Menambal Amal yang Cacat
Kamis, 11 Februari 2021 - 06:42 WIB
Ternyata salah satu penyebab orang dimasukan ke neraka adalah sebab amalan yang banyak dan beragam tapi penuh cacat, baik motif dan niatnya, maupun kaifiyat yg tidak sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Selesai salat misalnya, kita sering melafalkan sebuah doa, “Ya Allah, Ya Rabb, terimalah salat dan semua ibadah kami, serta sempurnakanlah kekurangan kami.”
Baca juga: Hukum Mengucapkan Salam Kepada Lawan Jenis
Karenanya tak dapat disangkal, berbagai ibadah , baik itu salat, zakat, haji dan puasa yang kita lakukan memang tak terlepas dari kekurangan di sana-sini . Sehingga memohon kemurahan Allah Ta'ala untuk memaafkannya, dan jika berkenan untuk menyempurnakannya.
Alkisah suatu hari Atha As-Salami, seorang Tabi`in bermaksud menjual kain yang telah ditenunnya kepada penjual kain di pasar. Setelah diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan, "Ya, Atha sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya."
Begitu mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung lalu menangis. Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, "Atha sahabatku, aku mengatakan dengan sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis, maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dengan harga yang pas."
Tawaran itu dijawabnya, "Wahai sahabatku,engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya? ketahuilah sesungguhnya yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu. Aku menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya,tetapi di mata engkau sebagai ahlinya ternyata ada cacatnya."
Begitulah aku menangis kepada Allah dikarenakan aku menyangka bahwa ibadah yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun ini tidak ada cacatnya, tetapi mungkin di mata Allah sebagai ahli-Nya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis."
Menambal Amal yang Cacat
Dari kisah salah satu Tabi'in ini, menyadari sedini mungkin tentang amal yang kita lakukan apakah sudah sesuai ataukah tidak. Untuk menyempurnakan kekurangan itu, agama telah memberikan solusi untuk menambal berbagai kekurangan dan cacat amal tersebut. Hadis menunjukkan amal-amal sunat dapat dijadikan sebagai penambal kekurangan dan cacat ibadah fardu.
Dinukil dari berbagai sumber, inilah amalan yang dapat menambal amal-amal yang cacat tersebut, di antaranya:
1. Salat
Ash-Shan’ani dalam kitabnya Subulus Salam mengatakan, di antara hikmah salat sunat rawatib adalah sebagai penambal bagi kekurangan dan cacat yang terdapat dalam salat fardu, seperti kurang khusyu atau tawadhunya.
Hal ini didukung oleh hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Hakim, “Amal seseorang yang pertama akan dihisab di hari kiamat adalah salatnya. Apabila dia menyempurnakannya dicatatlah baginya sempurna, jika dia tidak menyempurnakan salatnya, Allah akan berkata kepada malaikat-Nya, “Periksalah apakah kalian menemukan hamba-Ku ini memiliki salat sunnah, dengan itulah sempurnakan salat fardunya. Kemudian zakat juga seperti itu. Beberapa amal diambil sesuai ukurannya.” (Subulus-Salam, 2/4)
Hadis ini menunjukkan, bahwa bukan hanya salat yang akan diperiksa kekurangan dan cacatnya, tetapi juga zakat dan dikiaskanlah ibadah-ibadah lainnya seperti puasa. Jika ibadah ini terdapat kekurangan maka akan dilihat apakah ada amal yang dilakukan untuk menambal kekurangan dan cacat ibadah itu.
2. Sedekah
Ketika kita puasa misalnya, puasa yang kita lakukan rawan untuk ditolak karena penjagaan yang kita lakukan juga sangat kurang. Cobalah duduk di sore hari menjelang berbuka, lalu renungkan apakah ibadah puasa kita hari ini bersih dari noda-noda dosa? Karena puasa yang diterima itu adalah puasa yang bersih dari noda dosa.
Untuk itulah diperlukan suatu amal yang diharapkan dapat menambal kekurangan dan menutupi cacat puasa kita itu. Amal yang diharapkan dapat menambal kekurangan dan cacat itu adalah bersedekah.
Sedekah itu amat besar manfaatnya. Bukan hanya menambal, tetapi juga mengembalikan pahala ibadah. Ini sangat penting, mengingat sering sekali pahala puasa kita hilang karena tindakan berdosa seperti gibah dan kurang menjaga pandangan.
