Adakah makhluk halus?
A
A
A
Tanya :
1. Di daerah saya, masih ada kepercayaan bahwa orang halus itu masih ada, bagaimana menurut Islam?.
2. Menurut yang saya hadapi, orang halus memang bisa datang dengan meminjam jasad orang lain sehingga ia bisa berbicara dengan manusia biasa, bahkan bertanya dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi orang biasa. Bolehkah kita menyakini kata-katanya. Mohon penjelasan pengasuh, sebab makhluk halus itu juga mengucapkan pujian dan salawat kepada Nabi.
Demikian pertanyaan dari saya.
Jawab :
Perlu kami tegaskan bahwa dalam Islam tidak ada yang disebut makhluk halus, orang halus dan sejenisnya. Makhluk Allah SWT itu terdiri dari malaikat, jin-yang diantara jin itu ada yang durhaka kepada Allah SWT sehingga menjadi iblis atau syaitan, manusia, binatang dan alam semesta.
Di dalam masyarakat, yang dimaksud dengan makhluk halus itu biasanya orang yang sudah mati tapi rohnya balik lagi sehingga disebut roh gentayangan. Roh itu lalu masuk ke jasad orang yang hidup dan ini sering disebut dengan istilah kesurupan.
Pengasuh tidak meyakini kalau hal itu bisa terjadi. Orang yang sudah mati rohnya langsung menghadap Tuhan Allah SWT dan dia tidak akan kembali lagi ke dunia, karena memang alamnya sudah berbeda.
Kalau kemudian ada orang yang kesurupan lalu mengaku dari orang yang sudah mati, maka kami memahami bahwa itu sebenarnya syaitan iblis yang memang kerjaannya menggoda manusia agar taat kepadanya bukan taat kepada Allah SWT. Kalau manusia menyakini kata-katanya kemudian menuruti apa perintahnya meskipun nampaknya perintahnya baik, maka ia berarti menuruti perintah iblis dan dia melakukan kebaikan bukan karena Allah SWT tapi karena iblis. Begitulah memang diantara cara iblis yang begitu halus dalam menggoda manusia.
Karena itu pada setiap muslim, Allah SWT memerintahkan agar manusia masuk ke dalam Islam secara keseluruhan dan tidak mengikuti cara-cara syaitan. Allah SWT berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS. Al Baqarah [2]:208).
Demikian jawaban singkat pengasuh, semoga bermanfaat bagi kita.
Tidak mengemis lagi
Dalam hidup ini, tiap manusia punya kebutuhan yang harus dipenuhi; sandang, pangan, papan dan sebagainya. Memiliki harta merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan untuk bisa memenuhinya. Karena itu, setiap orang apalagi muslim harus mencari harta dan jangan sampai mengemis apalagi mencuri, korupsi dan berbagai istilah yang menggambarkan upaya mencari harta secara tidak halal.
Menyadari betapa buruknya mengemis membuat seorang muslim tidak mau melakukannya lagi meskipun ada orang yang mau memberinya.
Sahabat Hakim bin Hizam ra menceritakan dalam hadits riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai: “Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW, maka beliau memberiku, kemudian aku meminta lagi, beliaupun memberiku, aku meminta lagi dan diberi. Kemudian beliau bersabda: “Wahai Hakim, harta ini adalah hijau lagi manis. Barangsiapa mengambilnya dengan kedermawanan jiwa, maka ia diberkahi padanya, dan barangsiapa mengambilnya dengan ketamakan jiwa, maka dia tidak diberkahi padanya dan dia seperti orang yang makan dan tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.”
Mendengar hal itu, aku berkata: “Ya Rasulullah, demi dzat yang yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan mengambil (menerima) sesuatupun dari siapapun sesudahmu sampai aku mati.”
Suatu ketika Abu Bakar memanggil Hakim untuk memberinya sesuatu, tetapi dia menolak menerimanya. Kemudian Umar memanggilnya untuk memberi sesuatu juga, tetapi dia menolak menerimanya.
Umar berkata: “Wahai Kaum Muslimin, aku menjadikan kalian sebagai saksi bahwa aku telah menawarkan kepada Hakim haknya yang Allah berikan kepadanya dari harta fa’i, tetapi dia menolak menerimanya.”
Setelah Nabi SAW wafat, Hakim tidak meminta kepada siapapun sampai dia wafat
Dari kisah di atas, pelajaran yang bisa diambil adalah:
1. Setiap orang sebenarnya punya potensi untuk berusaha sehingga bisa mencukupi kebutuhannya dan meninggalkan kebiasaan mengemis.
2. Pemahaman tentang keharusan berusaha dan harga diri yang tinggi membuat seseorang tidak mau mengemis, bahkan menerima pemberianpun tidak mau bila pihak lain memandangnya sebagai orang yang tidak mampu.
