Cara bijak dan tepat alokasikan THR
A
A
A
UMUMNYA THR diterima karyawan dua minggu sebelum hari raya. Atur pos pengeluaran sebaik mungkin agar THR bermanfaat maksimal. Bagaimana kiatnya? Setiap tahun kita menerima tunjangan hari raya (THR), tapi apakah kita sudah memanfaatkannya dengan tepat sasaran? Atau justru THR habis tak bersisa untuk kebutuhan berbelanja menjelang hari raya. Padahal, masih ada pos-pos pengeluaran penting lain yang harus dialokasikan.
Pada dasarnya, THR merupakan gaji tahunan yang sebaiknya memang hanya digunakan dan dihabiskan untuk kebutuhan hari raya. Sementara gaji bulanan Anda harus bisa memenuhi kebutuhan rutin bulanan. Dengan begitu, Anda tetap dapat menikmati THR khusus hanya untuk hari raya dan kebutuhan tahunan, bukan bulanan. Perencana keuangan yang juga Chief Executive Officer QM Financial Ligwina Hananto berbagi cara mengatur THR.
Wanita yang akrab disapa Wina ini mengenalkan konsep matching dalam mengatur pengeluaran dari THR. “Penghasilan tahunan harus matching dengan pengeluaran tahunan. Sama seperti penghasilan bulanan, juga harus matching dengan pengeluaran bulanan. THR merupakan salah satu penghasilan tahunan. Jadi, THR sebaiknya digunakan untuk kebutuhan atau pengeluaran tahunan dan dihabiskan jelang hari raya,” kata Wina.
Dia melanjutkan, penghasilan tahunan dari THR harus dialokasikan pada empat pos pengeluaran, yakni THR pekerja, ongkos mudik (jika tidak mudik, bisa dialokasikan untuk liburan bersama keluarga), zakat, dan bingkisan Lebaran untuk mereka yang membutuhkan. Terakhir, pengeluaran tahunan lain, seperti STNK, PBB, dan asuransi. “Bahkan, sisihkan uang THR untuk berkurban 2-3 bulan ke depan,” sarannya.
Seandainya biaya mudik sangat besar, Wina sangat menganjurkan untuk menabung di luar dana THR. Jika ternyata dana yang terkumpul masih juga tidak mencukupi untuk mudik, Anda harus siap menghadapi kenyataan bahwa suatu waktu Anda terpaksa tidak mudik saat Lebaran. Kemudian, apabila memiliki pekerja di rumah, tentunya Anda harus menyisihkan sebagian dana THR untuk mereka. THR juga tak lepas dari pengeluaran untuk biaya hari raya.
Bukan hanya berupa pembelian pakaian baru, tetapi bisa juga berwujud biaya pembelian makanan yang akan meningkat jumlahnya. Terlebih bila kita mengirim buah tangan atau melaksanakan open housedi rumah. Adapun yang wajib hukumnya adalah pengeluaran zakat fitrah, sedekah, dan biaya fidyah bagi kaum perempuan yang akan menyempurnakan amalan puasa. Pengeluaran zakat dan sedekah ini seharusnya tidak mengambil alokasi terlalu besar dari dana THR.
Bagaimana jika Anda seorang wiraswasta ataupun bekerja secara freelance? “Perlu membuat tabungan khusus. Tujuannya agar lewat tabungan ini dapat dijadikan THR pada diri sendiri setiap tahunnya,” kata Wina. Adapun menurut perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie, THR haruslah dibagi menjadi beberapa pos anggaran. ”Untuk kebutuhan Lebaran, saya menganjurkan jumlahnya sekitar 50% dari total THR,” kata Prita yang ditemui di sela-sela acara Hari Anak Nasional di gedung SME Tower Jakarta, Rabu (24/7).
Perempuan kelahiran 1 Oktober 1980 ini merincikan peruntukan dana THR. Sebanyak 50% dialokasikan untuk kebutuhan hari raya. Ini termasuk untuk membeli pakaian, makanan, THR pekerja, hingga kebutuhan antaran atau parsel untuk kerabat. “Jangan lupa, kita juga harus membayar zakat fitrah dan zakat mal bagi mereka yang sudah cukup nisabnya,” kata peraih gelar profesional sebagai Certified Financial Planner Professional.
