3 Ikhtiar PPIH Sukses Percepat Mobilisasi Jemaah dari Arafah dan Muzdalifah ke Mina
Selasa, 18 Juni 2024 - 06:20 WIB
JAKARTA - Pergerakan jemaah haji Indonesia dari Muzdalifah ke Mina tahun ini berjalan sukses dan lancar. Seluruh jemaah haji Indonesia sudah berhasil diberangkatkan ke Mina hingga pukul 07.37 Waktu Arab Saudi, sebelum terik matahari.
"Alhamdulillah, pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina tahun ini berjalan lancar. Pada jam 07.37 WAS, seluruh jemaah sudah diberangkatkan dari Muzdalifah menuju Mina, pagi yang cerah dan belum terlalu panas. Ini patut kita syukuri karena jemaah tidak kepanasan di Muzdalifah, seperti pada musim haji tahun lalu,” terang Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief di Makkah, Senin (17/6/2024).
Penyelenggaraan ibadah haji 1444 H/2023 M diwarnai dengan keterlambatan pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina. Saat itu, pemberangkatan jemaah dari Muzdalifah berlangsung hingga 13.30 WAS. Hal ini memberi pelajaran berharga tentang pentingnya ikhtiar dalam mempercepat proses pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina.
Hilman Latief mengatakan, sukses pergerakan jemaah dari Arafah dan Muzdalifah ke Mina menjadi concern Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Sejak awal, Menag Yaqut Cholil Qoumas juga sudah meminta PPIH untuk melakukan langkah antisipasi dini.
Menurutnya, setidaknya ada tiga ikhtiar yang dilakukan PPIH, yaitu: penerapan skema murur, penguatan koordinasi lintas pihak, serta penyiapan kesiagaan petugas haji. “Antisipasi keterlambatan pergerakan jemaah dari Arafah dan Muzdalifah ke Mina terus kita ikhtiar. Alhamdulillah, kemarin berjalan sukses dan berhasil,” sebut Hilman.
“Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh petugas yang disiplin melakukan tugas di posnya masing-masing dengan segala dinamika dan situasi yang dihadapi di lokasi. Namun, tugas kita belum selesai. Semua petugas harus memastikan layanan di Mina agar sesuai dengan yang direncanakan. Ini menuntut kedisiplinan dan koordinasi petugas,” sambungnya.
Mabit di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah. Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.
“Skema murur diterapkan sebagai ikhtiar menjaga keselamatan jiwa jemaah haji atas potensi kepadatan di tengah terbatasnya area Muzdalifah. Jemaah cukup melintas di Muzdalifah dan langsung ke Mina,” tegas Hilman.
Dijelaskan Hilman, area yang diperuntukkan bagi jemaah haji Indonesia seluas 82.350m2. Pada 2023, area ini ditempati sekitar 183.000 jemaah haji Indonesia yang terbagi dalam 61 maktab. Sementara ada sekitar 27.000 jemaah haji Indonesia (9 maktab) yang menempati area Mina Jadid. Sehingga, setiap jemaah saat itu hanya mendapatkan ruang atau tempat (space) sekitar 0,45m2 di Muzdalifah.
Sementara tahun 2024, Mina Jadid tidak lagi ditempati jemaah haji Indonesia. Sehingga, 213.320 jemaah dan 2.747 petugas haji akan menempati seluruh area Muzdalifah. Padahal, tahun ini juga ada pembangunan toilet yang mengambil tempat (space) di Muzdalifah seluas 20.000 m2. Sehingga, ruang yang tersedia untuk setiap jemaah hanya 0,29m2.
“Tempat atau space di Muzdalifah menjadi semakin sempit dan ini berpotensi kepadatan luar biasa yang jika dibiarkan akan dapat membahayakan jemaah. Sebab itulah kita terapkan skema murur saat mabit di Muzdalifah,” terang Hilman.
“Ada 53.863 jemaah yang mengikuti skema murur. Mereka diberangkatkan dari Arafah mulai jam 19.00 WAS. Setiap maktab siapkan 4 bus khusus untuk membawa jemaah dari Arafah melewati Muzdalifah lalu langsung ke Mina. Pergerakan ini selesai sampai 01.39 WAS,” lanjut Hilman.