1. Di daerah saya, masih ada kepercayaan bahwa orang halus itu masih ada, bagaimana menurut Islam?.
2. Menurut yang saya hadapi, orang halus memang bisa datang dengan meminjam jasad orang lain sehingga ia bisa berbicara dengan manusia biasa, bahkan bertanya dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi orang biasa. Bolehkah kita menyakini kata-katanya. Mohon penjelasan pengasuh, sebab makhluk halus itu juga mengucapkan pujian dan salawat kepada Nabi.
Demikian pertanyaan dari saya.
Jawab :
Perlu kami tegaskan bahwa dalam Islam tidak ada yang disebut makhluk halus, orang halus dan sejenisnya. Makhluk Allah SWT itu terdiri dari malaikat, jin-yang diantara jin itu ada yang durhaka kepada Allah SWT sehingga menjadi iblis atau syaitan, manusia, binatang dan alam semesta.
Di dalam masyarakat, yang dimaksud dengan makhluk halus itu biasanya orang yang sudah mati tapi rohnya balik lagi sehingga disebut roh gentayangan. Roh itu lalu masuk ke jasad orang yang hidup dan ini sering disebut dengan istilah kesurupan.
Pengasuh tidak meyakini kalau hal itu bisa terjadi. Orang yang sudah mati rohnya langsung menghadap Tuhan Allah SWT dan dia tidak akan kembali lagi ke dunia, karena memang alamnya sudah berbeda.
Kalau kemudian ada orang yang kesurupan lalu mengaku dari orang yang sudah mati, maka kami memahami bahwa itu sebenarnya syaitan iblis yang memang kerjaannya menggoda manusia agar taat kepadanya bukan taat kepada Allah SWT. Kalau manusia menyakini kata-katanya kemudian menuruti apa perintahnya meskipun nampaknya perintahnya baik, maka ia berarti menuruti perintah iblis dan dia melakukan kebaikan bukan karena Allah SWT tapi karena iblis. Begitulah memang diantara cara iblis yang begitu halus dalam menggoda manusia.
Karena itu pada setiap muslim, Allah SWT memerintahkan agar manusia masuk ke dalam Islam secara keseluruhan dan tidak mengikuti cara-cara syaitan. Allah SWT berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS. Al Baqarah [2]:208).
Demikian jawaban singkat pengasuh, semoga bermanfaat bagi kita.
Tidak mengemis lagi
Dalam hidup ini, tiap manusia punya kebutuhan yang harus dipenuhi; sandang, pangan, papan dan sebagainya. Memiliki harta merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan untuk bisa memenuhinya. Karena itu, setiap orang apalagi muslim harus mencari harta dan jangan sampai mengemis apalagi mencuri, korupsi dan berbagai istilah yang menggambarkan upaya mencari harta secara tidak halal.
Menyadari betapa buruknya mengemis membuat seorang muslim tidak mau melakukannya lagi meskipun ada orang yang mau memberinya.
Sahabat Hakim bin Hizam ra menceritakan dalam hadits riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasai: “Aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW, maka beliau memberiku, kemudian aku meminta lagi, beliaupun memberiku, aku meminta lagi dan diberi. Kemudian beliau bersabda: “Wahai Hakim, harta ini adalah hijau lagi manis. Barangsiapa mengambilnya dengan kedermawanan jiwa, maka ia diberkahi padanya, dan barangsiapa mengambilnya dengan ketamakan jiwa, maka dia tidak diberkahi padanya dan dia seperti orang yang makan dan tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.”
Mendengar hal itu, aku berkata: “Ya Rasulullah, demi dzat yang yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan mengambil (menerima) sesuatupun dari siapapun sesudahmu sampai aku mati.”
Suatu ketika Abu Bakar memanggil Hakim untuk memberinya sesuatu, tetapi dia menolak menerimanya. Kemudian Umar memanggilnya untuk memberi sesuatu juga, tetapi dia menolak menerimanya.
Umar berkata: “Wahai Kaum Muslimin, aku menjadikan kalian sebagai saksi bahwa aku telah menawarkan kepada Hakim haknya yang Allah berikan kepadanya dari harta fa’i, tetapi dia menolak menerimanya.”
Setelah Nabi SAW wafat, Hakim tidak meminta kepada siapapun sampai dia wafat
Dari kisah di atas, pelajaran yang bisa diambil adalah:
1. Setiap orang sebenarnya punya potensi untuk berusaha sehingga bisa mencukupi kebutuhannya dan meninggalkan kebiasaan mengemis.
2. Pemahaman tentang keharusan berusaha dan harga diri yang tinggi membuat seseorang tidak mau mengemis, bahkan menerima pemberianpun tidak mau bila pihak lain memandangnya sebagai orang yang tidak mampu.
(nfl)