanre Said. Padahal, dia termasuk santri kesayangan As’ad. Bahkan, nama Lanre diberikan oleh As’ad menjadi Lanre Said.
“Mungkin ada pertimbangan lain kenapa penulis-penulis tentang ulama Sulsel tidak memasukkan nama Lanre Said,” kata Ilham Qadir yang juga mahasiswa Pascasarjana UMI Makassar ini.
Dia lantas memaparkan corak pemikiran Lanre Said. Menurutnya,ulama kharismatik ini, kendati lulusan MAI Sengkang, Gurutta Lanre Said menempuh jalur berbeda. Beliau secara terang-terangan menentang semua tradisi dan budaya yang tidak sejalan dengan sunnah atau tidak memiliki dasar dari Alquran dan hadis.
“Mungkin karena itu beliau dikucilkan dan disisihkan. Bahkan banyak menganggap menyimpang,” kata peneliti LPPI Indonesia Timur ini.
Menurut Ilham, sikap dan keteguhan Lanre Said itu pula yang membawanya berkalikali harus berhadapan dengan aparat pemerintah.
“Beberapa kali Lanre Said diancam penjara, namun Allah tetap menjaganya. Setiap persidangan berlangsung, setiap itu pula para hakim dan jaksa penuntut mengalami peristiwa aneh seperti muntah-muntah darah,” katanya.
Dia mengatakan, ulama ini sebenarnya adalah pelopor kemerdekaan dalam bermazhab. Beliau juga memiliki keteguhan dalam membela kebenaran, dengan karakter yang radikal dan militan. Pemikiran keagamaan Gurutta H Lanre Said dalam pandangan putra sekaligus anak didik pertamanya, Muttaqin Said, adalah perpaduan antara sufi-salafi. Muttaqin Said yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Darul Abrar Palattae-Bone ini mengatakan, pemahaman ayahnya dari aliran sufi termasuk kental dan ini bisa dilihat dari banyaknya ritual zikir khusus yang diamalkan Gurutta semasa hidupnya.
Menurut dia,salah satu fungsi zikir dalam amalan para sufi adalah mengasah mata batin. Pada tahap-tahap tertentu dapat menyentuh level kasyful mughayyabat atau dapat mengetahui hal-hal yang bersifat ghaib terutama perkara-perkara yang akan terjadi. Gurutta H Lanre Said termasuk dalam kategori ini. Sebagai contoh, beliau diberi mimpi berisi perintah untuk mendirikan pesantren di Tuju-Tuju, Bone.
Putranya, Muttaqin Said,mendirikan Pondok Pesantren Darul Abrar di Palattae,Bone. Menurut Ilham Qadir perlu dicatat bahwa jenis tasawuf yang diamalkan Gurutta Lanre Said adalah tasawwuf akhlaqiy. Yaitu, jenis ajaran tasawuf yang mengambil dari dimensi ahlak, lebih tepatnya ajaran tasawuf secara substansial. Seperti mengedepankan keikhlasan, sabar dalam menghadapai segala bentuk cobaan, dan tekun beribadah.
Selain itu, mengedepankan kesederhanaan, mendidik dengan sepenuh jiwa, mengedepankan kepentingan umum dibanding kepentingan diri dan keluarga, serta banyak lagi. Gurutta Lanre Said bahkan sangat mencela praktik tasawuf dengan dengan amalanamalan tarekat, karena menurutnya tidak memiliki tuntunan dari Alquran dan hadis shahih.
Bahkan, menurutnya, sebagaimana yang terdapat dalam karya Ilham Kadir, salah satu faktor Lanre Said mencela para aliran tarekat karena setiap tarekat merasa dirinyalah yang paling benar,dan selain dari alirannya akan menyimpang dari kebenaran. Pendapat ini menurut Lanre Said menjadikan umat berpecah-belah. Untuk itulah beliau melarang keras para sanrtinya untuk menganut ajaran tarekat.
Sementara pemahaman salafi dimaksud di sini adalah, mengamalkan ajaran Islam sebagaimana yang telah diamalkan oleh Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya, lalu turun kegenerasi berikutnya yang disebut para tabi’in (pengikut sahabat Nabi), dan tabi’ut tabi’in (para pengikut tabi’in). Mereka inilah yang disebut sebagai khaerul qurun sebaik-baik masa.
Untuk membaca dan menelaah pemikiran keagamaan Gurutta H Lanre Said, bukanlah hal yang sulit karena beliau memiliki banyak karya. Baik itu berupa tulisan juga dapat kita temukan dalam asas-asas aturan dan ideologi pesantren Darul Huffadh yang beliau dirikan. Di antaranya dari 14 poin, yakni Pondok Pesantren Darul Huffadz (PPDH) tidak bersandar kepada salah satu madzhab dengan pengertian santri tidak dibenarkan berfanatik madzhab, namun diharuskan mempelajari dan mengetahui pendapat setiap madzhab.
Gedung-gedung sekolah dan asrama terbangun tanpa meminta sumbangan dari siapa pun. Donatur atau penyumbang datang sendiri memberikan bantuannya karena keikhlasan semata. Bagi dia, rezeki selalu datang tanpa diduga sebelumnya. Dari bantuan itulah yang dikelola menjadi gedung sekolah dan asrama para santri Darul Huffadh hingga saat ini. Semasa hidupnya, Gurutta H Lanre Said membuat sembilan karya buku tuntunan agama yang berdasarkan pada Alquran dan hadits.
Buku pertama yang diterbitkan adalah Buku Taharah, menyusul Perintah Salat, Urusan Jenazah, dan Salat Nawafil. Tidak berselang beberapa lama, ulama yang lebih senang tinggal di kampung ini kembali menerbitkan buku yang mengupas berbagai persoalan. Semuanya dihimpun dalam buku yang berjudul Beberapa Masalah jilid I-V.
