3 Alasan Mengapa Pembinaan Lebih Diberi Prioritas daripada Peperangan
Kamis, 07 November 2024 - 14:00 WIB
MENGAPA pembinaan lebih diberi prioritas daripada peperangan? Syaikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukuny berjudul "Fiqh Prioritas, Sebuah Kajian Baru Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah" (Robbani Press, 1996 M) menyebut 3 alasan.
Pertama, sesungguhnya peperangan dalam Islam bukan sembarang perang. Ia adalah peperangan dengan niat dan tujuan yang sangat khusus. Ia adalah peperangan dalam membela agama Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang seorang lelaki yang berperang karena perasaan fanatik terhadap kaumnya, dan seorang yang berperang agar dia dikatakan sebagai pemberani, serta orang yang berperang untuk memperoleh barang pampasan, manakah di antara mereka yang termasuk berperang di jalan Allah?
NabiSAW menjawab, "Barangsiapa berperang untuk menegakkan kalimat Allah, maka dialah yang berada di jalan Allah." [HRJama'ah (Ahmad dan penyusun al-Kutub al-Sittah), dari Abu Musa, Shahih Jami' as-Shaghir (6417)]
Sikap melepaskan diri dari berbagai dorongan duniawi tidak dapat muncul dengan tiba-tiba, tetapi harus melalui pembinaan yang cukup panjang, sehingga dia melakukan ajaran agamanya hanya untuk Allah.
Kedua, sesungguhnya hasil perjuangan yang ingin dinikmati oleh orang-orang Islam yang ikut berperang ialah kemenangan mereka atas kekafiran. Kemenangan dan kekuasaan ini tidak akan diberikan kecuali kepada orang-orang yang beriman dan melaksanakan tugas serta kewajibannya. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan dalam firman Allah:
"...sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar..." ( QS al-Hajj : 40-41)
"Dan Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang salih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.. ( QS an-Nur : 55)
Sesungguhnya orang-orang yang diberi kedudukan dan kemenangan oleh Allah sebelum pembinaan mereka 'matang,' seringkali malah melakukan berbagai kerusakan di muka bumi daripada melakukan perbaikan.
Ketiga, menurut sunnatullah, kedudukan itu tidak akan dapat terwujudkan, kecuali setelah orang yang berhak memperolehnya lulus dari berbagai ujian Allah terhadap hati mereka, sehingga dapat dibedakan antara orang yang buruk hatinya dan orang yang baik hatinya.
Itulah salah satu bentuk pendidikan praktis yang dialami oleh para nabi dan orang-orang yang menganjurkan orang lain untuk berpegang kepada ajaran Allah pada setiap zaman.
Imam Syafi'i pernah ditanya, "Manakah yang lebih utama bagi orang mukmin, mendapatkan ujian atau mendapatkan kedudukan di muka bumi ini?"
Dia menjawab, "Apakah ada pemberian kedudukkan sebelum terjadinya ujian? Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan kedudukan kepada Yusuf setelah dia mengalami ujian dari Allah, sebagaimana yang difirmankan-Nya:
"Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja dia kehendaki di bumi Mesir itu..." ( QS Yusuf : 56)
Sesungguhnya kedudukan yang diperoleh dengan cara yang mudah dan gampang dikhawatirkan akan mudah dihilangkan oleh orang yang mendudukinya dan menyia-nyiakan hasilnya. Berbeda dengan orang-orang yang berjuang dengan jiwa dan harta benda mereka sendiri, sehingga mereka merasakan suka-duka, dan ujian yang sangat berat hingga dia diberi kemenangan oleh Allah SWT.
Pertama, sesungguhnya peperangan dalam Islam bukan sembarang perang. Ia adalah peperangan dengan niat dan tujuan yang sangat khusus. Ia adalah peperangan dalam membela agama Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW pernah ditanya tentang seorang lelaki yang berperang karena perasaan fanatik terhadap kaumnya, dan seorang yang berperang agar dia dikatakan sebagai pemberani, serta orang yang berperang untuk memperoleh barang pampasan, manakah di antara mereka yang termasuk berperang di jalan Allah?
NabiSAW menjawab, "Barangsiapa berperang untuk menegakkan kalimat Allah, maka dialah yang berada di jalan Allah." [HRJama'ah (Ahmad dan penyusun al-Kutub al-Sittah), dari Abu Musa, Shahih Jami' as-Shaghir (6417)]
Sikap melepaskan diri dari berbagai dorongan duniawi tidak dapat muncul dengan tiba-tiba, tetapi harus melalui pembinaan yang cukup panjang, sehingga dia melakukan ajaran agamanya hanya untuk Allah.
Kedua, sesungguhnya hasil perjuangan yang ingin dinikmati oleh orang-orang Islam yang ikut berperang ialah kemenangan mereka atas kekafiran. Kemenangan dan kekuasaan ini tidak akan diberikan kecuali kepada orang-orang yang beriman dan melaksanakan tugas serta kewajibannya. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan dalam firman Allah:
"...sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar..." ( QS al-Hajj : 40-41)
"Dan Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang salih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.. ( QS an-Nur : 55)
Sesungguhnya orang-orang yang diberi kedudukan dan kemenangan oleh Allah sebelum pembinaan mereka 'matang,' seringkali malah melakukan berbagai kerusakan di muka bumi daripada melakukan perbaikan.
Ketiga, menurut sunnatullah, kedudukan itu tidak akan dapat terwujudkan, kecuali setelah orang yang berhak memperolehnya lulus dari berbagai ujian Allah terhadap hati mereka, sehingga dapat dibedakan antara orang yang buruk hatinya dan orang yang baik hatinya.
Itulah salah satu bentuk pendidikan praktis yang dialami oleh para nabi dan orang-orang yang menganjurkan orang lain untuk berpegang kepada ajaran Allah pada setiap zaman.
Imam Syafi'i pernah ditanya, "Manakah yang lebih utama bagi orang mukmin, mendapatkan ujian atau mendapatkan kedudukan di muka bumi ini?"
Dia menjawab, "Apakah ada pemberian kedudukkan sebelum terjadinya ujian? Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan kedudukan kepada Yusuf setelah dia mengalami ujian dari Allah, sebagaimana yang difirmankan-Nya:
"Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja dia kehendaki di bumi Mesir itu..." ( QS Yusuf : 56)
Sesungguhnya kedudukan yang diperoleh dengan cara yang mudah dan gampang dikhawatirkan akan mudah dihilangkan oleh orang yang mendudukinya dan menyia-nyiakan hasilnya. Berbeda dengan orang-orang yang berjuang dengan jiwa dan harta benda mereka sendiri, sehingga mereka merasakan suka-duka, dan ujian yang sangat berat hingga dia diberi kemenangan oleh Allah SWT.
(mhy)