Daulah Thuluniyah: Kisah Ahmad bin Thulun Membendung Serangan Byzantium
Rabu, 11 Desember 2024 - 14:47 WIB
Pada masa Dinasti Abbasiyah , berdiri pula dinasti baru yang menguasai Mesir Islam. Dinasti itu adalah Dinasti Thuluniyah. Ini adalah dinasti bebas pertama yang memerintah Mesir Islam. Selain Mesir mereka juga memerintah Suriah, Syam, Hijaz, dan Yaman sejak tahun 868 M.
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi dalam bukunya berjudul "Khairuddin Barbarossa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan" memaparkan pada masa ini angkatan laut Islam berkembang. "Sayang, daulah ini berumur pendek. Namun kehebatan dan kecintaan jihad pada jiwa pendirinya, Ahmad bin Thulun menjadikan negaranya kuat," ujar Abdul Aziz.
Ahmad bin Thulun memberikan perhatian besar terhadap penguatan armada laut Islam. Upaya ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan negara yang memiliki garis pantai yang panjang dari serangan Byzantium .
Ahmad bin Thulun membangun benteng besar di Pulau Rodhes. Upaya ini menjadikan Ahmad bin Thulun sebagai orang pertama yang menggagas pengamanan jalur pelayaran di Sungai Nil dari serangan musuh yang masuk melalui Dimyath atau Rasyid.
Ia mendatangkan para tenaga ahli untuk membuat kapal-kapal perang besar. Kapal-kapal itu kemudian berpatroli di perairan Mesir dan Syam menghadang kapal-kapal perang Byzantium.
Berangsur Melemah
Upaya ini diteruskan oleh putra Ahmad bin Thulun yang bernama Khimaruwaih. Ia memperkuat dan menambah jumlah armada laut. Ia juga mengadakan perjanjian damai dengan musuh ayahnya, yaitu raja Pulau Thursus.
Tindakan ini dilakukannya untuk memotong jalur pelayaran yang biasa dijadikan jalur masuk oleh Byzantium menuju wilayah Mesir dan Syam. Dengan begitu, Khimaruwaih bisa mencegah masuknya armada Byzantium menuju pantai-pantai Mesir.
Sayangnya, sejak kematian Khimaruwaih pada tahun 282 H, kekuatan Angkatan Laut Daulah Thuluniyah berangsur melemah. Bahkan, usia kerajaan tak berlangsung lama setelah itu.
Dedi Supriyadi dalam bukunya berjudul Sejarah Peradaban Islam menjelaskan Dinasti Thuluniyah didirikan oleh Ahmad bin Thulun, seorang budak dari Asia Tengah yang dikirim oleh Panglima Thahir bin Al-Husain ke Baghdad sebagai persembahan untuk Khalifah Al-Makmun. Di Baghdad, Ahmad bin Thulun diangkat menjadi kepala pegawai istana.
Ahmad bin Thulun dikenal sebagai sosok yang gagah berani di medan perang, tetapi tetap dermawan, serta seorang hafidz, ahli sastra, dan ahli syariat. Ahmad bin Thulun kemudian diutus ke Mesir sebagai wakil Dinasti Abbasiyah.
Lalu dalam perkembangannya, ia naik tahta menjadi gubernur yang wilayah kekuasaannya hingga ke Palestina dan Suriah.
Pada masa Khalifah Al-Mu’taz, terjadi distabilitas politik di wilayah kekuasaan Abbasiyah. Hal itu lantas dimanfaatkan oleh Ahmad bin Thulun untuk mendeklarasikan kemerdekaan wilayah yang dipimpinnya. Akhirnya terbentuklah Dinasti Thuluniyah, yang wilayah kekuasaannya mencakup Mesir, Palestina, Siria, dan Hijaz.
Meskipun telah membentuk kekuasaannya secara independen, Dinasti Thuluniyah tetap berhubungan baik dengan pemerintahan pusat Dinasti Abbasiyah. Setiap tahunnya, Dinasti Thuluniyah membayar pajak kepada Dinasti Abbasiyah sebanyak 300.000 dinar.
Posisi Ahmad bin Thulun yang semakin kuat, membuat salah seorang kerabat khalifah, yaitu Al-Muwaffaq, merencanakan penyerangan terhadap Dinasti Thuluniyah, dengan cara memengaruhi Khalifah Al-Mu’tamid.
Ia merasa iri dengan keberhasilan Ahmad bin Thulun. Tetapi rencana tersebut gagal dilaksanakan karena Dinasti Thuluniyah memiliki pasukan yang tangguh dan terlatih, sehingga pasukan khalifah berhasil dihalau.
