Kisah Pemberontakan Yaman Setelah Kematian Nabi Palsu Aswad al-Ansi

Selasa, 01 September 2020 - 13:54 WIB
Kalau begitu untuk apa memperselisihkan hal-hal yang belum diketahui kesudahannya, terutama setelah terjadi pemurtadan di Yaman dan negeri ini menjadi sasaran pasukan Muslimin, dan setelah berita kemenangannya menggema ke segenap penjuru Semenanjung itu.

Lalu, mengapa Khalifah Abu Bakar membela orang Persia terhadap orang Arab di sana? Mengapa ia membela Fairuz dan kawan-kawannya terhadap Qais dan pengikut-pengikutnya?

Menurut Haekal, untuk menghilangkan keraguan dan kekaburan ini sebenarnya tidak sulit. Kita tahu Islam tidak membedakan yang Arab dan yang bukan-Arab kecuali dari ketakwaannya. Bahwa orang yang paling mulia dalam pandangan Allah ialah yang paling bertakwa. Tetapi bukan itu saja yang menyebabkan Abu Bakar membela Fairuz.

Dasar pembelaannya ialah orang-orang Persia itulah yang mula-mula masuk Islam di Yaman. Orang yang lebih dulu masuk Islam punya tempat tersendiri. Di samping itu, yang mengadakan pemberontakan terhadap agama baru itu justru penduduk Arab negeri-negeri itu.

Aswad ini sudah mengaku dirinya nabi, sejak zaman Rasulullah. Kemudian diikuti pula oleh pembela-pembela Aswad, di antaranya Amr bin Ma'di Karib dan Qais bin Abd Yagus.

Sebaliknya Bazan, Syahr, Fairuz dan orang-orang Persia di sekitarnya, merekalah yang menyebarkan dakwah Islam di kawasan itu. Merekalah yang berpegang teguh pada Islam dan siap menghadapi musuh-musuhnya.

Merekalah yang setia kepada pemerintahan Madinah dan kepada Khalifah pengganti Rasulullah tatkala orang-orang Arab kawasan itu semua murtad dan seluruh bumi Semenanjung itu hangus terbakar.

Dengan demikian tidak heran jika Khalifah Abu Bakar memberikan kekuasaan di sana kepada Fairuz, membantunya dengan tenaga prajurit dan para perwira, dan dia pulalah yang diangkat sebagai amir yang memerintah San'a, seperti yang juga dilakukan Nabi dulu terhadap Syahr sebagai amir di sana, dan sebelum itu, ayahnya Bazan sebagai amir atas seluruh Yaman.

Kelompok Bandit

Qais tidak patah semangat karena sikap Zul-Kula' dan teman-temannya yang tidak mendukungnya itu. Malah ia menulis surat kepada kelompok-kelompok bandit yang dengan diam-diam dulu bersekutu dengan Aswad, dan yang dulu datang ke sana dan siap memerangi siapa saja yang berani menentang Aswad. Dimintanya mereka bergabung kepadanya dan mau seia sekata mengusir penduduk keturunan Persia itu dari Yaman.

Sudah tentu permintaan semacam ini disambut baik oleh komplotan itu. Bukankah ini sama dengan permintaan Aswad dulu? Yang penting harus menang! Mereka membalas surat Qais dan memberitahukan bahwa mereka siap memenuhi permintaannya itu secepatnya. Karena semuanya dilakukan secara rahasia, maka San'a terkejut sekali ketika mendapat berita bahwa komplotan itu sudah berada di dekat kota.

Pemuka-pemuka San'a segera berunding, langkah apa yang harus mereka ambil. Ia meminta pendapatnya dan pendapat Dazuweh untuk menipu kedua orang supaya mereka tidak mencurigainya.

Fairus, Jisynas, dan Dazuweh diundang Qais makan siang. Dazuweh datang lebih dulu sebelum kedua kawannya itu. Tetapi begitu masuk ke tempat Qais, ia langsung dibunuh. Fairuz yang datang menyusul kawannya itu ketika mendengar suara bisik-bisik Qais dengan kawan-kawannya, langsung kabur dengan kudanya.

Di perjalanan ia bertemu dengan Jisynas. Mereka segera berbalik dan dengan memacu kuda mereka pergi mencari pertolongan. Qais mengerahkan pasukan berkudanya untuk mengejar mereka tapi sudah tak terkejar.

Mereka kembali disambut kemarahan Qais. Fairuz dan Jisynas sudah sampai di pegunungan Khaulan, tempat keluarga Fairuz dari pihak ibu. Kedua mereka ini hampir tak percaya bahwa mereka telah selamat dari bencana.

Di San'a Qais bertindak cepat. la sudah merasa aman dan tenteram seperti yang dulu juga dirasakan oleh Aswad. Tak terlintas dalam pikirannya bahwa masih akan ada orang yang mampu mengalahkannya dan menurunkannya dari kedudukannya itu. Bahwa Fairuz akan meminta bantuan Khalifah Abu Bakar dan akan menyerang Qais dengan kekuatan dari keluarga Khaulan, sudah ada yang memberitahukan kepadanya. Tetapi Qais malah mengejeknya seraya berkata: "Apa Khaulan! Apa Fairuz! Ke mana mereka mau berlindung!"

Orang-orang awam dari kabilah-kabilah Arab Himyar bergabung kepadanya, meskipun pemimpin-pemimpinnya tetap menjauhkan diri. Sesudah ia merasa dirinya kuat, mulai ia bertindak terhadap warga keturunan Persia itu.

Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok: yang tinggal tanpa menunjukkan tanda-tanda pro Fairuz dibiarkan tetap tinggal bersama keluarganya; yang lari bergabung dengan Fairuz, keluarganya dibagi dua, sebagian dipindahkan ke Aden melalui laut, yang lain melalui darat diangkut ke muara Furat, dan diperintahkan agar mereka diasingkan ke negeri asal, dan tak seorang pun boleh tinggal di Yaman.

Fairuz mengetahui apa yang telah menimpa warga setanah airnya dulu itu. Ia mengajak kabilah-kabilah yang masih kuat rasa keislamannya untuk membelanya. Ia bertindak demikian untuk mencegah fanatisma kebangsaan dengan semangat agama. Banu Aqil bin Rabi'ah menyambut baik ajakan itu, demikian juga kabilah Akk. Mereka berangkat hendak menolong keluarga keturunan Persia yang sudah diputuskan oleh Qais untuk diasingkan. ( )

Keberangkatan mereka dipimpin oleh Fairuz, yang kemudian berhasil mengembalikan keturunan penduduk Persia itu. Dalam pada itu ia bertemu dengan Qais dan pasukannya sebelum San'a. Qais diusirnya dan dia kembali memegang kendali wilayah itu mewakili Khalifah.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Handlalah bin Ali bahwa Mihjan bin Al Adra' telah menceritakan kepadanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam masjid, lalu beliau mendapati seorang laki-laki membaca tasyahud seusai shalat yang mengucapkan: Allahumma inni as'aluka Ya Allah Al Ahad As Shamad alladzii lam yalid wa lam yuulad walam yakul lahuu kufuwan ahad antaghfira lii dzunuubi innaka antal ghafuurur rakhiim (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, Dzat yang Maha Esa, Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia, semoga Engkau mengampuni dosa-dosaku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  Maka beliau bersabda: Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni, Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni, Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 835)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More