Mengenal Akidah dan Konsep Gerakan Dakwah Hasan Al-Banna, Pendiri Ikhwanul Muslimin
loading...
A
A
A
Hasan al-Banna adalah tokoh Ikhwanul Muslimin yang terlibat dalam perjuangan rakyat Palestina pada tahun 1948. Akibatnya, pihak Barat, melalui pemerintah Mesir , membubarkan organisasinya itu. Hasan al-Banna terbunuh pada 12 Februari 1949 di Kairo. Lalu, bagaimana sejatinya konsep gerakan dakwah Hasan al-Bana sehingga pengaruhnya begitu besar di dunia Islam ?
Tampilnya Hasan al-Banna dalam sejarah Mesir tak dapat dilepaskan dari konteks sosial politik yang melanda Mesir pada saat itu. Ia merespon kondisi tersebut dengan konsep dan gerakan yang tak kalah gencarnya dibanding konsep pembaharuan sebelumnya.
Al-Banna sebagai seorang pembaharu dalam Islam mempunyai concern tertentu yang menjadi ciri dari pembaharuannya. Di antara bidang-bidang yang menjadi perhatiannya adalah akidah , dakwah , pendidikan , ekonomi , politik, dan sosial.
Aunul Shah M. Abied dalam buku berjudul "Islam Garda Depan; Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah" (Bandung, 2001) menjelaskan akidah Ikhwan al-Muslimin bersumberkan dari satu metode yang telah diletakkan oleh Nabi Muhammad SAW , yang semenjak empat belas abad lamanya tidak mengalami perubahan.
Maka Ahl alSunnah wa al-Jama’ah adalah metode Ikhwan dalam berakidah, kata Aunul Shah, yang mana akidah menurut al-Banna ialah suatu yang harus dipercayai oleh hati-hati (mu), dengan itu diri (mu) merasa senang. Dan akan timbul pada dirimu keyakinan yang tidak dicampuri oleh keraguan.
Mengesakan Tuhan dengan hati dan menguatkan keyakinan hati dengan akal pikiran yang terefleksikan terhadap ciptaan-Nya. Sekian banyak orang berusaha menakwilkan Allah dengan ilmu pengetahuan, tetapi usaha demikian tidak menambah keimanan bagi dirinya, melainkan hanya mengaburkan makna dari pengesaan.
Mereka digolongkan oleh sebagian kaum sebagai al-bid’ah yang tidak bisa menerima ketidakmampuannya akal dalam menjangkau zat Tuhan, dikarenakan keterbatasan daya pikir.
Inilah yang tidak diinginkan oleh al-Banna terjadi dalam pergerakannya yang berakibat sampingan bagi terpecahnya jamaah akibat perselisihan memahami zat Allah menuju final poin, seperti pesan-pesan agama, di antaranya hadis Rasulullah, berpikirlah terhadap ciptaan Allah dan jangan memikirkan zat (tentang) Allah, sesungguhnya kamu tidak mampu memikirkan Allah.
Konsep Dakwah
Dakwah dalam pengertian yang umum adalah mengajak kepada kebenaran dan kebaikan. Dakwah dalam pengertian ini bukanlah milik agama Islam saja, melainkan milik semua agama, bahkan ia menjadi titik sentral bagi aktivitas keagamaan setiap pemeluknya.
"Dakwah bagi al-Banna mengandung makna yang kompleks, yang berarti alat, metode dan sekaligus tujuan," ujar Aunul Shah.
Hal ini sebagaimana terlihat dalam konsep gerakannya dan upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka penerapan ajaran Islam secara menyeluruh.