Menurut Ilham Qadir, penulis buku berjudul KH Lanre Said,Ulama Pejuang dari DI/TII hingga Era Reformasi, belum ada satu pun publikasi ilmiah yang membedah selukbeluk perjalanan dakwah, riwayat hidup, dan corak pemikiran Gurutta H Lanre Said kecuali buku yang dia tulis. Dari sekian publikasi ilmiah yang berkaitan dengan profil para ulama berpengaruh di Sulsel, tak satu pun yang pernah menulis nama Gurutta Lanre Said.
Meski banyak buku yang mengupas corak pemikiran Gurutta H Muhammad As’ad dan ulama-ulama yang lahir dari bimbingan As’ad,ternyata tidak memperhitungkan keberadaan Lanre Said. Padahal, dia termasuk santri kesayangan As’ad. Bahkan, nama Lanre diberikan oleh As’ad menjadi Lanre Said.
“Mungkin ada pertimbangan lain kenapa penulis-penulis tentang ulama Sulsel tidak memasukkan nama Lanre Said,” kata Ilham Qadir yang juga mahasiswa Pascasarjana UMI Makassar ini.
Dia lantas memaparkan corak pemikiran Lanre Said. Menurutnya,ulama kharismatik ini, kendati lulusan MAI Sengkang, Gurutta Lanre Said menempuh jalur berbeda. Beliau secara terang-terangan menentang semua tradisi dan budaya yang tidak sejalan dengan sunnah atau tidak memiliki dasar dari Alquran dan hadis.
“Mungkin karena itu beliau dikucilkan dan disisihkan. Bahkan banyak menganggap menyimpang,” kata peneliti LPPI Indonesia Timur ini.
Menurut Ilham, sikap dan keteguhan Lanre Said itu pula yang membawanya berkalikali harus berhadapan dengan aparat pemerintah.
“Beberapa kali Lanre Said diancam penjara, namun Allah tetap menjaganya. Setiap persidangan berlangsung, setiap itu pula para hakim dan jaksa penuntut mengalami peristiwa aneh seperti muntah-muntah darah,” katanya.
Dia mengatakan, ulama ini sebenarnya adalah pelopor kemerdekaan dalam bermazhab. Beliau juga memiliki keteguhan dalam membela kebenaran, dengan karakter yang radikal dan militan. Pemikiran keagamaan Gurutta H Lanre Said dalam pandangan putra sekaligus anak didik pertamanya, Muttaqin Said, adalah perpaduan antara sufi-salafi. Muttaqin Said yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Darul Abrar Palattae-Bone ini mengatakan, pemahaman ayahnya dari aliran sufi termasuk kental dan ini bisa dilihat dari banyaknya ritual zikir khusus yang diamalkan Gurutta semasa hidupnya.
Menurut dia,salah satu fungsi zikir dalam amalan para sufi adalah mengasah mata batin. Pada tahap-tahap tertentu dapat menyentuh level kasyful mughayyabat atau dapat mengetahui hal-hal yang bersifat ghaib terutama perkara-perkara yang akan terjadi. Gurutta H Lanre Said termasuk dalam kategori ini. Sebagai contoh, beliau diberi mimpi berisi perintah untuk mendirikan pesantren di Tuju-Tuju, Bone.
Putranya, Muttaqin Said,mendirikan Pondok Pesantren Darul Abrar di Palattae,Bone. Menurut Ilham Qadir perlu dicatat bahwa jenis tasawuf yang diamalkan Gurutta Lanre Said adalah tasawwuf akhlaqiy. Yaitu, jenis ajaran tasawuf yang mengambil dari dimensi ahlak, lebih tepatnya ajaran tasawuf secara substansial. Seperti mengedepankan keikhlasan, sabar dalam menghadapai segala bentuk cobaan, dan tekun beribadah.
Selain itu, mengedepankan kesederhanaan, mendidik dengan sepenuh jiwa, mengedepankan kepentingan umum dibanding kepentingan diri dan keluarga, serta banyak lagi. Gurutta Lanre Said bahkan sangat mencela praktik tasawuf dengan dengan amalanamalan tarekat, karena menurutnya tidak memiliki tuntunan dari Alquran dan hadis shahih.
Bahkan, menurutnya, sebagaimana yang terdapat dalam karya Ilham Kadir, salah satu faktor Lanre Said mencela para aliran tarekat karena setiap tarekat merasa dirinyalah yang paling benar,dan selain dari alirannya akan menyimpang dari kebenaran. Pendapat ini menurut Lanre Said menjadikan umat berpecah-belah. Untuk itulah beliau melarang keras para sanrtinya untuk menganut ajaran tarekat.
Sementara pemahaman salafi dimaksud di sini adalah, mengamalkan ajaran Islam sebagaimana yang telah diamalkan oleh Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya, lalu turun kegenerasi berikutnya yang disebut para tabi’in (pengikut sahabat Nabi), dan tabi’ut tabi’in (para pengikut tabi’in). Mereka inilah yang disebut sebagai khaerul qurun sebaik-baik masa.
Untuk membaca dan menelaah pemikiran keagamaan Gurutta H Lanre Said, bukanlah hal yang sulit karena beliau memiliki banyak karya. Baik itu berupa tulisan juga dapat kita temukan dalam asas-asas aturan dan ideologi pesantren Darul Huffadh yang beliau dirikan. Di antaranya dari 14 poin, yakni Pondok Pesantren Darul Huffadz (PPDH) tidak bersandar kepada salah satu madzhab dengan pengertian santri tidak dibenarkan berfanatik madzhab, namun diharuskan mempelajari dan mengetahui pendapat setiap madzhab.
(azh)