Ustaz Adi Hidayat: Rajin Tahajud Tapi Masuk Neraka, Ini Penyebabnya
Rabu, 17 Maret 2021 - 13:48 WIB
USTAZ Adi Hidayat mengingatkan bahwa ibadah yang dimbangi dengan perbuatan tercela bisa menjadikan seseorang masuk neraka. "Kalau ada orang yang rajin salat tetapi masih bermasalah dengan tetangganya, maka ada yang salah dengan salatnya itu," tutur Ustaz Adi Hidayat.
Pendiri Quantum Akhyar Institute ini sebagaimana diayangkan kanal Ceramah Pendek di jaringan YouTube mengutip hadis dari Abu Hurairah ra .
Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?”
Para sahabat menjawab, “Menurut kami, orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.”
وعن أبي هُريرةَ - رضي الله عنه - : أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ إنَّ المُفْلسَ مِنْ أُمَّتي مَنْ يأتي يَومَ القيامَةِ بصلاةٍ وصيامٍ وزَكاةٍ ، ويأتي وقَدْ شَتَمَ هَذَا، وقَذَفَ هَذَا ، وَأَكَلَ مالَ هَذَا ، وسَفَكَ دَمَ هَذَا ، وَضَرَبَ هَذَا ، فيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، وهَذَا مِنْ حَسناتهِ ، فإنْ فَنِيَتْ حَسَناتُه قَبْل أنْ يُقضى مَا عَلَيهِ ، أُخِذَ منْ خَطَاياهُم فَطُرِحَتْ عَلَيهِ ، ثُمَّ طُرِحَ في النَّارِ. رواه مُسلم
Rasul SAW bersabda: orang yang bankrut nanti di hari kiamat itu ialah yang datang –kepada Allah- dengan membawa pahala salat, zakat, akan tetapi –di dunia- ia telah mencaci orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain tidak haq, menumpahkan darah yang lain, memukul orang lain.
Maka kebaikannya diambil dan diberikan kepada korban-korbannya. Sampai jika kebaikannya habis dan tanggungannya belum selesai, kesalahan –dosa- yang ada pada orang-orang tersebut diambil dan ditimpakan kepadanya. Kemudian ia dilempar ke neraka. (HR muslim)
"Kalau ada orang salat tapi rajin mencela orang lain, maka ditransfer pahala salatnya itu kepada orang yang dia cela," jelas Ustaz Adi Hidayat.
Jika orang salatnya bener, kata Ustaz Adi, maka ada lima hal yang dia dapatkan: mudah hidupnya, tenang hatinya, doanya cepat dikabulkan, sukses dalam kehidupannya, dan baik dalam perilakunya.
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS Al-‘Ankabut : 45)
Hakikat Kebangkrutan
Memperhatikan dan menyimak hadis tentang orang yang bangkrut tersebut, ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik.
Ciri orang yang akan bangkrut di akhirat nanti ditandai bahwa orang itu saleh secara ritual (individual), yakni orang tersebut rajin salat, tertib puasa, dan rutin membayar zakat. Namun disayangkan ia tidak salih secara sosial ditandai dengan banyaknya kesalahan yang ia perbuat terhadap sesama dengan suka mencaci maki, memfitnah, makan harta secara tidak sah, menumpahkan darah orang yang dilindungi, serta suka melakukan tindak kekerasan semisal memukul dan sejenisnya.
Hal ini juga sebagai peringatan orang yang hanya mementingkan keshalihan ritual dan tidak salih secara sosial. Bisa juga sebagai peringatan bagi orang yang ibadah vertikalnya tertib namun tidak memiliki efek manfaat kepada sesama.
Dikarenakan di akhirat dinar dan dirham sudah tidak laku dan diberlakukan lagi, maka amal shalihlah sebagai penebus kesalahan-kesalahan yang telah ia lakukan.
Pahala salatnya, puasanya, zakatnya, dan lain-lain akan diambil buat membayar atau menebus kesalahannya. Jika mencukupi tentunya tidak terlalu bermasalah, namun jika belum mencukupi padahal amal salihnya telah habis sementara tuntutan orang yang dirugikan belum selesai, maka dosa orang yang dirugikan tadi diambil untuk dibebankan pada orang yang berbuat salah tadi.
Singkat cerita orang bangkrut di hari akhirat itu memiliki banyak amal kebaikan namun sayangnya kesalahan pada sesama lebih besar nilainya dari pahala yang berhasil ia kumpulkan. Nasib akhirnya bisa ditebak, karena amal kebaikannya habis dan ‘saldo’ dosanya bertambah, maka tempat akhirnya adalah neraka. Na’udzu billah min dzalik.
Selanjutnya, agar kita selamat dari kebangkrutan akhirat ada beberapa hal yang perlu kita lakukan.
