Kisah Damaskus Runtuh: Jenderal Byzantium Kehilangan Mata dan Ribuan Tentara

Senin, 22 Juli 2024 - 07:48 WIB
Byzantium mempertahankan Damaskus mati-matian ketika pasukan muslim yang dipimpin Khalid bin Walid mengepung kota itu. Ilustrasi: ist
Setelah Rasulullah SAW wafat pada tahun 632, kepemimpinan dilanjutkan oleh Abu Bakar al-Shiddiq . Dua tahun pemerintahannya, Islam tidak hanya mampu menumpas pemberontakan dan penguasaan di seluruh Jazirah Arab , namun juga mulai melebarkan kekuasaannya di Persia dimulai pada tahun 633; dan Syam dimulai pada tahun 634.

Pada tahun 634, Khalifah Abu Bakar wafat dan digantikan oleh Khalifah Umar bin Khattab .

Soekmono dalam buku "Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia" (Kanisius, 1981) menyebut pada masa Khalifah Umar, Syam secara penuh dapat dikuasai dan berpengaruh pada kestabilan politik dalam pemerintahan Byzantium di Syam.

Byzantium kehilangan provinsi penting di sebelah timur akibat serangan tentara Islam.

Jatuhnya Syam bermakna berakhirnya kekuasaan Byzantium di daerah Timur Tengah . Jika dalam kaitannya dengan ekonomi, Kerajaan Byzantium tidak lagi dapat menikmati monopoli atau pajak perdagangan komoditas dari Asia ke Eropa atau sebaliknya.



Penguasaan Islam atas Syams ada kaitannya dengan dikuasainya Damaskus pada tahun 634. Peperangan dimenangkan oleh pasukan Islam di bawah komando Jenderal Khalid bin Walid setelah melawan pasukan Kekaisaran Byzantium.

Sebelum datang ke Damaskus, pasukan Khalid bin Walid ditugaskan oleh Khalifah Abu Bakar memerangi Persia di Irak.

Keberhasilan di Irak dalam waktu cepat membuat Khalifah Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid untuk menaklukkan Syams. Setelah melintasi gurun antara Irak dan Syams, Khalid terlebih dahulu menaklukkan Busra dan bersiap-siap menaklukkan tujuan utama, yaitu pusat pemerintahan Byzantium di Syams, Damaskus. Damaskus merupakan kota yang strategis di Timur Tengah.

Kota tersebut adalah kota perdagangan yang menghubungkan Eropa, Asia, dan Afrika. Komoditas dari India, Cina, Afrika, Jazirah Arab, dan Eropa terdapat di Damaskus.

Eliyahu Ashtor dalam buku berjudul "Levant Trade in the Later Middle Ages" menyebut fakta-fakta itulah yang menjadikan argumen bahwa menguasai Damaskus tidak hanya menguasai politik karena dapat mengalahkan Byzantium, namun juga menguasai ekonomi dunia. Menguasai Damaskus dapat meningkatkan pundi-pundi ekonomi melalui penerapan pajak terhadap penduduk dan barang-barang perdagangan

Menyerang dan menguasai Damaskus pada waktu itu bukanlah pekerjaan mudah. Damaskus pada waktu itu dilindungi dinding tebal dan cukup tinggi untuk pertahanan kota dan mempunyai enam gerbang utama untuk memasuki kota.



Guy Le Strange dalam bukunya berjudul "The Medieval Islamic World" menggambarkan bahwa setiap pintu dan dinding dijaga dengan ketat oleh pasukan Byzantium.

Khalid bin Walid mengetahui pertahanan Byzantium di Damaskus sangat sempurna sehingga ia mempunyai strategi untuk mengalahkan mereka; yaitu dengan cara mengisolasi Damaskus dari segala penjuru agar transportasi menuju kota itu terputus.

Transportasi yang terputus membuat komunikasi Damaskus dengan Konstantinopel terhambat, dan distribusi kebutuhan pokok terganggu sehingga kota tersebut dapat dikuasai dengan mudah jika sewaktu-waktu menyerah karena kehabisan sumber makanan.

Kala itu, Khalid memerintahkan enam gerbang dikepung oleh pasukan Islam selama pertempuran. Bab Thaumah dikepung oleh pasukan Syurahbil, Bab al-Jabiah dikepung oleh pasukan Abu Ubaidah, Bab al-Faradis dikepung oleh pasukan Amr bin al-Ash, Bab alKisan dan Bab al-Shaghir dikepung oleh pasukan Yazid bin Abi Sufyan, dan Bab al-Syarqi dikepung oleh pasukan Rafai bin Umair.

Konsentrasi pasukan yang terpecah di setiap gerbang membuat pasukan Byzantium berinisiatif menyerang. Jenderal perang Byzantium di Damaskus, Thomas, akhirnya melancarkan serangan di gerbang al-Thaumah yang pada waktu itu dikepung oleh Syurahbil.



Serangan Byzantium tersebut gagal, bahkan Thomas kehilangan mata kanannya. Dendam terhadap kegagalan serangan pertama, Thomas kembali melancarkan serangan yang kedua, bertujuan mengurangi kekuatan pasukan Khalid dan mengakhiri pengepungan terhadap Damaskus. Pada serangan kedua ini, Thomas juga mengalami kegagalan bahkan kehilangan ribuan tentaranya
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡاۤ اَنۡ يَّسۡتَغۡفِرُوۡا لِلۡمُشۡرِكِيۡنَ وَ لَوۡ كَانُوۡۤا اُولِىۡ قُرۡبٰى مِنۡۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمۡ اَنَّهُمۡ اَصۡحٰبُ الۡجَحِيۡمِ
Tidak pantas bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan kepada Allah bagi orang-orang musyrik, sekalipun orang-orang itu kaum kerabatnya, setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu penghuni neraka Jahanam.

(QS. At-Taubah Ayat 113)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More