Baca juga: Hati-hati! Modus Mafia Sertifikat Tanah Tambah Ngeri
Al-Ghazali mengutip argumen Ibnu Mas’ud, “Ada seseorang yang telah beribadah selama 70 tahun. Suatu hari dia terjerumus melakukan kekejian, lalu Allah menghapus amal-amalnya. Suatu ketika dia melewati seorang miskin, lalu dia bersedekah kepada si miskin itu dengan sepotong roti, maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan mengembalikan kembali kepadanya kebaikan amalnya selama 70 tahun itu.” Luqman pernah berkata kepada anaknya, “Apabila engkau berbuat kesalahan, maka berikanlah sedekah.” (Ihya, 1/227)
Hadis Nabi Shallalahu alaihi wa sallam menyebutkan, “Sedekah itu memadamkan keburukan sebagaimana air memadamkan api.” (HR Ibnu Al-Mubarak, At-Tirmidzi dan lain-lain)
3. Istigfar
Meminta ampunan pada Allah. Istighfar adalah penutup setiap amalan shalih. Salat lima waktu, haji, salat malam, dan pertemuan dalam majelis biasa ditutup dengan amalan zikir istighfar ini.
Al Hasan Al Bashri berkata, "Perbanyaklah istighfar karena kalian tidaklah tahu kapan waktu turunnya rahmat." Lukman pun pernah berkata pada anaknya, "Wahai anakku, basahilah lisanmu dengan bacaan istighfar (permohonan ampun pada Allah) karena Allah telah memilih beberapa waktu yang doa orang yang meminta tidak tertolak saat itu".(Dikutip dari kitab Lathaif Al-Maarif, karya Ibnu Rajab)
4. Memperbanyak membaca Al-Qur'an
Al-Qur'an akan menjadi pembela bagi pembacanya di akhirat. Rasulullah bersabda, "Pada hari kiamat didatangkan Al-Qur'an dan ahlinya, yaitu orang-orang yang mengamalkannya di dunia. Surat Albaqarah dan Ali Imron pun maju mendampingi dan membelanya," (HR Muslim).
5. Silaturahmi
Orang yang gemar silaturahim akan selalu berhubungan dengan Allah SWT. Dari Aisyah radhiyallahu'anha berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR Bukhari dan Muslim.)
Silaturahim juga dapat menjadi salah satu sebab penting masuk surga dan dijauhkan dari api neraka. Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata, ”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau menjawab, “Menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan salat, menunaikan zakat dan bersilaturahim.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).
Meski terkesan sepele, silaturahim adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah SWT, serta tanda takutnya seorang hamba kepada Allah. “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS: Arra’d, 21).
Wallahu A'lam
Selesai salat misalnya, kita sering melafalkan sebuah doa, “Ya Allah, Ya Rabb, terimalah salat dan semua ibadah kami, serta sempurnakanlah kekurangan kami.”
Baca juga: Hukum Mengucapkan Salam Kepada Lawan Jenis
Karenanya tak dapat disangkal, berbagai ibadah , baik itu salat, zakat, haji dan puasa yang kita lakukan memang tak terlepas dari kekurangan di sana-sini . Sehingga memohon kemurahan Allah Ta'ala untuk memaafkannya, dan jika berkenan untuk menyempurnakannya.
Alkisah suatu hari Atha As-Salami, seorang Tabi`in bermaksud menjual kain yang telah ditenunnya kepada penjual kain di pasar. Setelah diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain mengatakan, "Ya, Atha sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya."
Begitu mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung lalu menangis. Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, "Atha sahabatku, aku mengatakan dengan sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis, maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dengan harga yang pas."
Tawaran itu dijawabnya, "Wahai sahabatku,engkau menyangka aku menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya? ketahuilah sesungguhnya yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu. Aku menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya,tetapi di mata engkau sebagai ahlinya ternyata ada cacatnya."
Begitulah aku menangis kepada Allah dikarenakan aku menyangka bahwa ibadah yang telah aku lakukan selama bertahun-tahun ini tidak ada cacatnya, tetapi mungkin di mata Allah sebagai ahli-Nya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis."
Menambal Amal yang Cacat
Dari kisah salah satu Tabi'in ini, menyadari sedini mungkin tentang amal yang kita lakukan apakah sudah sesuai ataukah tidak. Untuk menyempurnakan kekurangan itu, agama telah memberikan solusi untuk menambal berbagai kekurangan dan cacat amal tersebut. Hadis menunjukkan amal-amal sunat dapat dijadikan sebagai penambal kekurangan dan cacat ibadah fardu.
Dinukil dari berbagai sumber, inilah amalan yang dapat menambal amal-amal yang cacat tersebut, di antaranya:
1. Salat
Ash-Shan’ani dalam kitabnya Subulus Salam mengatakan, di antara hikmah salat sunat rawatib adalah sebagai penambal bagi kekurangan dan cacat yang terdapat dalam salat fardu, seperti kurang khusyu atau tawadhunya.
