Inilah Perbedaan Istighfar dengan Tobat
Minggu, 14 Mei 2023 - 10:17 WIB
Ada perbedaan mendasar antara istighfar dengan tobat , selain dari pengertian juga perbedaan penerapan amalaannya. Apa saja perbedaannya?
Dalam kitab 'Madariju as-Salikin', Imam Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa istighfar artinya meminta ampun kepada Allah, dengan harapan agar Allah menutupi dan memaafkan dosa-dosa yang pernah dilakukan-nya, serta tidak menghukumnya.
Kata istighfar jika disebut dalam Al-Qur’an dan hadis secara sendiri maka berarti tobat juga. Akan tetapi jika istighfar dan tobat disebut bersamaan dalam satu kalimat, maka perbedaan antara keduanya bahwa istighfar adalah meminta ampun kepada Allah agar dipelihara dari dosa-dosa yang pernah dilakukannya, sedang tobat adalah kembali kepada Allah agar dijauhi dari kesalahan dan dosa salahan yang akan datang.
"Jadi dosa itu ada dua, yang pertama adalah dosa yang telah berlalu, maka obatnya adalah istighfar, dan yang kedua adalah dosa yang akan datang, maka obatnya adalah tobat supaya tidak terjebak di dalamnya di kemudian hari,"papar Imam Ibnu Qayyim. (lihat Madariju as- Salikin (1/308).
Imam Ibnu Katsir di dalam tafsirnya mengatakan, “Kemudian mereka diperintahkan untuk beristighfar yang dengannya akan ditutupi seluruh dosa-dosa masa lalu, dan diperintahkan bertaubat agar terhindar dari dosa-dosa yang akan datang.“ (Tafsir Ibnu Katsir)
Sedangkan Muhammad Anwar Syah al-Kasymiri di dalam al-‘Urfu asy-Syadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi, berkata:
“Untuk diketahui bahwa antara tobat dan istighfar ada beberapa perbedaaan. taubat adalah meninggalkan dosa dan berusaha keras untuk meninggalkannya serta merasa menyesal terhadap apa yang sudah dilakukannya. Itu semua tidak ada di dalam istighfar. Atas dasar itu, seseorang bisa memintakan ampun untuk orang dan ini tidak berlaku untuk taubat.“(Syarh Sunan at-Tirmidzi,1/384)
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz –rahimahullah dalam kitab 'Mawqi’ Syaikh Ibnu Baz menjelaskan, tobat berarti, menyesali (dosa) yang telah lalu, kembali melakukan ketaatan dan bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut lagi. Inilah yang disebut taubat.
Sedangkan istighfar bisa jadi terdapat tobat di dalamnya dan bisa jadi hanya sekedar ucapan di lisan. Ucapan istighfar seperti “Allahummaghfirlii” (Ya Allah, ampunilah aku) atau “Astaghfirullah” (Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu).
Adapun tobat itu sendiri dilakukan dengan menyesali dosa, berhenti dari maksiat dan bertekad tidak akan mengulanginya. Ini disebut tobat, kadang pula disebut istighfar. Istighfar yang bermanfaat adalah yang diiringi dengan penyesalan, berhenti dari dosa dan bertekad tidak akan mengulangi dosa tersebut lagi. Inilah yang kadang disebut istighfar dan kadang pula disebut tobat.
Ringkasnya, tobat lebih sempurna dan di dalamnya terdapat istighfar. Namun istighfar yang sempurna adalah jika diiringi dengan tobat.
Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala,
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun (beristighfar) terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran: 135-136).
Wallahu A'lam
Dalam kitab 'Madariju as-Salikin', Imam Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa istighfar artinya meminta ampun kepada Allah, dengan harapan agar Allah menutupi dan memaafkan dosa-dosa yang pernah dilakukan-nya, serta tidak menghukumnya.
Kata istighfar jika disebut dalam Al-Qur’an dan hadis secara sendiri maka berarti tobat juga. Akan tetapi jika istighfar dan tobat disebut bersamaan dalam satu kalimat, maka perbedaan antara keduanya bahwa istighfar adalah meminta ampun kepada Allah agar dipelihara dari dosa-dosa yang pernah dilakukannya, sedang tobat adalah kembali kepada Allah agar dijauhi dari kesalahan dan dosa salahan yang akan datang.
"Jadi dosa itu ada dua, yang pertama adalah dosa yang telah berlalu, maka obatnya adalah istighfar, dan yang kedua adalah dosa yang akan datang, maka obatnya adalah tobat supaya tidak terjebak di dalamnya di kemudian hari,"papar Imam Ibnu Qayyim. (lihat Madariju as- Salikin (1/308).
Imam Ibnu Katsir di dalam tafsirnya mengatakan, “Kemudian mereka diperintahkan untuk beristighfar yang dengannya akan ditutupi seluruh dosa-dosa masa lalu, dan diperintahkan bertaubat agar terhindar dari dosa-dosa yang akan datang.“ (Tafsir Ibnu Katsir)
Sedangkan Muhammad Anwar Syah al-Kasymiri di dalam al-‘Urfu asy-Syadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi, berkata:
“Untuk diketahui bahwa antara tobat dan istighfar ada beberapa perbedaaan. taubat adalah meninggalkan dosa dan berusaha keras untuk meninggalkannya serta merasa menyesal terhadap apa yang sudah dilakukannya. Itu semua tidak ada di dalam istighfar. Atas dasar itu, seseorang bisa memintakan ampun untuk orang dan ini tidak berlaku untuk taubat.“(Syarh Sunan at-Tirmidzi,1/384)
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz –rahimahullah dalam kitab 'Mawqi’ Syaikh Ibnu Baz menjelaskan, tobat berarti, menyesali (dosa) yang telah lalu, kembali melakukan ketaatan dan bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut lagi. Inilah yang disebut taubat.
Sedangkan istighfar bisa jadi terdapat tobat di dalamnya dan bisa jadi hanya sekedar ucapan di lisan. Ucapan istighfar seperti “Allahummaghfirlii” (Ya Allah, ampunilah aku) atau “Astaghfirullah” (Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu).
Adapun tobat itu sendiri dilakukan dengan menyesali dosa, berhenti dari maksiat dan bertekad tidak akan mengulanginya. Ini disebut tobat, kadang pula disebut istighfar. Istighfar yang bermanfaat adalah yang diiringi dengan penyesalan, berhenti dari dosa dan bertekad tidak akan mengulangi dosa tersebut lagi. Inilah yang kadang disebut istighfar dan kadang pula disebut tobat.
Ringkasnya, tobat lebih sempurna dan di dalamnya terdapat istighfar. Namun istighfar yang sempurna adalah jika diiringi dengan tobat.
Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam firman Allah Ta’ala,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ , أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun (beristighfar) terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imran: 135-136).
Baca Juga
Wallahu A'lam
(wid)