Kisah Umar bin Khattab Membebaskan Palestina dari Cengkeraman Romawi Selama Ribuan Tahun
Jum'at, 13 Oktober 2023 - 17:34 WIB
Umar bin Khattab merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam. Ia adalah khalifah kedua dalam sejarah Islam, sekaligus pahlawan perjuangan masyarakat Islam.
Salah satu bentuk perjuangan dari Umar bin Khattab adalah misi pembebasan Palestina dan Yerusalem dari cengkeraman Romawi. Kala itu, Palestina berada dibawah tekanan bangsa Romawi selama ribuan tahun.
Lantas, bagaimana kisah Umar bin Khattab dalam pembebasan Palestina dari Cengkeraman Romawi? Simak ulasan berikut ini.
Kedua kekaisaran ini memiliki kekuatan militer dan politik yang sangat besar, serta memiliki pengaruh kuat di wilayah Timur Tengah, termasuk Palestina dan Yerusalem. Palestina dan Yerusalem adalah tanah suci bagi tiga agama samawi, yaitu Islam, Yahudi, dan Kristen.
Setelah Abu Bakar wafat pada tahun 634 M, Umar bin Khattab terpilih menjadi khalifah kedua Islam. Salah satu prioritas beliau adalah melanjutkan perjuangan melawan Bizantium, yang telah menyatakan permusuhan terhadap Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Sebuah kota penting yang menjadi target mereka adalah Yerusalem, yang merupakan ibu kota provinsi Palestina di bawah Bizantium. Kota ini dikenal dengan nama Aelia Capitolina oleh Bizantium, dan al-Quds oleh Muslim.
Pasukan Muslim mulai mengepung kota ini pada tahun 637 M. Pengepungan ini berlangsung selama beberapa bulan, dengan beberapa kali terjadi pertempuran sengit antara kedua belah pihak.
Akhirnya, pada tahun 638 M, Bizantium menyerah dan bersedia menyerahkan kota itu kepada pasukan Muslim. Namun, ia menolak untuk menyerahkan kota itu kepada siapa pun selain Umar bin Khattab sendiri. Oleh karena itu, Umar bin Khattab meninggalkan Madinah dan melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk menerima penyerahan kota itu secara langsung.
Ketika sampai di Yerusalem, Umar bin Khattab disambut dengan hormat oleh pasukan Bizantium. Umar bin Khattab kemudian membuat sebuah perjanjian yang dinamakan dengan 'Perjanjian Umar'.
Perjanjian ini mengatur hak-hak dan kewajiban penduduk kota, baik Muslim maupun non-Muslim. Perjanjian ini menjamin kebebasan beragama, perlindungan terhadap gereja-gereja dan salib-salib, serta kewajiban membayar pajak.
Ketika Umar bin Khattab membebaskan Yerusalem dari Bizantium, beliau juga memberikan hak kepada umat Yahudi untuk kembali ke kota itu dan beribadah di Tembok Ratapan.
Hal ini merupakan sebuah pengakuan dan penghormatan terhadap umat Yahudi sebagai saudara seiman dari umat Islam. Banyak umat Yahudi yang bersyukur dan mengagumi sikap Umar bin Khattab.
Salah satu bentuk perjuangan dari Umar bin Khattab adalah misi pembebasan Palestina dan Yerusalem dari cengkeraman Romawi. Kala itu, Palestina berada dibawah tekanan bangsa Romawi selama ribuan tahun.
Lantas, bagaimana kisah Umar bin Khattab dalam pembebasan Palestina dari Cengkeraman Romawi? Simak ulasan berikut ini.
Kisah Umar bin Khattab dalam Membebaskan Palestina
Sebelum Umar bin Khattab menjadi khalifah, Islam telah berkembang pesat di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan khalifah pertama Abu Bakar. Namun, Islam masih menghadapi tantangan besar dari dua kekaisaran besar, yaitu Persia dan Bizantium.Kedua kekaisaran ini memiliki kekuatan militer dan politik yang sangat besar, serta memiliki pengaruh kuat di wilayah Timur Tengah, termasuk Palestina dan Yerusalem. Palestina dan Yerusalem adalah tanah suci bagi tiga agama samawi, yaitu Islam, Yahudi, dan Kristen.
Setelah Abu Bakar wafat pada tahun 634 M, Umar bin Khattab terpilih menjadi khalifah kedua Islam. Salah satu prioritas beliau adalah melanjutkan perjuangan melawan Bizantium, yang telah menyatakan permusuhan terhadap Islam sejak zaman Nabi Muhammad SAW.
Sebuah kota penting yang menjadi target mereka adalah Yerusalem, yang merupakan ibu kota provinsi Palestina di bawah Bizantium. Kota ini dikenal dengan nama Aelia Capitolina oleh Bizantium, dan al-Quds oleh Muslim.
Pasukan Muslim mulai mengepung kota ini pada tahun 637 M. Pengepungan ini berlangsung selama beberapa bulan, dengan beberapa kali terjadi pertempuran sengit antara kedua belah pihak.
Akhirnya, pada tahun 638 M, Bizantium menyerah dan bersedia menyerahkan kota itu kepada pasukan Muslim. Namun, ia menolak untuk menyerahkan kota itu kepada siapa pun selain Umar bin Khattab sendiri. Oleh karena itu, Umar bin Khattab meninggalkan Madinah dan melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk menerima penyerahan kota itu secara langsung.
Ketika sampai di Yerusalem, Umar bin Khattab disambut dengan hormat oleh pasukan Bizantium. Umar bin Khattab kemudian membuat sebuah perjanjian yang dinamakan dengan 'Perjanjian Umar'.
Perjanjian ini mengatur hak-hak dan kewajiban penduduk kota, baik Muslim maupun non-Muslim. Perjanjian ini menjamin kebebasan beragama, perlindungan terhadap gereja-gereja dan salib-salib, serta kewajiban membayar pajak.
Ketika Umar bin Khattab membebaskan Yerusalem dari Bizantium, beliau juga memberikan hak kepada umat Yahudi untuk kembali ke kota itu dan beribadah di Tembok Ratapan.
Hal ini merupakan sebuah pengakuan dan penghormatan terhadap umat Yahudi sebagai saudara seiman dari umat Islam. Banyak umat Yahudi yang bersyukur dan mengagumi sikap Umar bin Khattab.
(wid)