Adapun prioritas dakwah al-Banna bisa kita bagi menjadi dua fase utama. Pertama, Dakwah pada abad ke-19 M, yang berfokuskan pada:
1. Pembentukan diri Muslim sejati
2. Terciptanya keluarga Islami
3. Masyarakat Islami
4. Pemerintahan Islami
Kedua, dakwah pada masa-masa selanjutnya, sebagai follow-up dari realisasi dakwah pada tahun-tahun pertama, yang menekankan dakwahnya ialah:
1. Islamisasi alam Islami (dunia)
2. Justifikasi eksistensi akal
3. Revitalisasi agama.
Tampilnya Hasan al-Banna dalam sejarah Mesir tak dapat dilepaskan dari konteks sosial politik yang melanda Mesir pada saat itu. Ia merespon kondisi tersebut dengan konsep dan gerakan yang tak kalah gencarnya dibanding konsep pembaharuan sebelumnya.
Al-Banna sebagai seorang pembaharu dalam Islam mempunyai concern tertentu yang menjadi ciri dari pembaharuannya. Di antara bidang-bidang yang menjadi perhatiannya adalah akidah , dakwah , pendidikan , ekonomi , politik, dan sosial.
Aunul Shah M. Abied dalam buku berjudul "Islam Garda Depan; Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah" (Bandung, 2001) menjelaskan akidah Ikhwan al-Muslimin bersumberkan dari satu metode yang telah diletakkan oleh Nabi Muhammad SAW , yang semenjak empat belas abad lamanya tidak mengalami perubahan.
Maka Ahl alSunnah wa al-Jama’ah adalah metode Ikhwan dalam berakidah, kata Aunul Shah, yang mana akidah menurut al-Banna ialah suatu yang harus dipercayai oleh hati-hati (mu), dengan itu diri (mu) merasa senang. Dan akan timbul pada dirimu keyakinan yang tidak dicampuri oleh keraguan.
Mengesakan Tuhan dengan hati dan menguatkan keyakinan hati dengan akal pikiran yang terefleksikan terhadap ciptaan-Nya. Sekian banyak orang berusaha menakwilkan Allah dengan ilmu pengetahuan, tetapi usaha demikian tidak menambah keimanan bagi dirinya, melainkan hanya mengaburkan makna dari pengesaan.
Mereka digolongkan oleh sebagian kaum sebagai al-bid’ah yang tidak bisa menerima ketidakmampuannya akal dalam menjangkau zat Tuhan, dikarenakan keterbatasan daya pikir.
Inilah yang tidak diinginkan oleh al-Banna terjadi dalam pergerakannya yang berakibat sampingan bagi terpecahnya jamaah akibat perselisihan memahami zat Allah menuju final poin, seperti pesan-pesan agama, di antaranya hadis Rasulullah, berpikirlah terhadap ciptaan Allah dan jangan memikirkan zat (tentang) Allah, sesungguhnya kamu tidak mampu memikirkan Allah.
Konsep Dakwah
Dakwah dalam pengertian yang umum adalah mengajak kepada kebenaran dan kebaikan. Dakwah dalam pengertian ini bukanlah milik agama Islam saja, melainkan milik semua agama, bahkan ia menjadi titik sentral bagi aktivitas keagamaan setiap pemeluknya.
"Dakwah bagi al-Banna mengandung makna yang kompleks, yang berarti alat, metode dan sekaligus tujuan," ujar Aunul Shah.
Hal ini sebagaimana terlihat dalam konsep gerakannya dan upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka penerapan ajaran Islam secara menyeluruh.
Adapun prioritas dakwah al-Banna bisa kita bagi menjadi dua fase utama. Pertama, Dakwah pada abad ke-19 M, yang berfokuskan pada:
1. Pembentukan diri Muslim sejati
2. Terciptanya keluarga Islami
3. Masyarakat Islami
4. Pemerintahan Islami
Kedua, dakwah pada masa-masa selanjutnya, sebagai follow-up dari realisasi dakwah pada tahun-tahun pertama, yang menekankan dakwahnya ialah:
1. Islamisasi alam Islami (dunia)
2. Justifikasi eksistensi akal
3. Revitalisasi agama.