Membayar fidyah bagi yang berhalangan puasa, juga bisa diambil dari dana THR. Tak lupa, sisihkan 10%–15% untuk keperluan Idul Adha. “Idul Adha 2–3 bulan lagi. Kebutuhan ini harus diambil dari THR karena sebaiknya tak mengganggu biaya bulanan. Mungkin Anda berencana membeli hewan kurban, makanya sisihkan pendapatan THR,” saran jebolan University of Sydney, Australia 2002 itu.
Pada dasarnya, THR merupakan gaji tahunan yang sebaiknya memang hanya digunakan dan dihabiskan untuk kebutuhan hari raya. Sementara gaji bulanan Anda harus bisa memenuhi kebutuhan rutin bulanan. Dengan begitu, Anda tetap dapat menikmati THR khusus hanya untuk hari raya dan kebutuhan tahunan, bukan bulanan. Perencana keuangan yang juga Chief Executive Officer QM Financial Ligwina Hananto berbagi cara mengatur THR.
Wanita yang akrab disapa Wina ini mengenalkan konsep matching dalam mengatur pengeluaran dari THR. “Penghasilan tahunan harus matching dengan pengeluaran tahunan. Sama seperti penghasilan bulanan, juga harus matching dengan pengeluaran bulanan. THR merupakan salah satu penghasilan tahunan. Jadi, THR sebaiknya digunakan untuk kebutuhan atau pengeluaran tahunan dan dihabiskan jelang hari raya,” kata Wina.
Dia melanjutkan, penghasilan tahunan dari THR harus dialokasikan pada empat pos pengeluaran, yakni THR pekerja, ongkos mudik (jika tidak mudik, bisa dialokasikan untuk liburan bersama keluarga), zakat, dan bingkisan Lebaran untuk mereka yang membutuhkan. Terakhir, pengeluaran tahunan lain, seperti STNK, PBB, dan asuransi. “Bahkan, sisihkan uang THR untuk berkurban 2-3 bulan ke depan,” sarannya.
Seandainya biaya mudik sangat besar, Wina sangat menganjurkan untuk menabung di luar dana THR. Jika ternyata dana yang terkumpul masih juga tidak mencukupi untuk mudik, Anda harus siap menghadapi kenyataan bahwa suatu waktu Anda terpaksa tidak mudik saat Lebaran. Kemudian, apabila memiliki pekerja di rumah, tentunya Anda harus menyisihkan sebagian dana THR untuk mereka. THR juga tak lepas dari pengeluaran untuk biaya hari raya.
Bukan hanya berupa pembelian pakaian baru, tetapi bisa juga berwujud biaya pembelian makanan yang akan meningkat jumlahnya. Terlebih bila kita mengirim buah tangan atau melaksanakan open housedi rumah. Adapun yang wajib hukumnya adalah pengeluaran zakat fitrah, sedekah, dan biaya fidyah bagi kaum perempuan yang akan menyempurnakan amalan puasa. Pengeluaran zakat dan sedekah ini seharusnya tidak mengambil alokasi terlalu besar dari dana THR.
Bagaimana jika Anda seorang wiraswasta ataupun bekerja secara freelance? “Perlu membuat tabungan khusus. Tujuannya agar lewat tabungan ini dapat dijadikan THR pada diri sendiri setiap tahunnya,” kata Wina. Adapun menurut perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie, THR haruslah dibagi menjadi beberapa pos anggaran. ”Untuk kebutuhan Lebaran, saya menganjurkan jumlahnya sekitar 50% dari total THR,” kata Prita yang ditemui di sela-sela acara Hari Anak Nasional di gedung SME Tower Jakarta, Rabu (24/7).
Perempuan kelahiran 1 Oktober 1980 ini merincikan peruntukan dana THR. Sebanyak 50% dialokasikan untuk kebutuhan hari raya. Ini termasuk untuk membeli pakaian, makanan, THR pekerja, hingga kebutuhan antaran atau parsel untuk kerabat. “Jangan lupa, kita juga harus membayar zakat fitrah dan zakat mal bagi mereka yang sudah cukup nisabnya,” kata peraih gelar profesional sebagai Certified Financial Planner Professional.
Membayar fidyah bagi yang berhalangan puasa, juga bisa diambil dari dana THR. Tak lupa, sisihkan 10%–15% untuk keperluan Idul Adha. “Idul Adha 2–3 bulan lagi. Kebutuhan ini harus diambil dari THR karena sebaiknya tak mengganggu biaya bulanan. Mungkin Anda berencana membeli hewan kurban, makanya sisihkan pendapatan THR,” saran jebolan University of Sydney, Australia 2002 itu.
(nfl)