Ibnu Katsir: Nuh Adalah Rasul Pertama Bagi Penduduk Bumi
Selasa, 11 Mei 2021 - 04:44 WIB
Ibnu Katsir dalam kitabnya berjudul Qashash Al-Anbiya menulis ketika kerusakan telah meluas di muka bumi, kesesatan telah mewabah di seluruh pelosok negeri dengan disembahnya berhala di mana-mana, maka Allah mengutus hamba dan Rasul-Nya, Nuh AS. Ia mengajak masyarakat untuk kembali menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dan melarang mereka untuk menyembah selain-Nya.
"Karena itulah Nuh dikatakan sebagai Rasul pertama yang diutus Allah untuk penduduk bumi, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Shahihain tentang syafaat, dari Abu Hayyan, dari Abu Zur'ah bin Amru bin Jarir, dari Abu Hurairah &, dari Nabi &, beliau bersabda,“... Lalu mereka mendatangi Adam dan berkata, “Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan Tangan-Nya, ditiupkan kepadamu roh ciptaan-Nya, memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menganugrahkan dirimu dengan tinggal di surga, sudikah kiranya engkau memintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami? Tidakkah engkau lihat keadaan kami dan apa yang kami rasakan?”
Lalu Adam berkata, “Tuhanku sungguh telah murka, tidak pernah ada kemurkaan seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah ada kemurkaan seperti ini selanjutnya. Aku telah dilarang untuk tidak memakan buah dari pohon terlarang, namun aku melanggarnya.
Dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat), dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat). Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Nuh.”
Lalu mereka mendatangi Nuh dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama bagi penduduk bumi, dan engkau telah diakui sebagai hamba yang bersyukur oleh Allah, tidakkah engkau lihat keadaan kami ini? Sudikah kiranya engkau memintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami?”
Lalu Nuh berkata, “Tuhanku sungguh telah murka, tidak pernah ada kemurkaan seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah ada kemurkaan seperti ini selanjutnya. Dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat), dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat)..” dan seterusnya hingga akhir hadis ini seperti disebutkan oleh Bukhari pada kisah Nuh.
Kisah ini diriwayakan Bukhari Bab Kisah Para Nabi, Bagian: Firman Allah, “Sungguh, Kami benar benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya.” (3340) dan Muslim, Bab Iman, Bagian:Nikmat jang Paling Rendah untuk Penghuni Surga (194).
Setelah Nabi Nuh diangkat sebagai Rasul, ia mengajak masyarakatnya untuk mengesakan Allah, tidak menyekutukan-Nya, hanya menyembah kepada-Nya, tidak menyembah berhala, patung, atau apapun selain-Nya, dan mengakui bahwa tidak ada Ilah dan tidak ada Rabb melainkan Allah, sebagaimana juga diperintahkan kepada Rasul-Rasul setelahnya yang notabene semuanya berasal dari keturunannya, seperti difirmankan oleh Allah, “Dan Kami jadikan anak cucunya orang orang yang melanjutkan keturunan.” (Ash Shaffat:77).
Pada ayat lain juga difirmankan, “Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya.” (Al Hadid:26). Maksuddari ayat tersebut: semua Nabi yang diutus setelah Nuh adalah dari keturunannya, begitu juga dengan Ibrahim.
Tugas utama para Nabi itu adalah, seperti difirmankan Allah, “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah thagut.” (An Nahl:36). Juga firman-Nya, “Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, “Apakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain (Allah) Yang Maha Pengasih untuk disembah?” (Az Zukhruf:45).
Allah juga berfirman, “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (Al Anbiyaa':25).
Oleh karena itu Nabi Nuh berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (Kiamat) (Al A'raf:59).
Ia juga berkata, “Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Aku benar benar khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat pedih.” (Hud:26).
Ia juga berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, (karena) tidak ada tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada Nya)?” (Al Mukminun:23).
Ia juga berkata, “Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Dia mengampuni sebagian dosa dosamu dan menangguhkan kamu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sungguh, ketetapan Allah itu apabila telah datang tidak dapat ditunda, seandainya kamu mengetahui.”
Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.
