Khotbah Jumat: Menaati dan Menasihati Pemimpin adalah Wajib

Kamis, 29 Februari 2024 - 11:15 WIB
Khotbah Jumat tentang menaati dan menasihati pemimpin adalah wajib menarik untuk disimak. Terlebih, tak lama lagi bangsa ini akan segera mendapatkan pemimpin baru. Foto ilustrasi/ist
Khotbah Jumat tentang menaati dan menasihati pemimpin adalah wajib menarik untuk disimak. Terlebih, tak lama lagi bangsa ini akan segera mendapatkan pemimpin baru.

Pada sebuah tempat atau masa tertentu, keberadaan seorang pemimpin tidak lain adalah ketentuan dari Allah SWT. Terlepas dari perbedaan pilihan atau gonjang-ganjing yang mungkin terjadi di masyarakat, tetap saja pemimpin yang terpilih nantinya memang sudah ditakdirkan oleh Allah Swt.

Sebagai warga negara yang baik, ada beberapa kewajiban yang sudah seharusnya kita lakukan terhadap pemimpin. Adapun di antaranya seperti menaati ketentuannya hingga menasihatinya apabila terjadi hal-hal yang dirasa kurang tepat.

Berikut ini contoh naskah khutbah Jumat tentang kewajiban menaati dan menasihati pemimpin sebagaimana dinukil dari laman Pusat Kajian Agama dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (29/2/2024).

Khotbah Jumat tentang Menaati dan Menasihati Pemimpin adalah Wajib

Khotbah I

اَلْحَمْدُ ِللهُ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ.

فَيَاعِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا. قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا كَانَ ثَلَاثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوْا أَحَدَهُمْ» أَخْرَجَهُ أَبُوْ دَاوُد.

صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ. وَبَلَّغَ رَسُولُهُ الكَرِيْمُ. وَنَحْنُ عَلىٰ ذٰلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kenikmatan kepada kita sekalian, baik nikmat iman, nikmat Islam hingga nikmat kesehatan, sehingga kita semua bisa berkumpul pada hari yang mulia ini. Tak lupa juga salawat dan salam kita sanjungkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw yang selalu kita harapkan syafaatnya kelak di akhirat.

Sidang jemaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,

Islam menjadi agama yang secara jelas mengatur kehidupan manusia secara baik, sehingga nantinya mereka dapat mencapai tujuan hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam kehidupan bermasyarakat misalnya, tidak mungkin dapat tercapai kemaslahatan apabila tidak ada seorang pemimpin.

Bahkan, agama saja tidak akan tegak tanpa kehadiran seorang pemimpin. Maka dari itu, Nabi Muhammad Saw mengharuskan umatnya agar mengangkat seorang pemimpin dalam kehidupan sosialnya. Suatu hari, Rasulullah pernah mengajarkan bahwa sebuah rombongan perjalanan pun harus punya pemimpin. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., Rasululullah saw bersabda:

إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ


“Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR. Abu Dawud)

Nah, kelompok kecil saja membutuhkan pemimpin, apalagi kelompok besar masyarakat yang terorganisir dalam sebuah kehidupan bernegara yang pastinya juga harus memiliki pemerintahan. Adapun pentingnya keberadaaan pemerintahan di sebuah negara pernah disampaikan Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin:

اَلدِّيْنُ والْمُلْكُ تَوْأَمَانِ، فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ، فَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ


“Agama dan kekuasaan negara adalah dua saudara kembar. Agama menjadi pondasi, sedangkan kekuasaan negara adalah pengawalnya. Sesuatu yang tidak punya fondasi, tentu akan runtuh, sedangkan sesuatu yang tidak memiliki pengawal, mereka juga bakal tersia-siakan.”

Jika mencoba memahami pernyataan al-Ghazali secara lebih jauh, ada pemahaman bahwa negara memang wajib hadir agar kemaslahatan masyarakat dapat diwujudkan. Sebagai konsekuensi agar tujuan tersebut tercapai, negara harus punya pemimpin yang nantinya akan berusaha mewujudkan kemaslahatan masyarakat.

Maka dari itu, dalam Islam hadirnya seorang pemimpin sebuah negara tidak saja wajib aqli, namun juga wajib syar’i. Adapun konsekuensi logisnya berarti menaati pemimpin negara hukumnya adalah wajib. Sebaliknya, segala bentuk pembangkangan terhadap pemimpin negara yang sah adalah pelanggaran hukum yang berat. Allah SWT pernah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًاࣖ


"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59)

Kata ‘ulil amri’ pada firman Allah di atas bisa dimaknai sebagai para pemegang otoritas dalam urusan umat. Mereka merupakan orang-orang yang bertugas memegang kendali atas semua urusan publik.

Menurut Ibnu Katsir, Ketaatan terhadap pemimpin dalam ayat di atas bersifat umum. Tak hanya kepada umara, namun juga kepada ulama. Jadi, soal agama kita taat kepada ulama, sedangkan terkait kenegaraan kita taat kepada pemerintah.