“Alhamdulillah penerapan skema murur berhasil mengurangi kepadatan di Muzdalifah. Hal ini berdampak juga pada percepatan pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina,” tambahnya.
Mobilisasi jemaah haji di Armuzna sepenuhnya menjadi kewenangan otoritas Arab Saudi. Karenanya, penguatan koordinasi PPIH dengan pihak Kementerian Haji dan Umrah (Kemenhaj) Arab Saudi, Naqabah (Organda Saudi) dan pihak Masyariq menjadi sangat penting.
Proses koordinasi dilakukan sejak sebelum hingga penyelenggaraan puncak haji. Menurut Subhan pada 16 Juni 2024, pihaknya secara lebih intensif melakukan pembahasan dengan para pihak untuk mengantisipasi kepadatan Muzdalifah.
"Kami ajak diskusi pihak Kemenhaj, Naqabah (Organda Saudi), dan Masyariq. Kita matangkan langkah antisipasi agar sebelum terik matahari, jemaah sudah bergeser ke Mina seluruhnya," kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid usai memantai pelaksanaan Wukuf di Arafah.
Diskusi ini diikuti para petinggi Kemenhaj, Naqabah, dan Masyariq. Sehingga keputusan bisa segera diambil agar kejadian 2023 tidak terulang. "Setelah berdiskusi, kita sepakat untuk mengambil langkah cermat dan cepat agar tidak terjadi kepadatan di jalur Muzdalifah-Mina. Baik PPIH, Kemenhaj, Naqabah, maupun Masyariq sepakat turun langsung ke lapangan untuk melihat perkembangan dan sekaligus ambil kebijakan," jelas Subhan.
Sebagai contoh, lanjut Subhan, setelah melihat kondisi jalur Muzdalifah-Mina, otoritas Saudi sepakat untuk mengeluarkan bus tambahan. Bus ini akan mengangkut jemaah dari Muzdalifah menuju Mina melalui pintu belakang (kedatangan). “Upaya terus dilakukan agar jemaah bisa segera sampai Mina. Alhamdulillah sebelum terik, sudah tidak ada lagi jemaah di Muzdalifah," tandasnya.
"Alhamdulillah, pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina tahun ini berjalan lancar. Pada jam 07.37 WAS, seluruh jemaah sudah diberangkatkan dari Muzdalifah menuju Mina, pagi yang cerah dan belum terlalu panas. Ini patut kita syukuri karena jemaah tidak kepanasan di Muzdalifah, seperti pada musim haji tahun lalu,” terang Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief di Makkah, Senin (17/6/2024).
Penyelenggaraan ibadah haji 1444 H/2023 M diwarnai dengan keterlambatan pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina. Saat itu, pemberangkatan jemaah dari Muzdalifah berlangsung hingga 13.30 WAS. Hal ini memberi pelajaran berharga tentang pentingnya ikhtiar dalam mempercepat proses pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina.
Hilman Latief mengatakan, sukses pergerakan jemaah dari Arafah dan Muzdalifah ke Mina menjadi concern Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Sejak awal, Menag Yaqut Cholil Qoumas juga sudah meminta PPIH untuk melakukan langkah antisipasi dini.
Menurutnya, setidaknya ada tiga ikhtiar yang dilakukan PPIH, yaitu: penerapan skema murur, penguatan koordinasi lintas pihak, serta penyiapan kesiagaan petugas haji. “Antisipasi keterlambatan pergerakan jemaah dari Arafah dan Muzdalifah ke Mina terus kita ikhtiar. Alhamdulillah, kemarin berjalan sukses dan berhasil,” sebut Hilman.
“Kami sampaikan terima kasih kepada seluruh petugas yang disiplin melakukan tugas di posnya masing-masing dengan segala dinamika dan situasi yang dihadapi di lokasi. Namun, tugas kita belum selesai. Semua petugas harus memastikan layanan di Mina agar sesuai dengan yang direncanakan. Ini menuntut kedisiplinan dan koordinasi petugas,” sambungnya.
1. Penerapan Murur
Mabit di Muzdalifah dengan cara murur adalah mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah, setelah menjalani wukuf di Arafah. Jemaah saat melewati kawasan Muzdalifah tetap berada di atas bus (tidak turun dari kendaraan), lalu bus langsung membawa mereka menuju tenda Mina.
