Berbuka Gratis di Tepi Jalan Saban Ramadan di Pakistan

Rabu, 02 Juli 2014 - 16:00 WIB
Berbuka Gratis di Tepi...
Berbuka Gratis di Tepi Jalan Saban Ramadan di Pakistan
A A A
Bagi masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah di Ibu Kota Pakistan, Ramadan menjadi bulan dinantikan setiap tahun. Selama Ramadan, mereka bisa irit uang, sebab ada makanan gratis yang dibagikan di tepi-tepi jalan menjelang buka puasa.

Makanan gratis di pinggir jalan itu dilakukan oleh badan-badan amal yang disponsori orang-orang kaya. Ramadan juga menjadi berkah khusus bagi rakyat Pakistan yang negaranya sedang mengalami inflasi.

Salah satu rakyat Pakistan yang senang dengan datangnya Ramadan adalah Mohammad Amir, seorang tukang jahit. Dengan adanya makanan berbuka gratis itu, Amir bisa menyisihkan pendapatannya. Di luar bulan Ramadan, penghasilannya sebagai tukang jahit tidak cukup untuk membeli makanan bagi seluruh keluarganya.

Meski mengaku malu harus duduk di tepi jalan menjelang buka puasa, dia tidak peduli demi mendapatkan makanan gratis setiap Ramadan itu. Menurutnya, Ramadan menjadi penyejuk dari hiruk pikuk dan keributan para politikus di negerinya yang terus bertengkar tanpa peduli rakyatnya kelaparan.

Pria Pakistan lain yang tak pernah ketinggalan menanti makanan gratis saban Ramadan adalah Asad Ullah. Dengan makanan gratis itu, pria berprofesi satpam itu berharap bisa menabung agar bisa membelikan baju baru untuk anak-anaknya.

Gajinya sebagai satpam setiap bulannya sebesar USD100 atau sekitar Rp1,1 juta. Dengan adanya makanan gratis itu, dia bisa hemat hingga 25 persen gajinya, dialihkan untuk kebutuhan lainnya yang lebih mendesak.

Seorang pekerja amal Abdul Razak Bhatti mengatakan, aktivitas membagi makanan gratis tiap Ramadan itu didanai para pedagang dan orang-orang kaya secara diam-diam. Kegiatan sosial itu sudah menjadi tradisi sejak lima tahun lalu di Pakistan.

”Biasanya ada kepala keluarga yang harus memberi makan untuk satu keluarga yang beranggotakan sepuluh orang,” kata Bhatti, seperti dikutip VoA, 1 Juli 2014.

”Jadi, jelas sekali kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi dan lalu ada kenaikan biaya listrik, biaya gas alam dan lainnya yang membuat sulit keluarga untuk bertahan dengan keadaan keuangan yang pas-pasan,” lanjut dia.

Tahira Abdullah, seorang aktivis HAM yang berbasis di Islamabad, menyambut baik tradisi pembagian makanan gratis saban Ramadan ini. Namun, tradisi itu sekaligus menjadi “tamparan” bagi pemerintah Pakistan yang seolah-olah membiarkan rakyatnya hidup miskin.

”Saya merasa sangat malu bahwa apa yang disebut Republik Islam Pakistan ada hal seperti ini. Anda pikir mereka yang mengantre di jalanan untuk makan gratis setiap Ramadan punya harga diri lagi? Tidak,” ucapnya.

Selain itu, bantuan tiap Ramadan itu juga dikritik, karena jarang sampai ke penerima. Penyebabnya adalah dana dikorupsi.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2262 seconds (0.1#10.140)