Hadirin Jemaah Jumat, Rahimakumullah,

Agama Islam menghendaki hubungan antara rakyat dan pemerintah sebagai sebuah ikatan yang harmonis. Di satu sisi, pemimpin mencintai rakyatnya, di sisi lain rakyat pun mencintai pemimpinnya. Pemimpin mendoakan rakyatnya, dan rakyat pun turut mendoakan pemimpinnya.

Sebaliknya, Islam menentang hubungan yang buruk antara pemimpin dan rakyat. Misal, seperti pemimpin melaknat rakyatnya dan rakyat juga melaknat pemimpinnya. Hal ini pernah dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ، وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ ، قَالُوا: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ عِنْدَ ذَلِكَ؟ قَالَ: لَا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ، لَا، مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ، أَلَا مَنْ وَلِيَ عَلَيْهِ وَالٍ، فَرَآهُ يَأْتِي شَيْئًا مِنْ مَعْصِيَةِ اللهِ، فَلْيَكْرَهْ مَا يَأْتِي مِنْ مَعْصِيَةِ اللهِ، وَلَا يَنْزِعَنَّ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ


“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Sebaliknya, sejelek-jelek pemimpin kalian adalah kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka pun mengutuk kalian. ”Mereka berkata, “Kemudian kami bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kami memerangi mereka ketika itu?” Beliau menjawab, “Tidak, selama mereka mendirikan shalat bersama kalian, tidak selama mereka masih mendirikan shalat bersama kalian. Dan barangsiapa dipimpin oleh seorang pemimpin, kemudian dia melihat pemimpinnya bermaksiat kepada Allah, hendaknya dia membenci dari perbuatan (maksiat) tersebut dan janganlah dia melepas dari ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim)

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,

Berkaca pada ayat dan hadits di atas, cukup jelas bahwa agama Islam melarang sikap dan perilaku membangkang terhadap pemimpin. Namun, apabila pemimpin kalian mengabaikan hak-hak rakyatnya, maka sebagai rakyat diperbolehkan untuk memberikan nasihat dan menegurnya.

Pada akhirnya, bisa kita ambil kesimpulan bahwa bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan kebijakan pemerintah, mereka tetap dilarang melakukan pembangkangan, apalagi pemberontakan (bughot). Akan lebih baik, mereka memberikan masukan dan kritik yang membangun kepada pemerintah untuk perbaikan dan penyempurnaan kebijakannya. Jika memang pemerintah tidak menjalankan amanahnya dengan baik dan sering berlaku diskriminatif terhadap rakyat, kita harus memberikan kritik dan saran, namun dengan cara yang ma’ruf, yaitu cara yang dikenal baik menurut yang disepakati. Bukan dengan cara yang munkar, yaitu cara yang melanggar hukum dan menyebabkan mudarat yang lebih besar bagi rakyat banyak.

Hadirin sidang Jumat rahimakumullah,

Demikianlah khotbah Jumat ini kami sampaikan. Semoga bisa memberi pencerahan kepada kita semua dalam pemahaman hubungan antara pemimpin dan rakyat. Islam melarang sikap membangkang apalagi memberontak terhadap pemerintahan yang sah, namun kita juga diperkenankan agar memberi nasihat dan kritik apabila jalannya pemerintahan dirasa melenceng dari amanahnya. Semoga harapan kita semua dikabulkan Allah SWT dan negeri kita, Indonesia, menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْانِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وّمِنْكُمْ تِلَاوَتُهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَأَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khotbah II

اْلحَمْدُ ِللهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ، وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ


Demikianlah ulasan mengenai khotbah Jumat tentang menaati dan menasihati pemimpin adalah wajib. Semoga bermanfaat.



Wallahu A'lam
(wid)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ مِنۡ سُلٰلَةٍ مِّنۡ طِيۡنٍ‌ (١٢) ثُمَّ جَعَلۡنٰهُ نُطۡفَةً فِىۡ قَرَارٍ مَّكِيۡنٍ (١٣) ثُمَّ خَلَقۡنَا النُّطۡفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقۡنَا الۡعَلَقَةَ مُضۡغَةً فَخَلَقۡنَا الۡمُضۡغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوۡنَا الۡعِظٰمَ لَحۡمًا ثُمَّ اَنۡشَاۡنٰهُ خَلۡقًا اٰخَرَ‌ ؕ فَتَبٰـرَكَ اللّٰهُ اَحۡسَنُ الۡخٰلِقِيۡنَ (١٤) ثُمَّ اِنَّكُمۡ بَعۡدَ ذٰلِكَ لَمَيِّتُوۡنَؕ (١٥) ثُمَّ اِنَّكُمۡ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ تُبۡعَثُوۡنَ (١٦)
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati berasal dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian setelah itu, sesungguhnya kamu pasti mati. Kemudian, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan dari kuburmu pada hari Kiamat.

(QS. Al-Mu'minun Ayat 12-16)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More