Kisah Nabi Musa Bertanya Siapa yang Menemaninya di Surga Kelak
Kamis, 04 Mei 2023 - 05:05 WIB
Dalam satu kajian Gus Musa Muhammad diceritakan sebuah kisah Nabi Musa 'alaihissalam yang sarat hikmah. Nabi Musa pernah bertanya kepada Allah tentang siapa yang menemaninya di surga kelak.
Gus Musa Muhammad menukil kisah ini dari Kitab Ihya 'Ulumuddin karya Imam Al-Ghozali. Untuk diketahui, Imam Al-Ghozali merupakan seorang ulama besar, ahli fiqih dan tasawuf yang dikagumi banyak ulama dan kaum muslimin. Beliau dijuluki Mujaddid (pembaharu) abad 5 Hijriyah dan digelari Hujjatul Islam.
Beliau bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid at Thusi asy-Syafi'i, pekerjaan ayahnya seorang tukang jahit. Lahir di Kota Thus pada tahun 450 H, dan wafat di kota yang sama pada Senin 14 Jumadil Akhir 505 H, pada usia 55.
Dari berbagai karya Imam Ghazali, Kitab Ihya Ulumuddin menjadi karya paling bersinar. Kitab Al-Ihya berisi tentang ilmu aqidah, ibadah, akhlak dan tasawwuf berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis.
Dikisahkan, Nabi Musa telah berkata: "Ya Allah Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku orang yang akan "menemaniku" di dalam surga."
Kemudian Allah berfirman: "Wahai Musa, pergilah kamu ke negeri ini dan pasar ini. Di situ kamu akan berjumpa dengan seorang lelaki penjual daging yang wajahnya seperti demikian, maka dia itulah temanmu di surga kelak."
Setelah itu Nabi Musa bergegas pergi ke sebuah tempat (pasar) yang ditunjukkan kepadanya. Maka berdirilah Nabi Musa di situ sampai matahari terbenam. Nabi Musa memerhatikan seorang penjual daging di pasar itu. Dilihatnya penjual daging itu memasukkan sepotong daging ke dalam bakul dan setelah selesai berdagang penjual daging itu dengan tergesa pulang maka Nabi Musa bertanya:
"Wahai saudara, apakah saudara ada yang menunggu?" Lalu penjual daging menjawab: "Ya, saya ada tamu (orang yang menunggu)."
Nabi Musa pun mengikuti penjual daging itu hingga sampai di rumahnya. Nabi Musa memperhatikan kegiatan penjual daging yang sedang sibuk memasak kari daging. Masakan penjual daging tersebut terlihat sungguh enak.
Setelah selesai memasak maka penjual daging itu pun mengeluarkan sebuah bakul wadah besar yang di dalamnya terdapat seorang perempuan tua, yang sudah tua benar dan sangat lemah seperti anak burung yang baru lahir. Penjual daging itu mengeluarkan perempuan tua itu sambil menjunjungnya (menggendong) dan memasukkan makanan ke dalam mulut perempuan tua tersebut sehingga dia merasa kenyang.
Kemudian penjual daging itu mencuci kain baju perempuan itu lalu dijemurnya dan dipakaikan perempuan itu pakaian yang lain. Setelah itu ia memasukkan kembali perempuan tua itu ke dalam bakul tadi. Perempuan tua itu menggerakkan bibirnya dan Nabi Musa dapat memahami kata-kata wanita itu.
Nabi Musa berkata: "Sesungguhnya aku mengetahui bahawa wanita itu berucap:
اللهم اجعل ابني جليس موسى في الجنة
"Allahummaj 'al ibnii jaliisa Musa fil jannah".
Artinya: "Ya Allah jadikanlah anakku ini teman bagi Musa di dalam surga."
Setelah memasukkan perempuan itu ke dalam bakul, maka penjual daging itu mengangkat perempuan tua itu dan meletakkannya pada sebatang kayu. Melihat hal demikian, Nabi Musa pun berkata:
"Wahai saudaraku, apakah yang telah kamu lakukan itu?"
Kemudian penjual daging itu menjawab: "Perempuan tua ini adalah ibuku, dia terlalu lemah dan tidak boleh duduk."
Berkata Musa: "Engkau berbahagia, aku ini adalah Nabi Musa dan engkau adalah orang yang akan menjadi temanku di surga."
