Kekeliruan Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani Diabadikan dalam Al-Qur'an
Selasa, 12 Desember 2023 - 23:21 WIB
Al-Qur'an mengabadikan keyakinan keliru Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani tentang Tauhid. Kaum Yahudi berkata bahwa Uzair itu putra Allah, sedangkan orang-orang Nasrani berkeyakinan bahwa Allah mempunyai anak.
Allah menerangkan kesesatan akidah mereka dan melaknat keyakinan tersebut dalam satu ayat Al-Qur'an. Ayat ini sekaligus menegaskan bahwa Allah Maha Sempurna, dan tidak ada satu pun yang serupa dan sama dengan-Nya.
وَقَالَتِ الۡيَهُوۡدُ عُزَيۡرُ ۨابۡنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الۡمَسِيۡحُ ابۡنُ اللّٰهِؕ ذٰ لِكَ قَوۡلُهُمۡ بِاَ فۡوَاهِهِمۡ ۚ يُضَاهِئُونَ قَوۡلَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۚ اَنّٰى يُؤۡفَكُوۡنَ
Artinya: "Dan orang-orang Yahudi berkata, "Uzair putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih putra Allah." Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?" (QS. At-Taubah Ayat 30)
Dalam tafsir ringkas Kementerian Agama disebutkan bahwa Uzair adalah seorang pendeta bangsa Yahudi, penduduk negeri Babilon yang hidup sekitar Tahun 457 sebelum Masehi. Dia seorang pengarang ulung, pendiri suatu perhimpunan besar, dan rajin mengumpulkan naskah-naskah Kitab Suci dari berbagai daerah.
Dialah yang memasukkan huruf-huruf Kaldea atau Arami sebagai pengganti huruf-huruf Ibrani kuno. Dia juga yang menulis hal-hal yang terkait dengan peredaran matahari, dan menyusun kembali kitab-kitab bermutu yang telah berantakan. Semasa hidupnya, ia dianggap sebagai masa kesuburan agama Yahudi, karena dialah penyair syariat Taurat yang terkemuka, menghidupkan syariat itu kembali sesudah sekian lama dilupakan orang.
Karena itu, kaum Yahudi menganggapnya sebagai orang suci yang lebih dekat kepada Allah. Bahkan sebagian dari mereka yang fanatik menganggap dan memanggilnya dengan "anak Allah". Meskipun hanya sebagian dari kaum Yahudi yang berkeyakinan demikian tetapi dapat dianggap bahwa keyakinan itu adalah kepercayaan mereka seluruhnya karena ucapan yang salah itu tidak dibantah dan tidak diingkari oleh golongan yang lain.
Demikian halnya kaum Nasrani terhadap Isa Al-Masih. Mereka mengatakan bahwa Isa itu anak Allah. Kepercayaan inipun sangat bertentangan dengan iman kepada Allah. Sekalipun pada mulanya kata-kata "Isa itu anak Allah" hanyalah merupakan ucapan nenek moyang mereka yang menganggap Isa adalah orang yang mulia, dikasihi Allah dan terhormat, dan ucapan itu tidak berarti anak Allah yang sebenarnya.
Namun demikian, lambat laun terutama ketika kepercayaan agama Hindu menyusup masuk ke dalam kaum Nasrani dan kedua agama itu berdampingan, bahu membahu, tertanamlah di dalam hati mereka kepercayaan bahwa Isa Al-Masih itu adalah benar-benar anak Allah. Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, timbullah perubahan dalam kepercayaan mereka, bahwa anak Allah dan Allah juga Rohulkudus (Roh Suci), yang kemudian dikenal dengan "Bapak, anak dan ruh suci", hakekatnya menyatu pada diri Allah.
Menurut keyakinan mereka, tiga unsur tersebut yaitu: Anak Allah, Allah dan Roh Suci pada hakikatnya hanya satu. Ajaran ini sudah menjadi ketetapan dalam agama Nasrani, tiga abad sepeninggal Isa Al-Masih. Meskipun kepercayaan ini ditentang oleh sebagian dari mereka yang tidak sedikit jumlahnya, tetapi gereja-gereja Katolik, Ortodok, dan Protestan tetap pada pendiriannya. Bahkan orang-orang yang tidak membenarkan kepercayaan itu, dianggap tidak lagi termasuk kaum Nasrani dan telah murtad dari agamanya.