Hal ini didukung oleh hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Al-Hakim, “Amal seseorang yang pertama akan dihisab di hari kiamat adalah salatnya. Apabila dia menyempurnakannya dicatatlah baginya sempurna, jika dia tidak menyempurnakan salatnya, Allah akan berkata kepada malaikat-Nya, “Periksalah apakah kalian menemukan hamba-Ku ini memiliki salat sunnah, dengan itulah sempurnakan salat fardunya. Kemudian zakat juga seperti itu. Beberapa amal diambil sesuai ukurannya.” (Subulus-Salam, 2/4)
Hadis ini menunjukkan, bahwa bukan hanya salat yang akan diperiksa kekurangan dan cacatnya, tetapi juga zakat dan dikiaskanlah ibadah-ibadah lainnya seperti puasa. Jika ibadah ini terdapat kekurangan maka akan dilihat apakah ada amal yang dilakukan untuk menambal kekurangan dan cacat ibadah itu.
2. Sedekah
Ketika kita puasa misalnya, puasa yang kita lakukan rawan untuk ditolak karena penjagaan yang kita lakukan juga sangat kurang. Cobalah duduk di sore hari menjelang berbuka, lalu renungkan apakah ibadah puasa kita hari ini bersih dari noda-noda dosa? Karena puasa yang diterima itu adalah puasa yang bersih dari noda dosa.
Untuk itulah diperlukan suatu amal yang diharapkan dapat menambal kekurangan dan menutupi cacat puasa kita itu. Amal yang diharapkan dapat menambal kekurangan dan cacat itu adalah bersedekah.
Sedekah itu amat besar manfaatnya. Bukan hanya menambal, tetapi juga mengembalikan pahala ibadah. Ini sangat penting, mengingat sering sekali pahala puasa kita hilang karena tindakan berdosa seperti gibah dan kurang menjaga pandangan.
Baca juga: Hati-hati! Modus Mafia Sertifikat Tanah Tambah Ngeri
Al-Ghazali mengutip argumen Ibnu Mas’ud, “Ada seseorang yang telah beribadah selama 70 tahun. Suatu hari dia terjerumus melakukan kekejian, lalu Allah menghapus amal-amalnya. Suatu ketika dia melewati seorang miskin, lalu dia bersedekah kepada si miskin itu dengan sepotong roti, maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan mengembalikan kembali kepadanya kebaikan amalnya selama 70 tahun itu.” Luqman pernah berkata kepada anaknya, “Apabila engkau berbuat kesalahan, maka berikanlah sedekah.” (Ihya, 1/227)
Hadis Nabi Shallalahu alaihi wa sallam menyebutkan, “Sedekah itu memadamkan keburukan sebagaimana air memadamkan api.” (HR Ibnu Al-Mubarak, At-Tirmidzi dan lain-lain)
3. Istigfar
Meminta ampunan pada Allah. Istighfar adalah penutup setiap amalan shalih. Salat lima waktu, haji, salat malam, dan pertemuan dalam majelis biasa ditutup dengan amalan zikir istighfar ini.
Al Hasan Al Bashri berkata, "Perbanyaklah istighfar karena kalian tidaklah tahu kapan waktu turunnya rahmat." Lukman pun pernah berkata pada anaknya, "Wahai anakku, basahilah lisanmu dengan bacaan istighfar (permohonan ampun pada Allah) karena Allah telah memilih beberapa waktu yang doa orang yang meminta tidak tertolak saat itu".(Dikutip dari kitab Lathaif Al-Maarif, karya Ibnu Rajab)
4. Memperbanyak membaca Al-Qur'an
Al-Qur'an akan menjadi pembela bagi pembacanya di akhirat. Rasulullah bersabda, "Pada hari kiamat didatangkan Al-Qur'an dan ahlinya, yaitu orang-orang yang mengamalkannya di dunia. Surat Albaqarah dan Ali Imron pun maju mendampingi dan membelanya," (HR Muslim).
5. Silaturahmi
Orang yang gemar silaturahim akan selalu berhubungan dengan Allah SWT. Dari Aisyah radhiyallahu'anha berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR Bukhari dan Muslim.)
Silaturahim juga dapat menjadi salah satu sebab penting masuk surga dan dijauhkan dari api neraka. Dari Abu Ayub Al Anshari, beliau berkata, seorang berkata, ”Wahai Rasulullah, beritahulah saya satu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam syurga.” Beliau menjawab, “Menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan salat, menunaikan zakat dan bersilaturahim.”” (Diriwayatkan oleh Jama’ah).
Meski terkesan sepele, silaturahim adalah ketaatan dan amalan yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah SWT, serta tanda takutnya seorang hamba kepada Allah. “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS: Arra’d, 21).
Wallahu A'lam
(wid)