Begini Gambaran Cinta Abdul Muthalib kepada Nabi Muhammad SAW
Kamis, 21 September 2023 - 17:59 WIB
Pada usia 6 tahun, Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu. Bunda Aminah wafat dalam perjalanan pulang dari ziarah ke makam Abdullah, sang suami, di Madinah (Yatsrib). Beliau jatuh sakit, kemudian meninggal dan dikuburkan di Abwa’ yang berada antara Makkah dan Madinah.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menjelaskan sejak itu Nabi Muhammad diasuh Abdul-Muthalib. "Sang kakek sangat mencintai Muhammad, melebihi sayangnya kepada anak-anaknya," tulis Haekal.
Diceritakan oleh Ibnu Hisyam bahwa ada satu tempat istirahat khusus untuk Abdul Muthalib di bawah naungan Kakbah . Anak-anaknya biasa duduk mengelilingi tempat itu menungu kedatangan ayah mereka. Pada suatu hari Muhammad datang dan langsung duduk di tempat istirahat khusus untuk Abdul Muthalib tersebut.
Spontan anak-anaknya menarik Muhammad agar mundur dari tempat tersebut. Ketika hal itu diketahui oleh Abdul Muthalib beliau menegur anak-anaknya. “Biarkan cucuku ini, sungguh dia begitu istimewa,” katanya.
Haekal menyebutkan, Abdul-Muthalib mengasuh cucunya itu dengan sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih-sayangnya kepada cucu ini.
“Biasanya buat orang tua itu -pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Makkah – diletakkannya hamparan tempat dia duduk di bawah naungan Kakbah, dan anak-anaknya lalu duduk pula sekeliling hamparan itu sebagai penghormatan kepada orang tua,” tutur Haekal.
Tetapi apabila Muhammad yang datang, kata Haekal, maka didudukkannya ia di sampingnya di atas hamparan itu sambil ia mengelus-ngelus punggungnya. “Melihat betapa besarnya rasa cintanya itu paman-paman Muhammad tidak mau membiarkannya di belakang dari tempat mereka duduk itu,” ujar Haekal lagi.
Sayang, Abdul-Muthalib dua tahun kemudian meninggal, dalam usia delapanpuluh tahun. Sedangkan Muhammad waktu itu baru berumur delapan tahun.
Haekal melukiskan, sekali lagi Muhammad dirundung kesedihan karena kematian kakeknya itu, seperti yang sudah dialaminya ketika ibunya meninggal. Begitu sedihnya dia, sehingga selalu ia menangis sambil mengantarkan keranda jenazah sampai ketempat peraduan terakhir.
“Bahkan sesudah itupun ia masih tetap mengenangkannya sekalipun sesudah itu, di bawah asuhan Abu Thalib pamannya ia mendapat perhatian dan pemeliharaan yang baik sekali, mendapat perlindungan sampai masa kenabiannya, yang terus demikian sampai pamannya itupun achirnya meninggal,” tulis Haekal.
Lihat Juga: Kisah Abdullah Ayah Rasulullah SAW yang akan Disembelih di Antara Berhala Isaf dan Na'ila
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" menjelaskan sejak itu Nabi Muhammad diasuh Abdul-Muthalib. "Sang kakek sangat mencintai Muhammad, melebihi sayangnya kepada anak-anaknya," tulis Haekal.
Baca Juga
Diceritakan oleh Ibnu Hisyam bahwa ada satu tempat istirahat khusus untuk Abdul Muthalib di bawah naungan Kakbah . Anak-anaknya biasa duduk mengelilingi tempat itu menungu kedatangan ayah mereka. Pada suatu hari Muhammad datang dan langsung duduk di tempat istirahat khusus untuk Abdul Muthalib tersebut.
Spontan anak-anaknya menarik Muhammad agar mundur dari tempat tersebut. Ketika hal itu diketahui oleh Abdul Muthalib beliau menegur anak-anaknya. “Biarkan cucuku ini, sungguh dia begitu istimewa,” katanya.
Haekal menyebutkan, Abdul-Muthalib mengasuh cucunya itu dengan sungguh-sungguh dan mencurahkan segala kasih-sayangnya kepada cucu ini.
“Biasanya buat orang tua itu -pemimpin seluruh Quraisy dan pemimpin Makkah – diletakkannya hamparan tempat dia duduk di bawah naungan Kakbah, dan anak-anaknya lalu duduk pula sekeliling hamparan itu sebagai penghormatan kepada orang tua,” tutur Haekal.
Tetapi apabila Muhammad yang datang, kata Haekal, maka didudukkannya ia di sampingnya di atas hamparan itu sambil ia mengelus-ngelus punggungnya. “Melihat betapa besarnya rasa cintanya itu paman-paman Muhammad tidak mau membiarkannya di belakang dari tempat mereka duduk itu,” ujar Haekal lagi.
Sayang, Abdul-Muthalib dua tahun kemudian meninggal, dalam usia delapanpuluh tahun. Sedangkan Muhammad waktu itu baru berumur delapan tahun.
Haekal melukiskan, sekali lagi Muhammad dirundung kesedihan karena kematian kakeknya itu, seperti yang sudah dialaminya ketika ibunya meninggal. Begitu sedihnya dia, sehingga selalu ia menangis sambil mengantarkan keranda jenazah sampai ketempat peraduan terakhir.
“Bahkan sesudah itupun ia masih tetap mengenangkannya sekalipun sesudah itu, di bawah asuhan Abu Thalib pamannya ia mendapat perhatian dan pemeliharaan yang baik sekali, mendapat perlindungan sampai masa kenabiannya, yang terus demikian sampai pamannya itupun achirnya meninggal,” tulis Haekal.
Lihat Juga: Kisah Abdullah Ayah Rasulullah SAW yang akan Disembelih di Antara Berhala Isaf dan Na'ila
(mhy)