Hindari Macet, Pemudik Bermobil Nekat Naik Perahu
A
A
A
NGANJUK - Demi mengindari kemacetan di Simpang Tiga Mengkreng, Kediri, sejumlah pemudik dari arah Surabaya memilih potong kompas dengan menyeberangi Sungai Brantas melewati Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dengan menggunakan jasa perahu tradisional.
Penyeberangan dengan perahu tradisional di Sungai Brantas, Kabupaten Nganjuk, Sabtu (26/7/2014) ini jauh lebih sibuk dibandingkan hari biasa. Bahkan, perahu tradisional yang beroperasi di Sungai Brantas yang berbatasan antara Kabupaten Jombang dengan Kabupaten Nganjuk, kini tak hanya melayani orang atau kendaraan roda dua, tapi juga melayani mobil atau kendaraan roda empat.
Para pemudik dari arah Surabaya ini memilih masuk ke Kabupaten Nganjuk dengan menyeberangi Sungai Brantas karena ingin menghindari kemacetan yang biasanya terjadi di wilayah Simpang Tiga Mengkreng, Kediri. Sebab, jika harus melewati jalur lain atau Kecamatan Ploso, jaraknya lebih jauh sekitar setengah jam perjalanan.
Setelah sampai di Desa Munung, Kecamatan Jatikalen, Nganjuk, pemudik bisa melanjutkan perjalanan ke arah Madiun dan Jawa Tengah melewati jalur alternatif yang tembus ke Kecamatan Bagor atau dekat dengan Kabupaten Madiun.
Menurut Totok, salah seorang warga, di Desa Munung, Kecamatan Jatikalen, Nganjuk, yang berbatasan dengan Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, saat ini ada sekitar empat perahu tradisional yang melayani penyeberangan. Kendaraan roda dua dikenakan biaya menyeberang sebesar Rp1.000, sedangkan untuk mobil Rp5.000.
Pada hari biasa, penyedia jasa penyeberangan dengan perahu tradisional mengaku pendapatannya sekitar Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per hari. "Namun pada musim mudik seperti sekarang ini omsetnya naik bisa mencapai Rp450 ribu sampai Rp500 ribu sehari," kata Mohamad, salah seorang penyedia jasa penyeberangan di Sungai Brantas.
Penyeberangan dengan perahu tradisional di Sungai Brantas, Kabupaten Nganjuk, Sabtu (26/7/2014) ini jauh lebih sibuk dibandingkan hari biasa. Bahkan, perahu tradisional yang beroperasi di Sungai Brantas yang berbatasan antara Kabupaten Jombang dengan Kabupaten Nganjuk, kini tak hanya melayani orang atau kendaraan roda dua, tapi juga melayani mobil atau kendaraan roda empat.
Para pemudik dari arah Surabaya ini memilih masuk ke Kabupaten Nganjuk dengan menyeberangi Sungai Brantas karena ingin menghindari kemacetan yang biasanya terjadi di wilayah Simpang Tiga Mengkreng, Kediri. Sebab, jika harus melewati jalur lain atau Kecamatan Ploso, jaraknya lebih jauh sekitar setengah jam perjalanan.
Setelah sampai di Desa Munung, Kecamatan Jatikalen, Nganjuk, pemudik bisa melanjutkan perjalanan ke arah Madiun dan Jawa Tengah melewati jalur alternatif yang tembus ke Kecamatan Bagor atau dekat dengan Kabupaten Madiun.
Menurut Totok, salah seorang warga, di Desa Munung, Kecamatan Jatikalen, Nganjuk, yang berbatasan dengan Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, saat ini ada sekitar empat perahu tradisional yang melayani penyeberangan. Kendaraan roda dua dikenakan biaya menyeberang sebesar Rp1.000, sedangkan untuk mobil Rp5.000.
Pada hari biasa, penyedia jasa penyeberangan dengan perahu tradisional mengaku pendapatannya sekitar Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per hari. "Namun pada musim mudik seperti sekarang ini omsetnya naik bisa mencapai Rp450 ribu sampai Rp500 ribu sehari," kata Mohamad, salah seorang penyedia jasa penyeberangan di Sungai Brantas.
(zik)