“Skema murur diterapkan sebagai ikhtiar menjaga keselamatan jiwa jemaah haji atas potensi kepadatan di tengah terbatasnya area Muzdalifah. Jemaah cukup melintas di Muzdalifah dan langsung ke Mina,” tegas Hilman.
Dijelaskan Hilman, area yang diperuntukkan bagi jemaah haji Indonesia seluas 82.350m2. Pada 2023, area ini ditempati sekitar 183.000 jemaah haji Indonesia yang terbagi dalam 61 maktab. Sementara ada sekitar 27.000 jemaah haji Indonesia (9 maktab) yang menempati area Mina Jadid. Sehingga, setiap jemaah saat itu hanya mendapatkan ruang atau tempat (space) sekitar 0,45m2 di Muzdalifah.
Sementara tahun 2024, Mina Jadid tidak lagi ditempati jemaah haji Indonesia. Sehingga, 213.320 jemaah dan 2.747 petugas haji akan menempati seluruh area Muzdalifah. Padahal, tahun ini juga ada pembangunan toilet yang mengambil tempat (space) di Muzdalifah seluas 20.000 m2. Sehingga, ruang yang tersedia untuk setiap jemaah hanya 0,29m2.
“Tempat atau space di Muzdalifah menjadi semakin sempit dan ini berpotensi kepadatan luar biasa yang jika dibiarkan akan dapat membahayakan jemaah. Sebab itulah kita terapkan skema murur saat mabit di Muzdalifah,” terang Hilman.
“Ada 53.863 jemaah yang mengikuti skema murur. Mereka diberangkatkan dari Arafah mulai jam 19.00 WAS. Setiap maktab siapkan 4 bus khusus untuk membawa jemaah dari Arafah melewati Muzdalifah lalu langsung ke Mina. Pergerakan ini selesai sampai 01.39 WAS,” lanjut Hilman.
“Alhamdulillah penerapan skema murur berhasil mengurangi kepadatan di Muzdalifah. Hal ini berdampak juga pada percepatan pergerakan jemaah dari Muzdalifah ke Mina,” tambahnya.
2. Penguatan Koordinasi
Mobilisasi jemaah haji di Armuzna sepenuhnya menjadi kewenangan otoritas Arab Saudi. Karenanya, penguatan koordinasi PPIH dengan pihak Kementerian Haji dan Umrah (Kemenhaj) Arab Saudi, Naqabah (Organda Saudi) dan pihak Masyariq menjadi sangat penting.
Proses koordinasi dilakukan sejak sebelum hingga penyelenggaraan puncak haji. Menurut Subhan pada 16 Juni 2024, pihaknya secara lebih intensif melakukan pembahasan dengan para pihak untuk mengantisipasi kepadatan Muzdalifah.
"Kami ajak diskusi pihak Kemenhaj, Naqabah (Organda Saudi), dan Masyariq. Kita matangkan langkah antisipasi agar sebelum terik matahari, jemaah sudah bergeser ke Mina seluruhnya," kata Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid usai memantai pelaksanaan Wukuf di Arafah.
Diskusi ini diikuti para petinggi Kemenhaj, Naqabah, dan Masyariq. Sehingga keputusan bisa segera diambil agar kejadian 2023 tidak terulang. "Setelah berdiskusi, kita sepakat untuk mengambil langkah cermat dan cepat agar tidak terjadi kepadatan di jalur Muzdalifah-Mina. Baik PPIH, Kemenhaj, Naqabah, maupun Masyariq sepakat turun langsung ke lapangan untuk melihat perkembangan dan sekaligus ambil kebijakan," jelas Subhan.
Sebagai contoh, lanjut Subhan, setelah melihat kondisi jalur Muzdalifah-Mina, otoritas Saudi sepakat untuk mengeluarkan bus tambahan. Bus ini akan mengangkut jemaah dari Muzdalifah menuju Mina melalui pintu belakang (kedatangan). “Upaya terus dilakukan agar jemaah bisa segera sampai Mina. Alhamdulillah sebelum terik, sudah tidak ada lagi jemaah di Muzdalifah," tandasnya.