Tidak sahur

Rabu, 10 Juli 2013 - 13:42 WIB
Tidak sahur
Tidak sahur
A A A
Tanya :
Ada teman saya tidak berpuasa, ketika saya tanya kenapa, alasannya karena tidak sahur, bagaimana itu ustaz?

Jawab:
Sahur bukanlah syarat sahnya puasa, bukan pula rukun, tapi hukumnya sunat, karena itu setiap muslim yang hendak berpuasa hendaklah makan sahur, Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan dari Anas ra:

تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِى السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ
Makan sahurlah kamu, sesungguhnya makan sahur itu berkah (HR. Bukhari dan Muslim).

Puasa memang tidak dimaksudkan untuk menyulitkan, tapi untuk melatih dan membina umat Islam dengan pengalaman langsung. Karenanya yang amat bagus adalah mentakhirkan makan sahur hingga mendekati waktu subuh, dalam hitungan waktu kita sekarang, pukul 04.00 adalah waktu yang bagus untuk sahur sehingga 10 menit sebelum subuh sudah selesai dan siap-siap untuk melaksanakan shalat subuh, Rasulullah saw bersabda dalam hadits dari Abu Dzar ra:

لاَ تَزَالُ أُمَّتِى بِخَيْرٍ مَا أخَّرُوْا السَّحُوْرَ وَعَجَّلُوا الْفِطْرَ
Senantiasa umatku dalam keadaan baik selama menta’khirkan sahur dan menyegerakan berbuka (HR. Ahmad).

Dengan demikian, makan sahur itu jangan terlalu cepat, misalnya ada yang malas untuk bangun lalu makan yang banyak sebelum tidur atau makan sahurnya jam antara pukul 01.00-03.00 setelah itu tidur sehingga ia semakin sulit untuk bangun melaksanakan shalat subuh.

Demikian jawaban kami, semoga bermanfaat
Pesan Ramadan

Puasa mendidik disiplin

Ada begitu banyak makna penting dari ibadah Ramadan yang kita lakukan. Salah satunya adalah betapa kaum muslimin harus betul-betul disiplin dalam melaksanakan nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah swt. Paling tidak, ada tiga bentuk disiplin yang merupakan didikan dari ibadah Ramadan.

Pertama, disiplin dalam menunaikan kewajiban yang harus ditunaikan, ini tercermin pada kalimat kutiba alaikuu ash shiyam (diwajibkan atasmu berpuasa) apalagi kewajiban ini tidak hanya ditujukan kepada kita tapi juga kepada generasi sebelum kita, kamaa kutiba ala allazina min qablikum (sebagaimana telah diwajibkan atas orang sebelum kamu), ini berarti tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau melaksanakan segala bentuk kewajiban, karena setiap generasi terdahulu juga telah dibebankan kewajiban, sebagai apapun mereka, Allah swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al Baqarah [2]:183).

Kedua, disiplin dalam waktu, yakni menggunakan waktu sebaik mungkin dalam konteks pengabdian kepada Allah swt, karenanya berpuasa dan ibadah lainnya di dalam Islam ditentukan waktu-waktunya. Saat fajar atau subuh tiba, maka kaum muslimin harus menghentikan makan dan minum serta hubungan suami isteri, karena puasa sudah harus dimulai, sedangkan bila magrib tiba, kita harus segera makan dan minum untuk mengakhiri puasa meskipun harus menunda beberapa saat pelaksanaan salat maghrib.

Bila saat bersenang-senang dengan makan dan minum serta hubungan suami isteri ada batas waktunya, maka kita bisa tarik lebih jauh bahwa hidup kitapun ada batas waktunya karenanya kita amat dituntut mengefektifkan penggunaan waktu dalam kerangka pengabdian kepada Allah swt.
Ketiga, disiplin dalam mentaati hukum, hal ini karena sebagai manusia kita amat membutuhkan ketentuan-ketentuan hukum dan Allah swt paling tahu tentang hukum seperti apa yang cocok untuk kita.

Karenanya melalui ibadah Ramadan kita dilatih untuk disiplin dalam hukum sehingga sesuatu yang semula boleh menjadi tidak boleh untuk dilakukan pada siang hari dan baru dibolehkan pada malam hari seperti makan dan minum serta melakukan hubungan seksual dengan isteri.

Bila sesuatu yang amat penting bagi manusia, yakni makan dan minum serta hubungan seksual sudah bisa dikendalikan, insya Allah kita bisa mengendalikan diri dan disiplin dalam hukum-hukum lain yang memang sangat penting untuk mengatur kehidupan manusia, demikian kesan yang kita tangkap dari firman Allah pada surat Al Baqarah [2]:187-188. Untuk itu, disiplin dalam hukum ditegaskan lagi oleh Allah swt: Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui (QS Al Jatsiyah [45]:18).

Oleh karena itu, berbahagialah kita mendapatkan kesempatan sekali lagi untuk membina diri melalui ibadah Ramadan dan kita menjadi lebih bahagia lagi bila sukses menjalankan ibadah Ramadan yang membuat kita menjadi semakin bertaqwa kepada Allah swt, apalagi hal ini merupakan kunci kemuliaan manusia dihadapan Allah dan Rasul-Nya.>

(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5048 seconds (0.1#10.140)