KH Abdullah Jaidi: Ketaatan dan Pengorbanan Nabi Ibrahim Layak Diteladani

Selasa, 04 Juli 2023 - 22:47 WIB
KH Abdullah Jaidi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pendidikan dan Kaderisasi. Foto/dok damai-indonesiaku
Perayaan Iduladha atau yang dikenal dengan Idul Kurban merupakan perhelatan besar yang diperingati seluruh umat Islam di dunia, termasuk di Indonesia. Pada Iduladha, umat Islam diperintahkan menyembelih hewan kurban dan membagikan dagingnya kepada yang membutuhkan.

Selain perkara pembagian daging kurban, perayaan Iduladha juga mendidik umat Islam untuk memelihara ketaatannya terhadap perintah Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dicontohkan melalui kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam.

"Padahal itu adalah putranya yang diidam-idamkan puluhan tahun lamanya, setelah sebelumnya istrinya lama tidak memiliki anak. Tiba-tiba datang perintah dari Yang Maha Kuasa untuk menyembelih anaknya sendiri. Nabi Ibrahim tetap menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan perintah itu," kata KH Abdullah Jaidi, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pendidikan dan Kaderisasi.

Kiyai Abdullah menyampaikan bahwa peringatan Idul Adha hendaknya menjadi momentum untuk meneladani ketaatan dan pengorbanan kepada Tuhan. Ketua Dewan Syura Al-Irsyad Al-Islamiyyah ini menjelaskan, kesiapan Nabi Ibrahim ini juga disampaikan kepada putranya Nabi Ismail tanpa paksaan.

Nabi Ismail mengerti bahwa perintah untuk menyembelih dirinya datang dari Allah. Bahkan Nabi Ismail menjawab kepada Nabi Ibrahim dengan berkata, "Silakan ayahanda, insyaAllah, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan meneguhkan hatiku dengan ujian ini."

"Keduanya menunjukkan sikap ketaatan yang tinggi ketika diminta berkurban pertama kalinya kepada Allah. Kedua Nabi Allah ini menjawab dengan ucapan, Sami'na wa atho'na yang berarti kami mendengar dan kami laksanakan," jelas Kiyai Jaidi.

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini menjadi contoh pengorbanan secara jasadiyah atau fisik. Sementara itu, makna berkurban yang tersirat adalah mewujudkan rasa ketaatan.

Hakikat Ibadah Kurban

Hakikat ibadah kurban merupakan simbol bahwa hidup ini penuh dengan pengorbanan. Pengorbanan dalam hal ini adalah baik jiwa, raga, ataupun harta benda. Semangat Idul Kurban itu, selain menunjukkan rasa ketaatan kita, juga menunjukkan kedisiplinan dalam bekerja, berusaha, dan dalam kehidupan pada umumnya.

Sebagai umat yang menjunjung tinggi ketaatan, tentu diharapkan dapat memenuhi aturan-aturan yang ada. Hidup ini kalau tidak ada penegakan hukum, mustahil manusia ini akan bersandar kepada aturan.

"Jika aturan tidak tegak, maka akan menjadi liar manusia yang ada. Sifat liar ini menunjukkan ketidaktaatan terhadap aturan. Esensi dari perayaan Idul Kurban ini salah satunya adalah mewujudkan ketaatan dan kedisiplinan dalam hidup, sehingga kita akan berhasil pada perjalanan hidup ini," terang Kiyai Jaidi.

Idul Adha harus dijadikan momentum untuk saling menghormati dan menebarkan kasih sayang. Pasalnya, tujuan hidup manusia saling menghormati dan saling menghargai. Itu penting agar sesama manusia tidak saling membinasakan jiwa orang lain tanpa sebuah kebenaran. Caranya dengan menegakkan aturan dan hukum untuk menciptakan ketentraman.

Selain itu, umat juga harus menegakkan kejujuran dan keadilan. Menurutnya, orang yang tidak menegakkan kejujuran dan keadilan pasti jiwanya itu dihantui perasaan bersalah dan ketakutan.

"Janganlah kita membuat sebuah keonaran, membuat gaduh, apalagi melakukan gerakan-gerakan yang bersikat radikalisme dan ekstremisme. Kita membuat ketenangan dalam hidup," ujarnya.

Ulama senior ini juga menekankan pentingnya kasih sayang terhadap sesama manusia. Dalam momentum Hari Raya Kurban, daging dari hewan kurban itu selain diberikan kepada fakir miskin dari umat Islam, seharusnya juga diberikan kepada umat lain yang membutuhkan walaupun berbeda agamanya. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan rasa kemanusiaan dan kebersamaan dalam kehidupan ini, sekaligus sebagai semangat dari perayaan Idul Adha itu sendiri.

Dalam kehidupan kita, harus dibarengi dengan kebaikan melalui bingkai saling tolong-menolong dan kasih-mengasihi. Melalui ibadah kurban pula, kita semua mengharapkan adanya sebuah masyarakat yang marhamah, yang penuh kasih sayang. Adanya saling mengasihi dalam Idul Adha inilah yang dapat membuat para kaum dhuafa dapat merasakan daging dari hewan yang dikurbankan, sebagaimana orang-orang yang berkecukupan merasakannya pada hari yang lain.

KH Abdullah Jaidi berpesan agar perayaan Idul Adha tahun ini dapat menjadikan kita sebagai pribadi yang dewasa dan toleran, terutama menjelang Pemilu 2024. Ajang pemilihan umum yang sering disebut juga dengan pesta demokrasi selayaknya disambut dengan suka cita dengan saling menghormati tanpa diskriminasi.

(rhs)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:  Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat isya' dan shalat subuh.  Sekiranya mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya, pasti mereka akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.

(HR. Sunan Ibnu Majah No. 789)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More