Setelah kejadian penyerangan itu, Ahmad bin Thulun menderita sakit hingga akhirnya wafat pada usia 50 tahun. Kekuasaannya kemudian digantikan oleh putranya, Al-Khumarwaihi.
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi dalam bukunya berjudul "Khairuddin Barbarossa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan" memaparkan pada masa ini angkatan laut Islam berkembang. "Sayang, daulah ini berumur pendek. Namun kehebatan dan kecintaan jihad pada jiwa pendirinya, Ahmad bin Thulun menjadikan negaranya kuat," ujar Abdul Aziz.
Ahmad bin Thulun memberikan perhatian besar terhadap penguatan armada laut Islam. Upaya ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan negara yang memiliki garis pantai yang panjang dari serangan Byzantium .
Ahmad bin Thulun membangun benteng besar di Pulau Rodhes. Upaya ini menjadikan Ahmad bin Thulun sebagai orang pertama yang menggagas pengamanan jalur pelayaran di Sungai Nil dari serangan musuh yang masuk melalui Dimyath atau Rasyid.
Ia mendatangkan para tenaga ahli untuk membuat kapal-kapal perang besar. Kapal-kapal itu kemudian berpatroli di perairan Mesir dan Syam menghadang kapal-kapal perang Byzantium.
Berangsur Melemah
Upaya ini diteruskan oleh putra Ahmad bin Thulun yang bernama Khimaruwaih. Ia memperkuat dan menambah jumlah armada laut. Ia juga mengadakan perjanjian damai dengan musuh ayahnya, yaitu raja Pulau Thursus.
Tindakan ini dilakukannya untuk memotong jalur pelayaran yang biasa dijadikan jalur masuk oleh Byzantium menuju wilayah Mesir dan Syam. Dengan begitu, Khimaruwaih bisa mencegah masuknya armada Byzantium menuju pantai-pantai Mesir.
Sayangnya, sejak kematian Khimaruwaih pada tahun 282 H, kekuatan Angkatan Laut Daulah Thuluniyah berangsur melemah. Bahkan, usia kerajaan tak berlangsung lama setelah itu.
Dedi Supriyadi dalam bukunya berjudul Sejarah Peradaban Islam menjelaskan Dinasti Thuluniyah didirikan oleh Ahmad bin Thulun, seorang budak dari Asia Tengah yang dikirim oleh Panglima Thahir bin Al-Husain ke Baghdad sebagai persembahan untuk Khalifah Al-Makmun. Di Baghdad, Ahmad bin Thulun diangkat menjadi kepala pegawai istana.
Ahmad bin Thulun dikenal sebagai sosok yang gagah berani di medan perang, tetapi tetap dermawan, serta seorang hafidz, ahli sastra, dan ahli syariat. Ahmad bin Thulun kemudian diutus ke Mesir sebagai wakil Dinasti Abbasiyah.
Lalu dalam perkembangannya, ia naik tahta menjadi gubernur yang wilayah kekuasaannya hingga ke Palestina dan Suriah.
Pada masa Khalifah Al-Mu’taz, terjadi distabilitas politik di wilayah kekuasaan Abbasiyah. Hal itu lantas dimanfaatkan oleh Ahmad bin Thulun untuk mendeklarasikan kemerdekaan wilayah yang dipimpinnya. Akhirnya terbentuklah Dinasti Thuluniyah, yang wilayah kekuasaannya mencakup Mesir, Palestina, Siria, dan Hijaz.
Meskipun telah membentuk kekuasaannya secara independen, Dinasti Thuluniyah tetap berhubungan baik dengan pemerintahan pusat Dinasti Abbasiyah. Setiap tahunnya, Dinasti Thuluniyah membayar pajak kepada Dinasti Abbasiyah sebanyak 300.000 dinar.
Posisi Ahmad bin Thulun yang semakin kuat, membuat salah seorang kerabat khalifah, yaitu Al-Muwaffaq, merencanakan penyerangan terhadap Dinasti Thuluniyah, dengan cara memengaruhi Khalifah Al-Mu’tamid.
Baca Juga
Ia merasa iri dengan keberhasilan Ahmad bin Thulun. Tetapi rencana tersebut gagal dilaksanakan karena Dinasti Thuluniyah memiliki pasukan yang tangguh dan terlatih, sehingga pasukan khalifah berhasil dihalau.
Setelah kejadian penyerangan itu, Ahmad bin Thulun menderita sakit hingga akhirnya wafat pada usia 50 tahun. Kekuasaannya kemudian digantikan oleh putranya, Al-Khumarwaihi.
Lihat Juga :