Konflik Aliran Pemikiran di Era Khalifah Utsman bin Affan

Kamis, 31 Oktober 2024 - 18:52 WIB
Faktor pertama, ialah adanya persaingan keras antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah yang memang sudah berakar sejak seratus tahun sebelum kedatangan Rasulullah. Ilustrasi: AI
PADA masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan , perluasan wilayah dan dakwah Islam tetap terjadi kendati banyak pemberontakan serta munculnya aliran-aliran pikiran baru.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah berjudul "Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) disebutkan boleh dikatakan jika tidak karena timbulnya aliran-aliran pikiran ini umat Islam dahulu mampu bergerak lebih jauh dari itu, dan dapat mencapai kemenangan lebih banyak daripada yang sudah mereka peroleh saat itu.

Pengaruh aliran-aliran pikiran ini tidak terbatas hanya pada letusan yang luar biasa kerasnya, tetapi sudah meluas sampai kepada kehidupan masyarakat Arab secara keseluruhan.

Banyak orang yang lalu mengarahkan segala perhatiannya pada Kedaulatan Islam dan pada sejarah Islam umumnya setelah itu.



Oleh karenanya, studi mengenai aliran-aliran pikiran dan faktor-faktor itu terasa penting sekali untuk memahami perkembangan politik dan kegolongan (sektarianisme) yang kemudian ikut menentukan terjadinya peristiwa-peristiwa, yang dampaknya masih kuat terasa sampai sekarang.

Ketidakpuasan Banu Hasyim

Faktor pertama, ialah adanya persaingan keras antara Banu Hasyim dengan Banu Umayyah yang memang sudah berakar sejak seratus tahun sebelum kedatangan Rasulullah.

Sesudah ajaran Nabi terasa mantap, segala persaingan itu pun segera terkubur, dan orang di seluruh Semenanjung masuk berbondong-bondong ke dalam agama Allah ini.

Sesudah Nabi berpulang ke rahmatullah, kecenderungan pada kekhalifahan ini mulai terlintas dalam pikiran Banu Hasyim, bahwa merekalah yang harus menjadi ahli waris Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam.

Akan tetapi pikiran demikian ini muncul masih agak malu-malu, yang dalam kehidupan negara samasekali tak berpengaruh di masa Abu Bakar dan Umar bin Khattab.



Sesudah pasukan Muslimin membebaskan Persia, Syam dan Mesir, dan setelah itu Umar terbunuh, persaingan itu mulai muncul ke permukaan dan fanatisme kegolongan pun muncul. Hal ini terjadi saat pembaiatan (pelantikan) Utsman.

Masih terdapat sumber-sumber yang berbeda tentang sikap Ali mengenai pelantikan ini. Tetapi semua sepakat tentang ketidakpuasan Banu Hasyim serta pandangan mereka mengenai hal ini, yang mengingatkan kita pada kata-kata Umar bin Khattab kepada Ibn Abbas:

"Orang tidak senang menggabungkan kenabian dan kekhalifahan semua pada kalian. Itu sudah menjadi pilihan Quraisy sendiri, dan sudah tepat sekali."

Juga kata-kata Ali bin Abi Thalib ini setelah pelantikan Utsman: "Orang melihat kepada Quraisy dan Quraisy melihat kepada keluarganya dengan mengatakan: Kalau Banu Hasyim sudah menguasai kalian, kalian tidak akan pernah lepas dari mereka, juga Quraisy yang lain tidak dapat saling bergantian di antara kalian."



Dominasi Quraisy

Menurut Haekal, ketidaksenangan Banu Hasyim menyerahkan kekhalifahan kepada pihak Banu Umayyah mempunyai dampak yang dalam sekali terhadap pemerintahan Utsman.

Juga ketidaksenangan kabilah-kabilah Arab di luar Quraisy atas kekuasaan Quraisy berdampak demikian.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman.

(HR. Bukhari No.8)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More