Idulfitri: Saling Memaafkan Bukan Hanya Dosa dan Kesalahan Kecil
Rabu, 10 April 2024 - 05:15 WIB
Hari Raya Idulfitri dikenal juga sebagai hari saling memaafkan. Dalam momentum hari raya Idulfitri yang mulia dan suci, kita sama-sama menyucikan diri dari segala kesalahan kepada Allah SWT dan kepada manusia.
Hal ini kita lakukan agar menjadikan amal ibadah Ramadan kita lebih bermakna untuk diri kita. Karena sebagai manusia biasa. kita tidak dapat lepas dari segala kesalahan.
Terkadang, kita tidak sengaja melukai orang lain dengan ucapan kita. Kita juga tidak menyadari perbuatan kita dapat menyakiti orang lain, meskipun tidak disengaja. Karena itu, meminta maaf dan memaafkan adalah salah satu hal yang penting untuk dilakukan pada momentum Idulfitri.
Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya berjudul " Wawasan Al-Quran " (Mizan, 2007) mengatakan kata al-'afw (maaf) terulang dalam Al-Quran sebanyak 34 kali. Kata ini pada mulanya berarti berlebihan, seperti firman-Nya:
"Mereka bertanya kepadamu tentang hal yang mereka nafkahkan (kepada orang). Katakanlah, "al-'afw" (yang berlebih dari keperluan) ( QS Al-Baqarah [2] : 219).
Menurut Qiraish, yang berlebih seharusnya diberikan agar keluar. Keduanya menjadikan sesuatu yang tadinya berada di dalam (dimiliki) menjadi tidak di dalam dan tidak dimiliki lagi. Akhirnya kata al-'afw berkembang maknanya menjadi keterhapusan.
"Memaafkan, berarti menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati," tulis Quraish.
Membandingkan ayat-ayat yang berbicara tentang tobat dan maaf, ditemukan bahwa kebanyakan ayat tersebut didahului oleh usaha manusia untuk bertobat.
Sebaliknya, tujuh ayat yang menggunakan kata 'afa, dan berbicara tentang pemaafan semuanya dikemukakan tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari orang yang bersalah. Perhatikan ayat-ayat berikut:
"Allah mengetahui bahwa kamu tadinya mengkhianati dirimu sendiri (tidak dapat menahan nafsumu sehingga bersetubuh di malam hari bulan Ramadhan dengan dugaan bahwa itu haram) maka Allah memaafkan kamu". ( QS Al-Baqarah [2] : 187).
"Allah memaafkan kamu, mengapa engkau memberi izin kepada mereka, sebelum engkau mengetahui orang-orang yang benar (dalam alasannya) dan sebelum engkau mengetahui pula para pembohong?" ( QS Al-Tawbah [9] : 43).
Balasan terhadap kejahatan adalah pembalasan yang setimpal, tetapi barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, ganjarannya ditanggung oleh Allah ( QS Al-Syura [42] : 40).
Perhatikan juga firman-Nya dalam surat Ali-'Imran ayat 152 dan 155, juga Al-Maidah ayat 95 dan l0l. Ternyata tidak ditemukan satu ayat pun yang menganjurkan agar meminta maaf, tetapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.
"Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah? ( QS Al-Nur [24) : 22).
Quraish menjelaskan kesan yang disampaikan oleh ayat-ayat ini adalah anjuran untuk tidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dan Allah SWT. Tidak ada alasan untuk berkata, "Tiada maaf bagimu", karena segalanya telah dijamin dan ditanggung oleh Allah SWT.
Perlu dicatat pula, bahwa pemaafan yang dimaksud bukan hanya menyangkut dosa atau kesalahan kecil, tetapi juga untuk dosa dan kesalahan-kesalahan besar.
Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 51-52, berbicara tentang pemaafan Allah bagi umat Nabi Musa as yang mempertuhankan lembu:
"Dan (ingatlah) ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah empat puluh hari, lalu kamu menjadikan anak lembu (yang dibuat dari emas) untuk disembah sepeninggalnya, dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur (QS Al-Baqarah [2]: 51-52).