Mengatakan Isa Al-Masih anak Allah dan meyakini bahwa tiga oknum suci itu adalah hakikat Tuhan Yang Maha Esa, tidak dibenarkan oleh Allah dan tidak dapat diterima akal sehat. Belum ada satu agama Nabi-nabi sebelum itu menganut kepercayaan demikian. Allah menegaskan bahwa ucapan mereka seperti itu, tidak mempunyai hakikat kebenaran sedikit juga dan tidak ada satu dalil dan bukti yang nyata dapat menguatkannya.
Sejalan dengan ini Allah berfirman: "Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka." (QS Al-Kahf: 5)
Di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru sendiri tidak terdapat keterangan yang menyatakan bahwa Isa Al-Masih itu anak Allah. Sesungguhnya mereka sudah sesat jauh dari ajaran yang sebenarnya. Mereka meniru-niru ucapan orang-orang kafir sebelumnya, seperti orang-orang musyrik bangsa Arab yang mengatakan bahwa Malaikat-malaikat itu adalah puteri-puteri Allah. Na'udzubillah min dzalik.
Sejarah mencatat bahwa kepercayan "Tuhan beranak, Tuhan menjelma dalam tiga unsur berhakikat satu" adalah kepercayaan kaum Brahma dan Budha di India, kepercayaan bangsa-bangsa Jepang, Persia, Mesir, Yunani, dan Romawi zaman dahulu. Keadaan orang-orang Yahudi dan Nasrani mempercayai bahwa Allah beranak, belum pernah ada seorang pun dari bangsa Arab yang mengetahuinya, begitu pula orang-orang yang berada di sekitarnya.
Dan baru dengan turunnya Al-Qur'an, diketahui kerancuan pemahaman mereka terhadap hakikat Nabi Isa, Tuhan, dan Roh Kudus. Kalaulah tidak ada ayat yang mengoreksi kesalahan pemahaman ini, tentu kesalahan itu tidak disadari sampai saat ini. Ini adalah salah satu mukjizat Al-Qur'an.
Allah mengutuk mereka karena belum mau menginsafi dan menyadari kesesatannya. Apalagi para Rasul utusan Allah telah menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Namun mereka tidak mau kembali kepada akidah tauhid, bahkan tetap bertahan pada keyakinannya yang keliru, yaitu menganggap bahwa Uzair dan Isa Al-Masih adalah anak Allah. Padahal keduanya adalah manusia biasa dan hamba-Nya, seperti juga manusia lainnya, sekalipun diakui bahwa keduanya adalah manusia yang saleh, taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persangkakan.
Wallahu A'lam
Allah menerangkan kesesatan akidah mereka dan melaknat keyakinan tersebut dalam satu ayat Al-Qur'an. Ayat ini sekaligus menegaskan bahwa Allah Maha Sempurna, dan tidak ada satu pun yang serupa dan sama dengan-Nya.
وَقَالَتِ الۡيَهُوۡدُ عُزَيۡرُ ۨابۡنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الۡمَسِيۡحُ ابۡنُ اللّٰهِؕ ذٰ لِكَ قَوۡلُهُمۡ بِاَ فۡوَاهِهِمۡ ۚ يُضَاهِئُونَ قَوۡلَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۚ اَنّٰى يُؤۡفَكُوۡنَ
Artinya: "Dan orang-orang Yahudi berkata, "Uzair putra Allah," dan orang-orang Nasrani berkata, "Al-Masih putra Allah." Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?" (QS. At-Taubah Ayat 30)
Dalam tafsir ringkas Kementerian Agama disebutkan bahwa Uzair adalah seorang pendeta bangsa Yahudi, penduduk negeri Babilon yang hidup sekitar Tahun 457 sebelum Masehi. Dia seorang pengarang ulung, pendiri suatu perhimpunan besar, dan rajin mengumpulkan naskah-naskah Kitab Suci dari berbagai daerah.
Dialah yang memasukkan huruf-huruf Kaldea atau Arami sebagai pengganti huruf-huruf Ibrani kuno. Dia juga yang menulis hal-hal yang terkait dengan peredaran matahari, dan menyusun kembali kitab-kitab bermutu yang telah berantakan. Semasa hidupnya, ia dianggap sebagai masa kesuburan agama Yahudi, karena dialah penyair syariat Taurat yang terkemuka, menghidupkan syariat itu kembali sesudah sekian lama dilupakan orang.
Karena itu, kaum Yahudi menganggapnya sebagai orang suci yang lebih dekat kepada Allah. Bahkan sebagian dari mereka yang fanatik menganggap dan memanggilnya dengan "anak Allah". Meskipun hanya sebagian dari kaum Yahudi yang berkeyakinan demikian tetapi dapat dianggap bahwa keyakinan itu adalah kepercayaan mereka seluruhnya karena ucapan yang salah itu tidak dibantah dan tidak diingkari oleh golongan yang lain.
