Syekhta Tosora, penyebarkan Islam pertama di Sulsel

Kamis, 09 Agustus 2012 - 08:33 WIB
Syekhta Tosora, penyebarkan...
Syekhta Tosora, penyebarkan Islam pertama di Sulsel
A A A
Sindonews.com - Masyarakat Wajo lebih mengenalnya sebagai Syekhta Tosora yang berarti Syekh kita di Tosora. Dalam catatan sejarah, masuknya Islam di Sulsel selalu diidentikkan dengan tiga ulama dari Minangkabau pada abad ke -16. Mereka adalah Datuk Ribandang, Datuk Ditiro dan Datuk Patimang. Ketiga ulama ini lebih dikenal sebagai peletak dasar ajaran Islam di Sulsel karena pada masa itu Islam mulai diterima sebagai agama kerajaan.

Namun, sebelum kedatangan trio datuk itu, sekitar tiga abad sebelumnya, Sayyid Jamaluddin al-Akbar al-Husaini sudah mengenalkan Islam di Wajo meski pengajarannya hanya bersifat individual. Sayyid Jamaluddin merupakan kakek dari empat ulama penyebar Islam di Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Songo, yakni Sayyid Maulana Malik Ibrahim, Sayyid Ainul Yaqin atau Sunan Giri, Sayyid Raden Rahmatullah atau Sunan Ampel, dan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Siapa Jamaluddin al-Akbar al-Husaini? Dia adalah cucu turunan nabi atau ahl al-bayt. Dia Sayyid pertama yang datang ke Sulawesi Selatan. Jika ditelisik dari jejak sejarah kedatangan Sayyid Jamaluddin pada 1320, Islam di Wajo lebih dahulu ada ketimbang berdirinya Kerajaan Wajo.Pelantikan Arung Matowa Wajo yang pertama,yakni Latenri Bali, baru dilakukan pada 1399. Pelantikan Matowa ini menandai berdirinya Kerajaan Wajo.

Sayyid Jamaluddin diperkirakan mulai mengenalkan Islam seiring dikenalnya sistem pemerintahan kerajaan oleh masyarakat Wajo ketika itu. “Sayyid Jamaluddin al- Akbar al-Husaini diperkirakan menyebarkan Islam pada zaman pemerintahan Latenribali ini,” kata Budayawan Wajo Sudirman.

Dia mengungkapkan, sejarah tentang Sayyid Jamaluddin al-Akbar al- Husaini mulai terkuak saat berlangsung seminar tentang pengusulan ulama Syekh Yusuf sebagai pahlawan nasional. Salah seorang pemateri seminar kala itu, yakni Jamaluddin Assegaf Puang Ramma, mengungkapkan kisah tentang ulama terkenal yang di Wajo dikenal dengan sebutan Syehta Tosora.

“Dia mengutip buku salah satu guru Besar Universitas Kebangsaan Malaysia Abdul Rahman al Ahmadi. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Sayyid Jamaluddin al- Akbar al-Husaini berasal dari Dinasti Fatimah yang juga leluhur para wali di tanah Jawa,” kata Sudirman.

Salah satu bukti yang bisa jadi petunjuk tentang hadirnya Islam di Wajo pada Abad ke 14 yakni makam Sayyid Jamaluddin di Desa Tosora, Kecamatan Majauleng.

Makam ini berdekatan dengan sejumlah makam tokoh penting kerajaan, salah satunya Arung Bettengpola. Selain makam tua,di lokasi tersebut juga terdapat sebuah puing masjid tua yang diperkirakan dibangun pada 1621. Hingga saat ini makam tua tersebut ramai di kunjungi peziarah dari Jawa, terutama pada bulan Safar.

Lantas,mengapa Sayyid Jamaluddin nyaris tidak ditemukan jejaknya dalam sejarah padahal perannya cukup penting dalam proses islamisasi di daerah ini? Bahkan, sebelum para wali songo menyebarkan Islam di Jawa, Sayyid telah memulainya.

Memang Sayyid Jamaluddin tidak pernah bersentuhan langsung dengan Kerajaan Gowa-Tallo yang merupakan salah satu kerajaan terbesar di Sulsel saat itu, maka proses islamisasi yang berlangsung tidak pernah dikaitkan dengan namanya. Dengan munculnya nama Sayyid Jamaluddin di lintasan sejarah ini, makin membuktikan bahwa proses islamisasi di Sulawesi Selatan tidaklah tunggal.
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0806 seconds (0.1#10.140)