Pesan Ibnu Qayyim Tentang Mengembangkan Bakat Anak

Kamis, 08 Oktober 2020 - 07:55 WIB
Orang tua harus mendukung anaknya mengembangkan bakat jangan diarahkan kepada sesuatu yang tidak diinginkannya. Foto ilustrasi/ist
Mengenali minat dan bakat anak sejak usia dini akan sangat bermanfaat bagi orangtua untuk mengarahkannya secara tepat dan sesuai usia. Minat dan bakat anak nantinya akan menjadi life skill, yaitu kemampuan khusus untuk dapat bertahan hidup dan menjadi berhasil. Ini menjadi bekal yang sangat bermanfaat hingga mereka dewasa nanti.

Ibnu Qayyim dalam kitab 'Tahdzib Sunan Abi Dawud fi ‘Alam Al-Fawaid' menekankan pentingnya orang tua memperhatikan sejak dini bakat putra-putrinya. Orang tua harus mendukung anaknya mengembangkan bakat jangan diarahkan kepada sesuatu yang tidak diinginkannya.

(Baca juga : Para Suami Tirulah Sikap Romantis Umar bin Khattab )

Menurutnya, orang tua jangan membawa anaknya kepada pekerjaan lain selagi pekerjaan yang menjadi berkat anaknya itu diizinkan ‘syara’. Untuk itu, di antara yang perlu dilakukan orang tua adalah memperhatikan hal ihwal pekerjaan yang kiranya menjadi bakat anak. Orang tua hendaknya tahu setiap anak diciptakan dengan bakat pekerjaan tertentu.

Karena jika orangtua membawa anaknya kepada pekerjaan yang bukan bakatnya, anak itu tidak akan sukses padahal pekerjaan yang menjadi bapaknya tidak terpegang.

(Baca juga : Ketika Ada Dusta Di Antara Pasutri, Bagaimana Hukumnya? )

Ibnu Qayyim menyarankan, jika orang tua melihat anaknya, bagus pemahamannnya, benar pengertiannya, baik hafalannya, dan berkesadaran tinggi, pertanda anak itu bakat menerima ilmu. Untuk itu, hendaknyalah orang tua segera menggoreskan ilmu dalam hatinya. “Selagi masih kosong niscaya ilmu akan melekat padanya dan berkembang bersama pertumbuhan anak itu,” paparnya.

Namun jika orangtua melihat anak itu tidak berbakat seperti yang ditinjau dari segala seginya, tetapi anak itu terlihat lebih cocok menjadi tentara dengan segala penunjangnya seperti ketangkasan mengendarai kendaraan, melempar dan bermain tombak, maka arahkanlah.

(Baca juga : Rekrutmen Guru Urgen, FSGI: Sekolah di Daerah Menjerit Kekurangan Pendidik )

Melihat bakat ketentaraan, orang tua jangan memaksakan anak itu untuk menjadi seseorang yang memperdalam ilmu. Karena anak itu sudah tidak tampak mengarah kepada ilmu dan tidak diciptakan untuk ilmu.

Maka dari itu, hendaklah orang tua memberinya kesempatan anak itu untuk melakukan berbagai hal yang mengarah kepada ketentaraan dan berlatih untuknya. Dengan demikian bakat anak tersebut tersalurkan sehingga akan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Itu lebih bermanfaat baginya dan bagi kaum muslimin.

(Baca juga : Ridwan Kamil Sebut Vaksin Impor untuk Tenaga Medis Tersedia Bulan Depan )

Ibnu Qayyim kembali mencontohkan, jika orang tua melihat anaknya tidak berbakat seperti itu dan tampaknya tidak diciptakan untuk itu, tapi dia perhatian anak itu mengarah kepada salah satu jenis industri dan tampaknya dia berangkat ke sana dan siap menerimanya maka dukunglah.

(Baca juga : UU Cipta Kerja Potong Libur Karyawan, Menaker Ida: Tidak untuk Semua )

Apalagi pekerjaannya yang menjadi bakatnya itu tergolong halal dan bermanfaat bagi manusia, maka berilah kesempatan untuk itu. Perlu diperhatikan, itu semua dilakukan setelah anak itu diajari segala yang ia perlukan dalam soal agama.

Allah Ta'ala telah memudahkan bagi setiap orang terhadap masalah agama, sehingga mengajari agama perlu dilakukan sejak dini kepada anak-anak agar hujjah Allah tetap tegak atas siapapun. Sesungguhnya Allah mempunyai hujjah yang kuat atas sekalian hamba-hamba -Nya seperti Dia memberi mereka nikmat yang sempurna.

Wallahu A'lam
(wid)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abdullah bin Mas'ud, dia berkata, Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Amalah apakah yang paling utama? Beliau menjawab: Shalat pada waktunya. Aku bertanya lagi, Kemudian apa lagi? Beliau menjawab: Berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi, Kemudian apa lagi? Beliau menjawab: Berjuang pada jalan Allah. Kemudian aku tidak menambah pertanyaan lagi karena menjaga perasaan beliau.

(HR. Bukhari No. 5513)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More