Demikian halnya kaum Nasrani terhadap Isa Al-Masih. Mereka mengatakan bahwa Isa itu anak Allah. Kepercayaan inipun sangat bertentangan dengan iman kepada Allah. Sekalipun pada mulanya kata-kata "Isa itu anak Allah" hanyalah merupakan ucapan nenek moyang mereka yang menganggap Isa adalah orang yang mulia, dikasihi Allah dan terhormat, dan ucapan itu tidak berarti anak Allah yang sebenarnya.
Namun demikian, lambat laun terutama ketika kepercayaan agama Hindu menyusup masuk ke dalam kaum Nasrani dan kedua agama itu berdampingan, bahu membahu, tertanamlah di dalam hati mereka kepercayaan bahwa Isa Al-Masih itu adalah benar-benar anak Allah. Setelah berlalu beberapa waktu lamanya, timbullah perubahan dalam kepercayaan mereka, bahwa anak Allah dan Allah juga Rohulkudus (Roh Suci), yang kemudian dikenal dengan "Bapak, anak dan ruh suci", hakekatnya menyatu pada diri Allah.
Menurut keyakinan mereka, tiga unsur tersebut yaitu: Anak Allah, Allah dan Roh Suci pada hakikatnya hanya satu. Ajaran ini sudah menjadi ketetapan dalam agama Nasrani, tiga abad sepeninggal Isa Al-Masih. Meskipun kepercayaan ini ditentang oleh sebagian dari mereka yang tidak sedikit jumlahnya, tetapi gereja-gereja Katolik, Ortodok, dan Protestan tetap pada pendiriannya. Bahkan orang-orang yang tidak membenarkan kepercayaan itu, dianggap tidak lagi termasuk kaum Nasrani dan telah murtad dari agamanya.
Mengatakan Isa Al-Masih anak Allah dan meyakini bahwa tiga oknum suci itu adalah hakikat Tuhan Yang Maha Esa, tidak dibenarkan oleh Allah dan tidak dapat diterima akal sehat. Belum ada satu agama Nabi-nabi sebelum itu menganut kepercayaan demikian. Allah menegaskan bahwa ucapan mereka seperti itu, tidak mempunyai hakikat kebenaran sedikit juga dan tidak ada satu dalil dan bukti yang nyata dapat menguatkannya.
Sejalan dengan ini Allah berfirman: "Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka." (QS Al-Kahf: 5)
Di dalam kitab-kitab Perjanjian Baru sendiri tidak terdapat keterangan yang menyatakan bahwa Isa Al-Masih itu anak Allah. Sesungguhnya mereka sudah sesat jauh dari ajaran yang sebenarnya. Mereka meniru-niru ucapan orang-orang kafir sebelumnya, seperti orang-orang musyrik bangsa Arab yang mengatakan bahwa Malaikat-malaikat itu adalah puteri-puteri Allah. Na'udzubillah min dzalik.
Sejarah mencatat bahwa kepercayan "Tuhan beranak, Tuhan menjelma dalam tiga unsur berhakikat satu" adalah kepercayaan kaum Brahma dan Budha di India, kepercayaan bangsa-bangsa Jepang, Persia, Mesir, Yunani, dan Romawi zaman dahulu. Keadaan orang-orang Yahudi dan Nasrani mempercayai bahwa Allah beranak, belum pernah ada seorang pun dari bangsa Arab yang mengetahuinya, begitu pula orang-orang yang berada di sekitarnya.
Dan baru dengan turunnya Al-Qur'an, diketahui kerancuan pemahaman mereka terhadap hakikat Nabi Isa, Tuhan, dan Roh Kudus. Kalaulah tidak ada ayat yang mengoreksi kesalahan pemahaman ini, tentu kesalahan itu tidak disadari sampai saat ini. Ini adalah salah satu mukjizat Al-Qur'an.
Allah mengutuk mereka karena belum mau menginsafi dan menyadari kesesatannya. Apalagi para Rasul utusan Allah telah menjelaskan bahwa Allah itu Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Namun mereka tidak mau kembali kepada akidah tauhid, bahkan tetap bertahan pada keyakinannya yang keliru, yaitu menganggap bahwa Uzair dan Isa Al-Masih adalah anak Allah. Padahal keduanya adalah manusia biasa dan hamba-Nya, seperti juga manusia lainnya, sekalipun diakui bahwa keduanya adalah manusia yang saleh, taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persangkakan.
Wallahu A'lam
(rhs)