"Karena itulah Nuh dikatakan sebagai Rasul pertama yang diutus Allah untuk penduduk bumi, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Shahihain tentang syafaat, dari Abu Hayyan, dari Abu Zur'ah bin Amru bin Jarir, dari Abu Hurairah &, dari Nabi &, beliau bersabda,“... Lalu mereka mendatangi Adam dan berkata, “Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia, Allah menciptakanmu dengan Tangan-Nya, ditiupkan kepadamu roh ciptaan-Nya, memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadamu, dan menganugrahkan dirimu dengan tinggal di surga, sudikah kiranya engkau memintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami? Tidakkah engkau lihat keadaan kami dan apa yang kami rasakan?”
Lalu Adam berkata, “Tuhanku sungguh telah murka, tidak pernah ada kemurkaan seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah ada kemurkaan seperti ini selanjutnya. Aku telah dilarang untuk tidak memakan buah dari pohon terlarang, namun aku melanggarnya.
Dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat), dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat). Pergilah kalian kepada orang lain, pergilah kalian kepada Nuh.”
Lalu mereka mendatangi Nuh dan berkata, “Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama bagi penduduk bumi, dan engkau telah diakui sebagai hamba yang bersyukur oleh Allah, tidakkah engkau lihat keadaan kami ini? Sudikah kiranya engkau memintakan syafaat kepada Tuhanmu untuk kami?”
Lalu Nuh berkata, “Tuhanku sungguh telah murka, tidak pernah ada kemurkaan seperti ini sebelumnya, dan tidak akan pernah ada kemurkaan seperti ini selanjutnya. Dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat), dirikulah (yang seharusnya mendapatkan syafaat)..” dan seterusnya hingga akhir hadis ini seperti disebutkan oleh Bukhari pada kisah Nuh.
Kisah ini diriwayakan Bukhari Bab Kisah Para Nabi, Bagian: Firman Allah, “Sungguh, Kami benar benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya.” (3340) dan Muslim, Bab Iman, Bagian:Nikmat jang Paling Rendah untuk Penghuni Surga (194).
Setelah Nabi Nuh diangkat sebagai Rasul, ia mengajak masyarakatnya untuk mengesakan Allah, tidak menyekutukan-Nya, hanya menyembah kepada-Nya, tidak menyembah berhala, patung, atau apapun selain-Nya, dan mengakui bahwa tidak ada Ilah dan tidak ada Rabb melainkan Allah, sebagaimana juga diperintahkan kepada Rasul-Rasul setelahnya yang notabene semuanya berasal dari keturunannya, seperti difirmankan oleh Allah, “Dan Kami jadikan anak cucunya orang orang yang melanjutkan keturunan.” (Ash Shaffat:77).
Pada ayat lain juga difirmankan, “Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh dan Ibrahim dan Kami berikan kenabian dan kitab (wahyu) kepada keturunan keduanya.” (Al Hadid:26). Maksuddari ayat tersebut: semua Nabi yang diutus setelah Nuh adalah dari keturunannya, begitu juga dengan Ibrahim.
Tugas utama para Nabi itu adalah, seperti difirmankan Allah, “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah thagut.” (An Nahl:36). Juga firman-Nya, “Dan tanyakanlah (Muhammad) kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum engkau, “Apakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain (Allah) Yang Maha Pengasih untuk disembah?” (Az Zukhruf:45).
Allah juga berfirman, “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (Al Anbiyaa':25).
Oleh karena itu Nabi Nuh berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (Kiamat) (Al A'raf:59).
Ia juga berkata, “Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Aku benar benar khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat pedih.” (Hud:26).
Ia juga berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, (karena) tidak ada tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada Nya)?” (Al Mukminun:23).
Ia juga berkata, “Wahai kaumku! Sesungguhnya aku ini seorang pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Dia mengampuni sebagian dosa dosamu dan menangguhkan kamu (memanjangkan umurmu) sampai pada batas waktu yang ditentukan. Sungguh, ketetapan Allah itu apabila telah datang tidak dapat ditunda, seandainya kamu mengetahui.”
Dia (Nuh) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.