11 Ramadhan, Momen Paling Menyedihkan Bagi Rasulullah
Sabtu, 24 April 2021 - 03:30 WIB
Tanggal 11 Ramadhan adalah hari bersejarah dan tanggal kesedihan bagi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Pada tanggal ini, istri tercinta Beliau Sayyidatuna Khadijah Binti Khuwailid radhiyallahu 'anha kembali ke hadirat Allah.
Beliau wafat tepat pada tanggal 11 Ramadhan, ada yang menyebut tanggal 10 Ramadhan tahun ke 10 kenabian di usia 65 tahun. Sayyidah Khadijah wafat sebelum peristiwa Isra Miraj, tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Ketika itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berusia 50 tahun.
Diriwayatkan, ketika Sayyidah Khadijah sakit menjelang ajal, beliau berkata kepada Rasululllah. "Aku memohon maaf kepadamu Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.
"Jauh dari itu ya Khadijah. Engkau telah meyokong dakwah Islam sepenuhnya," jawab Rasulullah dengan suara lembut.
Kemudian Sayyidah Khadijah memanggil putri tercinta Fathimah Azzahra radhiyallahu 'anha dan berbisik: "Fathimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang aku takutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada Ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku," ucap Sayyidah Khadijah.
Mendengar itu Rasulullah berkata, "Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga."
Ummul mukminin Khadijah pun kemudian mengembuskan nafas terakhirnya di pangkuan mulia Rasulullah. Didekapnya istri Beliau itu dengan perasaan cinta yang teramat sangat. Tumpahlah air mata mulia Beliau dan semua orang yang ada di situ.
Saat itu Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan. Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab salam Jibril dan kemudian bertanya: "Untuk siapa kain kafan itu, ya Jibril?"
"Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fathimah, Ali dan Hasan," jawab Jibril kemudian berhenti berkata dan tiba-tiba menangis.
Rasulullah bertanya, "Kenapa, ya Jibril?"
"Cucumu yang satu, Husain tidak memiliki kafan, dia akan dipenggal dan gugur syahid tanpa kafan dan tak dimandikan," sahut Jibril.
Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah. "Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, Aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha mengetahui semua amalanmu.
"Semua hartamu engkau infaqkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?"
Wafatnya Sayidatuna Khadijah sangat menyedihkan dan menusuk hati Rasulullah. Alangkah pedihnya perasaan Rasulullah karena dua orang yang dicintainya yaitu Sayyidah Khadijah dan pamannya Abu Tholib berpulang ke rahmat Allah. Tahun itu pun disebut sebagai 'Amul Huzni (tahun kesedihan) dalam perjalanan hidup Rasulullah. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan keluarga Beliau.
Sumber:
Kitab Al-Busyro, Sayyid Muhammad Bin Alwi Al Maliky Al Hasani
Beliau wafat tepat pada tanggal 11 Ramadhan, ada yang menyebut tanggal 10 Ramadhan tahun ke 10 kenabian di usia 65 tahun. Sayyidah Khadijah wafat sebelum peristiwa Isra Miraj, tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Ketika itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berusia 50 tahun.
Diriwayatkan, ketika Sayyidah Khadijah sakit menjelang ajal, beliau berkata kepada Rasululllah. "Aku memohon maaf kepadamu Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.
"Jauh dari itu ya Khadijah. Engkau telah meyokong dakwah Islam sepenuhnya," jawab Rasulullah dengan suara lembut.
Kemudian Sayyidah Khadijah memanggil putri tercinta Fathimah Azzahra radhiyallahu 'anha dan berbisik: "Fathimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang aku takutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada Ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku," ucap Sayyidah Khadijah.
Mendengar itu Rasulullah berkata, "Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga."
Ummul mukminin Khadijah pun kemudian mengembuskan nafas terakhirnya di pangkuan mulia Rasulullah. Didekapnya istri Beliau itu dengan perasaan cinta yang teramat sangat. Tumpahlah air mata mulia Beliau dan semua orang yang ada di situ.
Saat itu Malaikat Jibril turun dari langit dengan mengucap salam dan membawa lima kain kafan. Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab salam Jibril dan kemudian bertanya: "Untuk siapa kain kafan itu, ya Jibril?"
"Kafan ini untuk Khadijah, untuk engkau ya Rasulullah, untuk Fathimah, Ali dan Hasan," jawab Jibril kemudian berhenti berkata dan tiba-tiba menangis.
Rasulullah bertanya, "Kenapa, ya Jibril?"
"Cucumu yang satu, Husain tidak memiliki kafan, dia akan dipenggal dan gugur syahid tanpa kafan dan tak dimandikan," sahut Jibril.
Rasulullah berkata di dekat jasad Khadijah. "Wahai Khadijah istriku sayang, demi Allah, Aku takkan pernah mendapatkan istri sepertimu. Pengabdianmu kepada Islam dan diriku sungguh luar biasa. Allah Maha mengetahui semua amalanmu.
"Semua hartamu engkau infaqkan untuk Islam. Kaum muslimin pun ikut menikmatinya. Semua pakaian kaum muslimin dan pakaianku ini juga darimu. Namun begitu, mengapa permohonan terakhirmu kepadaku hanyalah selembar sorban?"
Wafatnya Sayidatuna Khadijah sangat menyedihkan dan menusuk hati Rasulullah. Alangkah pedihnya perasaan Rasulullah karena dua orang yang dicintainya yaitu Sayyidah Khadijah dan pamannya Abu Tholib berpulang ke rahmat Allah. Tahun itu pun disebut sebagai 'Amul Huzni (tahun kesedihan) dalam perjalanan hidup Rasulullah. Semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan keluarga Beliau.
Sumber:
Kitab Al-Busyro, Sayyid Muhammad Bin Alwi Al Maliky Al Hasani
(rhs)