Mengenal 7 Masjid Tua di Jakarta, Ikonik dan Sarat Sejarah Islam

Senin, 10 Maret 2025 - 10:33 WIB
Masjid Cut Meutia terletak di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, dulunya, masjid ini adalah bangunan kantor biro arsitek (sekaligus pengembang) N.V. (Naamloze vennootschap/PT) Foto-foto instgram/youtube
Dalam perjalanannya, Kota Jakarta juga tidak bisa dipisahkan dengan agama Islam. Dulu bernama Sunda Kelapa, kemudian Batavia dan akhirnya bernama Jakarta. Para penguasa kawasan ini konon, masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Fatahillah.

Dalam literatur sejarah tercatat, pada 1511 M penguasa Sunda Kelapa dikisahkan pernah bergabung dengan Kesultanan Demak untuk menghadang kekuatan Portugis di Malaka. Sejumlah sejarawan pun menyimpulkan, sejatinya wajah Jakarta dulu adalah bernuansa Islam. Hingga saat kekuatan Kerajaan Pajajaran masuk di Sunda Kelapa pada 1522.

Hingga kini, nuansa Islam di Jakarta masih mengakar kuat. Ini dapat dilihat dari banyaknya masjid-masjid bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh. Masjid-masjid berusia ratusan tahun, masih ada di berbagai penjuru Jakarta.

Masjid Tua yang Sangat Ikonik dengan Kota Jakarta.

1. Masjid Luar Batang

Masjid Luar Batang adalah nama populer dari Masjid Jami Keramat Luar Batang. Lokasinya terletak di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, tepatnya di Jalan Luar Batang, Gang V No. 1, Kelurahan Penjaringan. Masjid ini sering dikunjungi para peziarah, karenadi dalam kompleks masjid itu terdapat ruang makam keramat Al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus dan asistennya, seorang keturunan Tionghoa bernama Habib Abdul Kadir.

Menilik sejarahnya, berdirinya masjid berawal dari kedatangan seorang pemuda tampan berasal dari belahan Jazirah Arab, tepatnya di daerah Hadhramaut, Yaman Selatan, datang ke Batavia pada 1736 Masehi atau awal abad ke-18. Pemuda yang dilahirkan dalam keadaan yatim piatu itu hijrah ke Batavia melalui Pelabuhan Sunda Kelapa. Pada saat itu Pelabuhan Sunda Kelapa termasuk Bandar yang paling ramai di pulau Jawa.

Di kawasan berawa-rawa dan terdapat banyak pohon bakau, terletak di bagian barat Sunda Kelapa yang berbentuk teluk itulah dibangun surau (musala) oleh Alhabib Husen sebagai tempat beribadah dan bershalawat.Di masjid inilah, Alhabieb menyiarkan agama Islam dan banyak penduduk yang datang untuk mohon doa. Perjuangannya mensyiarkan Islam bukan tanpa rintangan. Habieb Husen, dianggap musuh besar oleh penjajah Belanda. Semasa hidup Habib Husen belum pernah menikah, sampai akhir hayatnya pada Kamis, 17 Ramadan 1169 Hijriah atau bertepatan dengan 27 Juni 1756 Masehi dalam usia kurang lebih 30-40 tahun.

2. Masjid Cut Meutia, Menteng.



Masjid Cut Meutia terletak di Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Lokasinya tidak jauh dari Stasiun KRL Gondangdia. Dulunya, masjid ini adalah bangunan kantor biro arsitek (sekaligus pengembang) N.V. (Naamloze vennootschap, atau Perseroan terbatas) Bouwploeg, Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879 - 1955) yang membangun wilayah Gondangdia di Menteng.

Sebelum difungsikan sebagai mesjid sebagaimana sekarang, bangunan ini pernah digunakan sebagai kantor pos, kantor Jawatan Kereta Api Belanda dan kantor Kempetai Angkatan Laut Jepang (1942 - 1945). Setelah Indonesia merdeka, ia pernah dipergunakan sebagai kantor Urusan Perumahan, hingga Kantor Urusan Agama (1964 - 1970). Dan baru pada zaman pemerintahan Gubernur Ali Sadikin diresmikan sebagai masjid tingkat provinsi dengan surat keputusan nomor SK 5184/1987 tanggal 18 Agustus 1987.

Masjid Cut Meutia memiliki gaya arsitektur yang unik, ciri khas bangunan zaman kolonial Belanda. Masjid ini sangat ikonik di Jakarta. Biasanya kalau bulan Ramadhan selalu dijadikan tempat berbagai kegiatan, salah satunya tempat festival jazz Ramadhan.

3. Masjid Al Makmur Cikini



Lokasinya tepat berada di Cikini. Masjid Al-Makmur dibangun pada 1860 dan menjadi salah satu masjid tertua di Jakarta.

Dulunya, masjid Al Makmur ini merupakan sebidang tanah kosong yang luas milik Raden Saleh Syarif Bustaman atau yang dikenal dengan nama Raden Saleh. Ia seorang pribumi keturunan Jawa yang terkenal tidak hanya di Tanah Air, tetapi juga ke seluruh belahan Eropa.

Kemudian dalam beberapa tahun tanah tersebut mengalami sengketa tanah dengan pemerintah kolonial Belanda. Konon, saat itu ada pihak yang ingin mendirikan pusat perbelanjaan tidak puas dan menuntut agar masjid dipindahkan ke lokasi yang lebih jauh lagi. Akibat tuntutan itu, timbul reaksi dari para tokoh Islam seperti H.O.S. Cokroaminoto (Ketua Sarekat Islam) dibantu Haji Agus Salim dan Abikusno Cokrosuyoso. Sebagai muslim sejati, tentu mereka tidak setuju jika masjid itu dipindahkan.

Akhirnya, bangunan masjid yang ada saat ini masih menyerupai bentuk aslinya itu diresmikan oleh Agus Salim dan ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya Jakarta.

4. Masjid Al Anshor Tambora



Nama masjid ini mungkin jarang terdengar, tak sekondang masjid Jami Pekojan. Tetapi Masjid Al Anshor yang terletak di Pekojan, Tambora, Jakarta Barat ini adalah masjid tertua di DKI Jakarta. Masjid ini tercatat keberadaannya sejak 1648.

Awalnya didirikan oleh dan untuk orang Moor, yaitu pedagang asal Gujarat dan Bengal, yang pada masa itu datang ke Jakarta untuk berdagang.

Meski telah dibangun sejak 1648, namun sulit untuk menentukan bagian mana dari bangunan yang masih terbilang asli. Karena setelah diperbaharui pada 1973 dan 1985, gaya lama bangunan ini agak hilang. Sampai saat ini, bangunan masjid sederhana ini masih ada dan menyatu dengan rumah-rumah di kawasan Tambora.
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الۡحَـىُّ الۡقَيُّوۡمُۚ  لَا تَاۡخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوۡمٌ‌ؕ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِ‌ؕ مَنۡ ذَا الَّذِىۡ يَشۡفَعُ عِنۡدَهٗۤ اِلَّا بِاِذۡنِهٖ‌ؕ يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ اَيۡدِيۡهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡ‌ۚ وَلَا يُحِيۡطُوۡنَ بِشَىۡءٍ مِّنۡ عِلۡمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرۡسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ‌‌ۚ وَلَا يَـــُٔوۡدُهٗ حِفۡظُهُمَا ‌ۚ وَ هُوَ الۡعَلِىُّ الۡعَظِيۡمُ
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Mahatinggi, Mahabesar.

(QS. Al-Baqarah Ayat 255)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More