Semoga Allah Ta'ala mempermudahkan pertemuan kita di surga dengan sebab kemuliaan Asma-Nya yang indah dan sebab kemulian manusia paling mulia Muhammad SAW. (Ihya Ulumuddin)
Wallahu A'lam
Gus Musa Muhammad menukil kisah ini dari Kitab Ihya 'Ulumuddin karya Imam Al-Ghozali. Untuk diketahui, Imam Al-Ghozali merupakan seorang ulama besar, ahli fiqih dan tasawuf yang dikagumi banyak ulama dan kaum muslimin. Beliau dijuluki Mujaddid (pembaharu) abad 5 Hijriyah dan digelari Hujjatul Islam.
Beliau bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid at Thusi asy-Syafi'i, pekerjaan ayahnya seorang tukang jahit. Lahir di Kota Thus pada tahun 450 H, dan wafat di kota yang sama pada Senin 14 Jumadil Akhir 505 H, pada usia 55.
Dari berbagai karya Imam Ghazali, Kitab Ihya Ulumuddin menjadi karya paling bersinar. Kitab Al-Ihya berisi tentang ilmu aqidah, ibadah, akhlak dan tasawwuf berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis.
Dikisahkan, Nabi Musa telah berkata: "Ya Allah Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku orang yang akan "menemaniku" di dalam surga."
Kemudian Allah berfirman: "Wahai Musa, pergilah kamu ke negeri ini dan pasar ini. Di situ kamu akan berjumpa dengan seorang lelaki penjual daging yang wajahnya seperti demikian, maka dia itulah temanmu di surga kelak."
Setelah itu Nabi Musa bergegas pergi ke sebuah tempat (pasar) yang ditunjukkan kepadanya. Maka berdirilah Nabi Musa di situ sampai matahari terbenam. Nabi Musa memerhatikan seorang penjual daging di pasar itu. Dilihatnya penjual daging itu memasukkan sepotong daging ke dalam bakul dan setelah selesai berdagang penjual daging itu dengan tergesa pulang maka Nabi Musa bertanya:
"Wahai saudara, apakah saudara ada yang menunggu?" Lalu penjual daging menjawab: "Ya, saya ada tamu (orang yang menunggu)."
Nabi Musa pun mengikuti penjual daging itu hingga sampai di rumahnya. Nabi Musa memperhatikan kegiatan penjual daging yang sedang sibuk memasak kari daging. Masakan penjual daging tersebut terlihat sungguh enak.
Setelah selesai memasak maka penjual daging itu pun mengeluarkan sebuah bakul wadah besar yang di dalamnya terdapat seorang perempuan tua, yang sudah tua benar dan sangat lemah seperti anak burung yang baru lahir. Penjual daging itu mengeluarkan perempuan tua itu sambil menjunjungnya (menggendong) dan memasukkan makanan ke dalam mulut perempuan tua tersebut sehingga dia merasa kenyang.
Kemudian penjual daging itu mencuci kain baju perempuan itu lalu dijemurnya dan dipakaikan perempuan itu pakaian yang lain. Setelah itu ia memasukkan kembali perempuan tua itu ke dalam bakul tadi. Perempuan tua itu menggerakkan bibirnya dan Nabi Musa dapat memahami kata-kata wanita itu.
Nabi Musa berkata: "Sesungguhnya aku mengetahui bahawa wanita itu berucap:
اللهم اجعل ابني جليس موسى في الجنة
"Allahummaj 'al ibnii jaliisa Musa fil jannah".
Artinya: "Ya Allah jadikanlah anakku ini teman bagi Musa di dalam surga."
Setelah memasukkan perempuan itu ke dalam bakul, maka penjual daging itu mengangkat perempuan tua itu dan meletakkannya pada sebatang kayu. Melihat hal demikian, Nabi Musa pun berkata:
"Wahai saudaraku, apakah yang telah kamu lakukan itu?"
Kemudian penjual daging itu menjawab: "Perempuan tua ini adalah ibuku, dia terlalu lemah dan tidak boleh duduk."
Berkata Musa: "Engkau berbahagia, aku ini adalah Nabi Musa dan engkau adalah orang yang akan menjadi temanku di surga."
Semoga Allah Ta'ala mempermudahkan pertemuan kita di surga dengan sebab kemuliaan Asma-Nya yang indah dan sebab kemulian manusia paling mulia Muhammad SAW. (Ihya Ulumuddin)
Wallahu A'lam
(rhs)