Kisah Sufi dari Hamdun si Pemutih: Anjing, Tongkat dan Sang Sufi

Senin, 18 November 2024 - 13:22 WIB
Anjing itu meraung kesakitan dan lari kepada guru agung Abu Said. Ilustrasi: AI
KISAHini diambil dari karya Attar "Divine Book(the Ilahi-Nama)" beredar di kalangan para darwis dari "Jalan Kesalahan" (Path of Name), dan dianggap berasal dari Hamdun Si Pengelantang, pada abad ke-19.

Berikut ini selengkapnya kisah yangdinukil dari Idries Shah dalam buku berjudul "Tales of The Dervishes" yang diterjemahkanAhmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi"

Suatu hari seorang lelaki berpakaian sufi sedang berjalan-jalan. Di tengah jalan dilihatnya seekor anjing yang tanpa sebab dan tanpa alasan dipukulnya keras keras dengan tongkat. Anjing itu meraung kesakitan dan lari kepada guru agung Abu Said. Anjing itu rebah di dekat kaki Abu Said, Sambil terus menjilati lukanya, ia menuntut keadilan atas kekejaman lelaki berpakaian sufi itu.



Orang bijak itu mempertemukan keduanya. Kepada Sufi itu ia berkata, "Hai, orang yang tak berbelas kasih! Teganya engkau menyakiti makhluk malang ini! Lihatlah hasil perbuatanmu!"

Jawab Sufi itu, "Sekali-kali ini bukan salahku. Aku memukulnya bukan hanya karena ia menyalak, tetapi juga karena ia telah mengotori jubahku."

Tetapi, anjing itu bersikukuh dengan pengaduannya.

Kemudian, guru tiada banding itu berkata kepada anjing itu, "Daripada menunggu datangnya Pembalasan Terakhir, biarlah kini aku membalas rasa sakit yang kau alami."

Kata anjing itu, "Alangkah luhur dan bijaknya engkau, guru! Ketika kulihat orang ini berpakaian seperti seorang sufi, aku mengira ia takkan menyakitiku. Seandainya kulihat seorang berpakaian biasa, seperti biasa aku akan segera menyingkir dan jalan agar ia bisa lewat. Aku telah salah sangka bahwa penampilan lahiriah menandakan batin yang suci. Jika guru hendak menghukumnya maka ambillah daripadanya jubah Orang Terpilih itu. Tanggalkan darinya pakaian Orang-orang Saleh ..."



Anjing itu telah mencapai Tingkatan tertentu dalam Jalan Kebenaran. Sungguh keliru anggapan bahwa seorang manusia nisaya iebih baik daripadanya.

Pengondisian yang digambarkan dalam kisah ini dengan Jubah Darwis sering disalahartikan oleh kaum esoteris dan agamawan dari berbagi kalangan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan pengalaman atau nilai yang sesungguhnya.
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Handlalah bin Ali bahwa Mihjan bin Al Adra' telah menceritakan kepadanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam masjid, lalu beliau mendapati seorang laki-laki membaca tasyahud seusai shalat yang mengucapkan: Allahumma inni as'aluka Ya Allah Al Ahad As Shamad alladzii lam yalid wa lam yuulad walam yakul lahuu kufuwan ahad antaghfira lii dzunuubi innaka antal ghafuurur rakhiim (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, Dzat yang Maha Esa, Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia, semoga Engkau mengampuni dosa-dosaku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  Maka beliau bersabda: Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni, Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni, Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 835)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More