Pertama, menjaga hubungan baik dengan Allah SWT dengan berusaha semaksimal mungkin mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kedua, selalu waspada agar jangan sampai (kebanyakan) melakukan kesalahan dan dosa pada sesama baik berupa ucapan, sikap maupun perbuatan.
Ketiga, selesaikanlah di dunia jika kita memiliki kesalahan pada sesama dengan jalan menyesali dan meminta maaf kesalahan itu serta kalau perlu gantilah kerugian itu agar mendapat pengampunan dan kerelaan orang yang kita rugikan.
Keempat, usahakan bahwa timbangan amal kebaikan kita tetap lebih banyak dan berat dibanding timbangan dosa dan kesalahan kita baik kesalahan pada Allah SWT maupun terhadap manusia.
Lakukan Secara Benar
Pada dasarnya, orang yang telah beramal saleh tidak akan menjadi orang yang bangkrut bila ia melakukannya secara benar. Karena, amal saleh yang dilakukan secara benar bisa mencegah dirinya dari melakukan perbuatan dosa, baik dosa kepada Allah ataupun dosa kepada manusia.
Orang yang salat secara benar tentu ia akan selalu berupaya untuk tidak berbuat dosa kepada orang lain. Bukankah salat sebenarnya untuk mencegah dari berbuat keji dan munkar (Al-Ankabut: 45)?
Sebaliknya, orang yang tidak benar salatnya, yaitu mereka yang lalai tentang makna salat, mereka akan tetap tergolong sebagai orang yang celaka (Al-Ma'uun:4-5). Karena, orang seperti itu setelah salat pun tetap suka berbuat dosa, misalnya menyakiti atau membuat susah orang lain.
Berikutnya adalah puasa. Puasa yang dilakukan dengan benar akan menjadikan yang bersangkutan sebagai yang bertakwa. (Al-Baqarah: 183). Yaitu, mereka yang selalu melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Antara lain, tidak menyakiti atau menyusahkan orang lain.
Sebaliknya, puasa yang tak benar, misalnya yang hanya mampu menahan perut dan faraj-nya, tidak akan berhasil mengendalikan diri dari perbuatan dosa, terutama kepada manusia.
Begitu juga dengan zakat dan sedekah. Zakat atau sedekah yang dikeluarkan secara benar bisa menyucikan dan membersihkan jiwa yang bersangkutan (At-Taubah: 103).
Benar yang dimaksud adalah sedekah atau zakat dikeluarkan dengan ikhlas, tanpa ada unsur pamer, serta tanpa menyakiti perasaan si penerima (Al-Baqarah: 264).
Pendiri Quantum Akhyar Institute ini sebagaimana diayangkan kanal Ceramah Pendek di jaringan YouTube mengutip hadis dari Abu Hurairah ra .
Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?”
Para sahabat menjawab, “Menurut kami, orang yang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.”
وعن أبي هُريرةَ - رضي الله عنه - : أنَّ رسولَ الله - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ إنَّ المُفْلسَ مِنْ أُمَّتي مَنْ يأتي يَومَ القيامَةِ بصلاةٍ وصيامٍ وزَكاةٍ ، ويأتي وقَدْ شَتَمَ هَذَا، وقَذَفَ هَذَا ، وَأَكَلَ مالَ هَذَا ، وسَفَكَ دَمَ هَذَا ، وَضَرَبَ هَذَا ، فيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ ، وهَذَا مِنْ حَسناتهِ ، فإنْ فَنِيَتْ حَسَناتُه قَبْل أنْ يُقضى مَا عَلَيهِ ، أُخِذَ منْ خَطَاياهُم فَطُرِحَتْ عَلَيهِ ، ثُمَّ طُرِحَ في النَّارِ. رواه مُسلم
Rasul SAW bersabda: orang yang bankrut nanti di hari kiamat itu ialah yang datang –kepada Allah- dengan membawa pahala salat, zakat, akan tetapi –di dunia- ia telah mencaci orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain tidak haq, menumpahkan darah yang lain, memukul orang lain.
Maka kebaikannya diambil dan diberikan kepada korban-korbannya. Sampai jika kebaikannya habis dan tanggungannya belum selesai, kesalahan –dosa- yang ada pada orang-orang tersebut diambil dan ditimpakan kepadanya. Kemudian ia dilempar ke neraka. (HR muslim)
"Kalau ada orang salat tapi rajin mencela orang lain, maka ditransfer pahala salatnya itu kepada orang yang dia cela," jelas Ustaz Adi Hidayat.
Jika orang salatnya bener, kata Ustaz Adi, maka ada lima hal yang dia dapatkan: mudah hidupnya, tenang hatinya, doanya cepat dikabulkan, sukses dalam kehidupannya, dan baik dalam perilakunya.
