Mengapa Perjanjian Yahudi dengan Kaum Muslimin Dinamakan Piagam Madinah?

Senin, 16 Oktober 2023 - 09:46 WIB
Mengapa disebut Piagam Madinah dan bukan Piagam Yatsrib? Ilustrasi: Ist
Perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dan kaum Yahudi Madinah yang paling monumenal adalah Piagam Madinah . Lalu, mengapa disebut Piagam Madinah dan bukan Piagam Yatsrib?

"Dua nama ini sama-sama kuno," tulis Dr Muhammad bin Fariz al-Jamil dalam buku yang diterjemahkan Indi Aunullah berjudul "Nabi Muhammad dan Yahudi Madinah".

Menurutnya, Yatsrib, seperti diklaim salah satu sumber, adalah nama kuno yang berasal dari Yatsrib bin Qaniyah bin Mahlail bin Irm, salah satu cucu Nabi Nuh , karena dialah orang Arab pertama yang tinggal di sana.

Nama kedua, Madinah, juga kuno dan tampaknya berasal dari bahasa Aram, seperti dinyatakan beberapa peneliti. Nama ini berasal dari kata Aram “medinta” atau “medinto” yang sepadan dengan kata Arab “madinah” yang bermakna “kota”.



Menurut al-Jamil, jelaslah bahwa tempat hijrah Rasulullah dikenal dengan dua nama sekaligus: Yatsrib dan Madinah. Dalam sebuah hadis mengenai negeri hijrahnya, Rasulullah bersabda, “Aku bermimpi melihat diriku hijrah dari Makkah ke sebuah negeri yang ditumbuhi kurma. Aku mengira tempat itu Yamamah atau Hajar, namun ternyata ia adalah Yatsrib ....”

Ketika Rasul mulia memutuskan hijrah ke Madinah, beberapa sahabat mengadukan beratnya meninggalkan Makkah dan ketidakmampuan mereka menanggung wabah penyakit yang kerap menjangkiti Madinah, maka beliau berdoa kepada Tuhan, “Ya Allah, buatlah kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah atau lebih dari itu ....”

Begitu pula, dalam perjalanan menuju Badar pada tahun 2 H, beliau mendoakan keberkahan bagi Madinah seraya menyebutkan kemuliaan kota itu. Beliau berkata, “... Aku berdoa kepada-Mu bagi penduduk Madinah, agar Engkau berkahi sha' dan mud mereka, juga buah-buahan mereka ....”'

Al-Qur'an satu kali menyebut “Yatsrib”, yaitu saat menceritakan perkataan orang-orang munafik dalam peristiwa Perang Ahzab, “Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata, “Wahai penduduk Yatsrib! Tidak ada tempat bagimu ...” ( QS al-Ahzab (33) : 13). Sebaliknya, al-Quran berkali-kali menyebut “Madinah”, khususnya pada surah al-Munifiqun ayat 8, al-Ahzab ayat 60, serta at-Taubah ayat 101 dan 120.



Dari paparan di atas, kata al-Jamil, jelaslah bahwa berbagai riwayat terdahulu dari Rasulullah maupun ayat-ayat dalam al-Quran lebih mengutamakan penggunaan nama “Madinah” daripada “Yatsrib”.

Jika kita kembali ke berbagai sumber biografi Nabi Muhammad dan memeriksa teks-teks terkait Piagam Madinah, kita akan mendapati bahwa riwayat paling awal yang mendokumentasikan piagam atau dokumen ini adalah riwayat Ibnu Syihab az-Zuhri (w. 124 H) dalam laporan Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (w. 224 H) yang menyebut Yatsrib dua kali dan Madinah satu kali."

Kita juga mendapati teks riwayat az-Zuhri itu dalam laporan Humaid bin Zanjuwaih (w. 251 H) yang menyebut nama Madinah dan Yatsrib masing-masing dua kali.”

Jadi, ada perbedaan antara kedua riwayat ini terkait nama Madinah dan Yatsrib. Sementara itu, dalam riwayat Ibnu Ishaq (w. 151 H) yang dinukil Ibnu Hisyam, nama Yatsrib disebut tiga kali dan Madinah disebut sekali.

Semua riwayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa kedua nama, Yatsrib dan Madinah, sama-sama termuat dalam Piagam. Walau begitu, penyebutan populer atas perjanjian damai ini adalah Shahifah al-Madinah (Piagam Madinah).

Ia tidak dihubungkan dengan Yatsrib, terutama karena kata ini identik dengan orang-orang munafik.” Di samping itu, Rasulullah melarang kota Hijrah ini disebut “Yatsrib”, melainkan direkomendasikan sebutan “Madinah”.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Farwah bin Naufal Al Asyja'i dia berkata: Saya pernah bertanya kepada Aisyah tentang doa yang pernah diucapkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat memohon kepada Allah Azza wa Jalla, maka Aisyah menjawab, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa: ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MIN SYARRI MAA 'AMILTU WA MIN SYARRI MAA LAM A'MAL (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatan yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan).

(HR. Muslim No. 4891)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More