Hal ini kita lakukan agar menjadikan amal ibadah Ramadan kita lebih bermakna untuk diri kita. Karena sebagai manusia biasa. kita tidak dapat lepas dari segala kesalahan.
Terkadang, kita tidak sengaja melukai orang lain dengan ucapan kita. Kita juga tidak menyadari perbuatan kita dapat menyakiti orang lain, meskipun tidak disengaja. Karena itu, meminta maaf dan memaafkan adalah salah satu hal yang penting untuk dilakukan pada momentum Idulfitri.
Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya berjudul " Wawasan Al-Quran " (Mizan, 2007) mengatakan kata al-'afw (maaf) terulang dalam Al-Quran sebanyak 34 kali. Kata ini pada mulanya berarti berlebihan, seperti firman-Nya:
"Mereka bertanya kepadamu tentang hal yang mereka nafkahkan (kepada orang). Katakanlah, "al-'afw" (yang berlebih dari keperluan) ( QS Al-Baqarah [2] : 219).
Menurut Qiraish, yang berlebih seharusnya diberikan agar keluar. Keduanya menjadikan sesuatu yang tadinya berada di dalam (dimiliki) menjadi tidak di dalam dan tidak dimiliki lagi. Akhirnya kata al-'afw berkembang maknanya menjadi keterhapusan.
"Memaafkan, berarti menghapus luka atau bekas-bekas luka yang ada di dalam hati," tulis Quraish.
Membandingkan ayat-ayat yang berbicara tentang tobat dan maaf, ditemukan bahwa kebanyakan ayat tersebut didahului oleh usaha manusia untuk bertobat.
Sebaliknya, tujuh ayat yang menggunakan kata 'afa, dan berbicara tentang pemaafan semuanya dikemukakan tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari orang yang bersalah. Perhatikan ayat-ayat berikut:
"Allah mengetahui bahwa kamu tadinya mengkhianati dirimu sendiri (tidak dapat menahan nafsumu sehingga bersetubuh di malam hari bulan Ramadhan dengan dugaan bahwa itu haram) maka Allah memaafkan kamu". ( QS Al-Baqarah [2] : 187).
"Allah memaafkan kamu, mengapa engkau memberi izin kepada mereka, sebelum engkau mengetahui orang-orang yang benar (dalam alasannya) dan sebelum engkau mengetahui pula para pembohong?" ( QS Al-Tawbah [9] : 43).
Balasan terhadap kejahatan adalah pembalasan yang setimpal, tetapi barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, ganjarannya ditanggung oleh Allah ( QS Al-Syura [42] : 40).
Perhatikan juga firman-Nya dalam surat Ali-'Imran ayat 152 dan 155, juga Al-Maidah ayat 95 dan l0l. Ternyata tidak ditemukan satu ayat pun yang menganjurkan agar meminta maaf, tetapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.
"Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah? ( QS Al-Nur [24) : 22).
Quraish menjelaskan kesan yang disampaikan oleh ayat-ayat ini adalah anjuran untuk tidak menanti permohonan maaf dari orang yang bersalah, melainkan hendaknya memberi maaf sebelum diminta. Mereka yang enggan memberi maaf pada hakikatnya enggan memperoleh pengampunan dan Allah SWT. Tidak ada alasan untuk berkata, "Tiada maaf bagimu", karena segalanya telah dijamin dan ditanggung oleh Allah SWT.
Perlu dicatat pula, bahwa pemaafan yang dimaksud bukan hanya menyangkut dosa atau kesalahan kecil, tetapi juga untuk dosa dan kesalahan-kesalahan besar.
Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 51-52, berbicara tentang pemaafan Allah bagi umat Nabi Musa as yang mempertuhankan lembu:
"Dan (ingatlah) ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah empat puluh hari, lalu kamu menjadikan anak lembu (yang dibuat dari emas) untuk disembah sepeninggalnya, dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur (QS Al-Baqarah [2]: 51-52).
(mhy)
Lihat Juga :