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS Al-‘Ankabut : 45)
Hakikat Kebangkrutan
Memperhatikan dan menyimak hadis tentang orang yang bangkrut tersebut, ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik.
Ciri orang yang akan bangkrut di akhirat nanti ditandai bahwa orang itu saleh secara ritual (individual), yakni orang tersebut rajin salat, tertib puasa, dan rutin membayar zakat. Namun disayangkan ia tidak salih secara sosial ditandai dengan banyaknya kesalahan yang ia perbuat terhadap sesama dengan suka mencaci maki, memfitnah, makan harta secara tidak sah, menumpahkan darah orang yang dilindungi, serta suka melakukan tindak kekerasan semisal memukul dan sejenisnya.
Hal ini juga sebagai peringatan orang yang hanya mementingkan keshalihan ritual dan tidak salih secara sosial. Bisa juga sebagai peringatan bagi orang yang ibadah vertikalnya tertib namun tidak memiliki efek manfaat kepada sesama.
Dikarenakan di akhirat dinar dan dirham sudah tidak laku dan diberlakukan lagi, maka amal shalihlah sebagai penebus kesalahan-kesalahan yang telah ia lakukan.
Pahala salatnya, puasanya, zakatnya, dan lain-lain akan diambil buat membayar atau menebus kesalahannya. Jika mencukupi tentunya tidak terlalu bermasalah, namun jika belum mencukupi padahal amal salihnya telah habis sementara tuntutan orang yang dirugikan belum selesai, maka dosa orang yang dirugikan tadi diambil untuk dibebankan pada orang yang berbuat salah tadi.
Singkat cerita orang bangkrut di hari akhirat itu memiliki banyak amal kebaikan namun sayangnya kesalahan pada sesama lebih besar nilainya dari pahala yang berhasil ia kumpulkan. Nasib akhirnya bisa ditebak, karena amal kebaikannya habis dan ‘saldo’ dosanya bertambah, maka tempat akhirnya adalah neraka. Na’udzu billah min dzalik.
Selanjutnya, agar kita selamat dari kebangkrutan akhirat ada beberapa hal yang perlu kita lakukan.
Pertama, menjaga hubungan baik dengan Allah SWT dengan berusaha semaksimal mungkin mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kedua, selalu waspada agar jangan sampai (kebanyakan) melakukan kesalahan dan dosa pada sesama baik berupa ucapan, sikap maupun perbuatan.
Ketiga, selesaikanlah di dunia jika kita memiliki kesalahan pada sesama dengan jalan menyesali dan meminta maaf kesalahan itu serta kalau perlu gantilah kerugian itu agar mendapat pengampunan dan kerelaan orang yang kita rugikan.
Keempat, usahakan bahwa timbangan amal kebaikan kita tetap lebih banyak dan berat dibanding timbangan dosa dan kesalahan kita baik kesalahan pada Allah SWT maupun terhadap manusia.
Lakukan Secara Benar
Pada dasarnya, orang yang telah beramal saleh tidak akan menjadi orang yang bangkrut bila ia melakukannya secara benar. Karena, amal saleh yang dilakukan secara benar bisa mencegah dirinya dari melakukan perbuatan dosa, baik dosa kepada Allah ataupun dosa kepada manusia.
Orang yang salat secara benar tentu ia akan selalu berupaya untuk tidak berbuat dosa kepada orang lain. Bukankah salat sebenarnya untuk mencegah dari berbuat keji dan munkar (Al-Ankabut: 45)?
Sebaliknya, orang yang tidak benar salatnya, yaitu mereka yang lalai tentang makna salat, mereka akan tetap tergolong sebagai orang yang celaka (Al-Ma'uun:4-5). Karena, orang seperti itu setelah salat pun tetap suka berbuat dosa, misalnya menyakiti atau membuat susah orang lain.
Berikutnya adalah puasa. Puasa yang dilakukan dengan benar akan menjadikan yang bersangkutan sebagai yang bertakwa. (Al-Baqarah: 183). Yaitu, mereka yang selalu melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Antara lain, tidak menyakiti atau menyusahkan orang lain.
Sebaliknya, puasa yang tak benar, misalnya yang hanya mampu menahan perut dan faraj-nya, tidak akan berhasil mengendalikan diri dari perbuatan dosa, terutama kepada manusia.
Begitu juga dengan zakat dan sedekah. Zakat atau sedekah yang dikeluarkan secara benar bisa menyucikan dan membersihkan jiwa yang bersangkutan (At-Taubah: 103).
Benar yang dimaksud adalah sedekah atau zakat dikeluarkan dengan ikhlas, tanpa ada unsur pamer, serta tanpa menyakiti perasaan si penerima (Al-Baqarah: 264).
(mhy)