Sambut Ramadan, puluhan preman gelar ritual 'penyucian'
A
A
A
Sindonews.com - Sebagai bentuk penyambutan datangnya bulan suci Ramadan, sedikitnya 20 preman menjalani ritual 'penyucian' diri di salah satu padepokan Al Busthomi, di Desa Sinarancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon.
Ritual itu diklaim sebagai bentuk pertobatan mereka agar dapat menjalani ibadah di bulan Ramadan dengan benar. Para preman yang menjalani ritual tersebut terdiri dari pemuda maupun yang berusia lebih tua.
Meski ritual tak sampai memakan waktu hingga hitungan jam, pelaksanaannya mengesankan kekusyukan. Ritual itu sendiri berupa penyiraman air kembang yang dibacakan serangkaian kalimat doa ke tubuh masing-masing orang.
Usai penyiraman, mereka pun selanjutnya memanjatkan doa secara bersama-sama demi mengharapkan ridho Allah SWT. Mereka berharap banyak atas ritual tersebut, agar mampu menjadikan kehidupan mereka lebih bermanfaat dan lebih baik setelahnya.
“Ini usaha kami supaya bisa diterima lagi jadi hamba Allah SWT yang lebih baik,” kata seorang di antara laki-laki yang menjalani ritual tersebut, Subandi (36), warga Mundu, Kabupaten Cirebon, Selasa (9/7/2013).
Dia menolak disebut preman karena dianggap tidak pantas. Namun dia mengakui, tindakan kriminal yang meresahkan masyarakat pernah dilakukannya selama belasan tahun belakangan di Tangerang.
Namun dia meyakinkan, komitmen untuk menjalani hidup yang lebih baik akan dilaksanakannya dengan momentum Ramadan tahun ini sebagai awalnya. Setidaknya, lanjut dia, mereka akan berupaya untuk tidak melakukan tindak kriminal yang meresahkan masyarakat.
Selebihnya, Subandi dan mantan preman lainnya berharap mendapat bimbingan dari para tokoh agama maupun masyarakat sendiri agar bisa menjadi lebih baik. Ritual itu sendiri dipimpin salah satu tokoh masyarakat, Ustaz Ujang Busthomi.
Ritual itu diklaim sebagai bentuk pertobatan mereka agar dapat menjalani ibadah di bulan Ramadan dengan benar. Para preman yang menjalani ritual tersebut terdiri dari pemuda maupun yang berusia lebih tua.
Meski ritual tak sampai memakan waktu hingga hitungan jam, pelaksanaannya mengesankan kekusyukan. Ritual itu sendiri berupa penyiraman air kembang yang dibacakan serangkaian kalimat doa ke tubuh masing-masing orang.
Usai penyiraman, mereka pun selanjutnya memanjatkan doa secara bersama-sama demi mengharapkan ridho Allah SWT. Mereka berharap banyak atas ritual tersebut, agar mampu menjadikan kehidupan mereka lebih bermanfaat dan lebih baik setelahnya.
“Ini usaha kami supaya bisa diterima lagi jadi hamba Allah SWT yang lebih baik,” kata seorang di antara laki-laki yang menjalani ritual tersebut, Subandi (36), warga Mundu, Kabupaten Cirebon, Selasa (9/7/2013).
Dia menolak disebut preman karena dianggap tidak pantas. Namun dia mengakui, tindakan kriminal yang meresahkan masyarakat pernah dilakukannya selama belasan tahun belakangan di Tangerang.
Namun dia meyakinkan, komitmen untuk menjalani hidup yang lebih baik akan dilaksanakannya dengan momentum Ramadan tahun ini sebagai awalnya. Setidaknya, lanjut dia, mereka akan berupaya untuk tidak melakukan tindak kriminal yang meresahkan masyarakat.
Selebihnya, Subandi dan mantan preman lainnya berharap mendapat bimbingan dari para tokoh agama maupun masyarakat sendiri agar bisa menjadi lebih baik. Ritual itu sendiri dipimpin salah satu tokoh masyarakat, Ustaz Ujang Busthomi.
(rsa)