Jangan Sampai Lupa! Inilah Makna Dua Kalimat Syahadat
Selasa, 22 Juni 2021 - 15:16 WIB
Dua Kalimat Syahadat sudah tidak asing lagi bagi umat Islam. Kalimat tauhid ini selalu dibaca setiap sholat. Apa sebenarnya makna yang terkandung di dalam kalimat agung ini?
Berikut penjelasan Dai lulusan Hadhramaut Yaman, Al-Habib Quraisy Baharun. Dari Abdullah bin Umar rodhiyallahu 'anhuma, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
بني الإسلام على خمس : شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمد عبده رسوله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وحج البيت وصوم رمضان
"Pondasi agama Islam dibangun di atas lima perkara, (1) Bersaksi bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, (2) Menegakkan sholat, (3) Menunaikan zakat, (4) Haji ke baitullah, (5) Puasa di bulan Ramadhan." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Keutamaan Mengucap Kalimat 'La Ilaha Illallah'
Bersaksi dengan syahadat tauhid "Laa ilaaha illallaah" yaitu aku bersaksi dengan lisanku dan membenarkan dengan hatiku bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah dan tidak ada yang patut diberikan penghambaan dan pengagungan sebagaimana pengagungan kepada Allah.
Para Ulama menjelaskan kalimat "Laa ilaaha illallaah" mengandung dua rukun:
1. An-Nafyu (penafian) yang terkandung dalam kalimat "Laa ilaaha" (tidak ada sesembahan yang benar) yaitu meniadakan dan menganggap batil semua sesembahan selain Allah (baik dalam bentuk keris, batu, pohon, manusia, jin, hewan dan makhluk-makhluk yang lain)
2. Al-Itsbat (penetapan) yang terkandung dalam kalimat "illallaah" (hanya Allah semata) yaitu menetapkan hanya Allah semata satu-satuNya pihak yang berhak disembah dengan cara yang diridhoi-Nya.
Allah menyebutkan ucapan Nabi Ibrahim yang konsekuen dengan kalimat tauhid tatkala mengingkari ayahnya dan kaumnya yang menyembah berhala, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah tetapi (aku hanya menyembah) Tuhan yang menciptakan aku." (QS Az-Zukhruf: 26-27)
Sedangkan bersaksi dengan syahadat tho'ah "Muhammadan 'abduhu wa rosuluh" yaitu aku bersaksi dengan lisanku dan membenarkan dengan hatiku bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.
Allah mengutus beliau kepada seluruh manusia dan mewajibkan mereka untuk membenarkan kabar yang beliau bawa dan menaati beliau melebihi ketaatan kepada manusia seluruhnya.
Siapa saja yang menaati beliau maka dia mukmin, siapa saja yang mengingkari beliau maka dia kafir.
Syahadat tho'ah "Muhammad Abduhu wa Rosuluh" mengandung dua rukun, yaitu:
1. Tidak ifroth (berlebihan-lebihan) mengkultuskan seperti Tuhan seperti yang terjadi kepada Nabi Isa, As. yang terkandung dalam kalimat "Abduhu" (hamba-Nya) yaitu beliau juga manusia yang diciptakan sebagaimana manusia yang lainnya, hanya saja Rasulullah tidak seperti manusia biasa lainnya. Kita tidur, Rasulullah juga tidur. Namun hatinya Rasulullah tetap terikat dengan Allah. Makanya para ulama mengatakan dalam bait syairnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, Manusia tetapi tidak seperti manusia biasa.
2. Tidak tafrith (meremehkan) yang terkandung dalam kalimat "Rosuluh" (Rosul-Nya) yaitu Allah mengangkat derajat beliau di atas seluruh manusia sebagai seorang Nabi dan Rasul, maka tidak boleh meremehkan kedudukan beliau dengan menganggapnya hanya tokoh sejarah, mengolok-olok ajaran beliau, bahkan kita wajib mencintai beliau melebihi kecintaan kita kepada kedua orangtua, anak, dan manusia seluruhnya termasuk diri kita sendiri.
Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS Al-Imran: 164)
Semoga dengan memahami Dua Kalimat Syahadat, kita dimudahkan untuk mengucapkannya di saat akhir hayat kita. Aamiin!
Wallahu A'lam
Berikut penjelasan Dai lulusan Hadhramaut Yaman, Al-Habib Quraisy Baharun. Dari Abdullah bin Umar rodhiyallahu 'anhuma, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
بني الإسلام على خمس : شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمد عبده رسوله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وحج البيت وصوم رمضان
"Pondasi agama Islam dibangun di atas lima perkara, (1) Bersaksi bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah dan bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, (2) Menegakkan sholat, (3) Menunaikan zakat, (4) Haji ke baitullah, (5) Puasa di bulan Ramadhan." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Baca Juga: Keutamaan Mengucap Kalimat 'La Ilaha Illallah'
Bersaksi dengan syahadat tauhid "Laa ilaaha illallaah" yaitu aku bersaksi dengan lisanku dan membenarkan dengan hatiku bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah dan tidak ada yang patut diberikan penghambaan dan pengagungan sebagaimana pengagungan kepada Allah.
Para Ulama menjelaskan kalimat "Laa ilaaha illallaah" mengandung dua rukun:
1. An-Nafyu (penafian) yang terkandung dalam kalimat "Laa ilaaha" (tidak ada sesembahan yang benar) yaitu meniadakan dan menganggap batil semua sesembahan selain Allah (baik dalam bentuk keris, batu, pohon, manusia, jin, hewan dan makhluk-makhluk yang lain)
2. Al-Itsbat (penetapan) yang terkandung dalam kalimat "illallaah" (hanya Allah semata) yaitu menetapkan hanya Allah semata satu-satuNya pihak yang berhak disembah dengan cara yang diridhoi-Nya.
Allah menyebutkan ucapan Nabi Ibrahim yang konsekuen dengan kalimat tauhid tatkala mengingkari ayahnya dan kaumnya yang menyembah berhala, "Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah tetapi (aku hanya menyembah) Tuhan yang menciptakan aku." (QS Az-Zukhruf: 26-27)
Sedangkan bersaksi dengan syahadat tho'ah "Muhammadan 'abduhu wa rosuluh" yaitu aku bersaksi dengan lisanku dan membenarkan dengan hatiku bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.
Allah mengutus beliau kepada seluruh manusia dan mewajibkan mereka untuk membenarkan kabar yang beliau bawa dan menaati beliau melebihi ketaatan kepada manusia seluruhnya.
Siapa saja yang menaati beliau maka dia mukmin, siapa saja yang mengingkari beliau maka dia kafir.
Syahadat tho'ah "Muhammad Abduhu wa Rosuluh" mengandung dua rukun, yaitu:
1. Tidak ifroth (berlebihan-lebihan) mengkultuskan seperti Tuhan seperti yang terjadi kepada Nabi Isa, As. yang terkandung dalam kalimat "Abduhu" (hamba-Nya) yaitu beliau juga manusia yang diciptakan sebagaimana manusia yang lainnya, hanya saja Rasulullah tidak seperti manusia biasa lainnya. Kita tidur, Rasulullah juga tidur. Namun hatinya Rasulullah tetap terikat dengan Allah. Makanya para ulama mengatakan dalam bait syairnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, Manusia tetapi tidak seperti manusia biasa.
2. Tidak tafrith (meremehkan) yang terkandung dalam kalimat "Rosuluh" (Rosul-Nya) yaitu Allah mengangkat derajat beliau di atas seluruh manusia sebagai seorang Nabi dan Rasul, maka tidak boleh meremehkan kedudukan beliau dengan menganggapnya hanya tokoh sejarah, mengolok-olok ajaran beliau, bahkan kita wajib mencintai beliau melebihi kecintaan kita kepada kedua orangtua, anak, dan manusia seluruhnya termasuk diri kita sendiri.
Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS Al-Imran: 164)
Semoga dengan memahami Dua Kalimat Syahadat, kita dimudahkan untuk mengucapkannya di saat akhir hayat kita. Aamiin!
Wallahu A'lam
(rhs)