Mengenal 7 Masjid Tua di Jakarta, Ikonik dan Sarat Sejarah Islam

Senin, 10 Maret 2025 - 10:33 WIB


5. Masjid Jami Al-Atiq Kampung Melayu Besar



Masjid di Jalan Masjid I Kampung Melayu Besar, Jakarta Selatan ini merupakan peninggalan Maulana Hasanuddin, Sultan Banten pertama yang pusat pemerintahannya di daerah Banten Lama. Sultan Maulana Hasanuddin adalah putra Syarif Hidayatul- lah dari istrinya, Ratu Kaung Anten.

Ciri khas arsitektur masjid yang berdiri pada abad ke-16 ini, tampak pada atap bangunan yang bersusun dan lambang panah sebagai simbol bersejarah. Simbol ini juga ada di beberapa masjid di Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Masjid Demak, Masjid Sunan Giri dan Gresik. Masjid ini telah beberapa kali direnovasi, luas masjid yang asli dapat dilihat pada batas keempat tiang yang berdiri kokoh di dalamnya.

6. Masjid Al-Anwar Muara Angke



Dulunya bernama Masjid Angke, terletak di Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Keberadaan masjid ini tidak bisa dilepaskan dengan tokoh-tokoh pejuang dan pendiri Jakarta seperti Pangeran Fatahillah dan Tubagus Angke. Masjid di atas tanah seluas 400 meter persegi, berukuran 15x15 meter ini memang termasuk kecil. Bangunannya memperlihatkan paduan arsitektur gaya Belanda, Banten kuno, dan Cina.

Masjid Al Anwar ini iyakini dibangun oleh sekelompok orang Bali di Batavia pada tahun 1761. Sebagaimana tertulis pada kaligrafi di ambang pintu sebelah timur, Masjid Angke dibangun pada tahun 1761 M (tepatnya, tanggal 26 Sya'ban 1174 H). Mengingat letaknya yang berada di tengah-tengah permukiman --pada saat itu-- suku Bali di Batavia, sejarawan Denys Lombard dan juga Adolf Heuken cenderung menganggap orang-orang Bali itulah yang membangun masjid tersebut.

Dugaan ini diperkuat oleh arsitektur masjid yang untuk sebagiannya berciri budaya Bali. Tercatat pula bahwa pada tahun 1804, seorang kapitan (pemimpin) suku Bali bernama Mohammad Paridan Tousalette Babandan telah menyumbangkan perolehannya dari sewa dua puluh lima rumah petak miliknya di daerah Patuakan (kini kawasan Jl Perniagaan) untuk kas Masjid Angke.

Namun demikian, ada pula yang meyakini bahwa Masjid Angke dibangun oleh seorang wanita Tionghoa bernama Tan Nio, dengan arsiteknya Syaikh Liong Tan. Di pemakaman kecil di belakang masjid ini memang terdapat beberapa kuburan. Yang tertua di antaranya nisannya bertulisan aksara Cina: "Chen men Wang shi zhi mu", 'Nisan ny. Chen yang lahir sebagai Wang'. Namun demikian, keberadaan masjid ini konon diyakini sebagai lokasi pertemuan- pertemuan rahasia melawan Belanda.

7. Masjid Jami An-Nawier Pekojan



Keberadaan masjid Jami an-Nawier atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Jami Pekojan ini tidak dapat di lepaskan dari kiprah pendirinya, Komandan Dahlan. Ia adalah seorang tokoh ulama yang sangat disegani pada masanya. Ia dimakamkan di sebelah utara masjid, dikelilingi batu-batu besar pahatan abad ke-18.

Masjid Jami Pekojan merupakan salah satu masjid tua dan sangat besar pengaruhnya dalam penyebaran agama Islam di Jakarta pada masa lampau. Setiap Jumat tidak kurang dari 2.000 jamaah salat di masjid ini.

(wid)
Halaman :
Lihat Juga :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
وَّمَا هُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ‌ؕ قَلِيۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَۙ
dan ia (Al-Qur'an) bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.

(QS. Al-Haqqah Ayat 41)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More