Pelajaran Berharga dari Empat Kisah dalam Surat Al Kahfi

Kamis, 23 September 2021 - 15:25 WIB
Gua Ashabul Kahfi di Yordania. Kisah ini tertuang dalam surat Al-Kahfi ayat 9-20 (Foto/Ilustrasi/msm.cam.ac.uk)
ADA empat kisah yang terkandung di dalam surat Al Kahfi . Masing-masing kisah bernilai tinggi karena menyembunyikan pelajaran. Sedikit kaum muslim yang mengetahui hal ini.

Kisah pertama, adalah kisah Ashabul Kahfi (ayat 9-20). Kedua, kisah pemilik dua kebun dan sahabatnya (ayat 32-44). Ketiga, mengisahkan tentang pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir (ayat 60-82). Keempat, kisah tentang Dzulqarnain (ayat 83-98).



Kisah Ashabul Kahfi tertuang dalam surat Al Kahfi ayat 9-20 . Kisah ini menceritakan tentang tujuh pemuda yang berserah diri kepada Allah SWT untuk menyelamatkan agamanya.

Mereka melakukan hal itu untuk menjauh dari raja yang zalim dan kafir. Raja ini berjalan dengan penuh kesombongan dan bersikap tidak adil, serta menekan orang-orang yang menyembah kepada Allah SWT. Jika mereka tidak bersembunyi, bisa jadi mereka dibunuh.



Karena itu, tujuh pemuda itu pun terpaksa mengasingkan diri karena tidak mendapat tempat bagi orang-orang beriman seperti mereka. Mereka mengasingkan diri ke gua untuk mencari pertolongan Allah SWT dan berserah diri pada-Nya, memohon petunjuk-Nya dan kasih sayang-Nya.

Mereka tidur dalam gua tersebut dan terbangun setelah sekian lama selama berabad-abad. Setelah terbangun itulah, musuh dan harta kekayaan mereka pun sudah tidak ada lagi.

Kisah tersebut mengajarkan tentang upaya para pemuda untuk melakukan perubahan di daerahnya yang telah rusak. Mereka tidak mampu mengajak orang-orang kala itu untuk beriman kepada Allah SWT dengan lisannya atau bahkan dengan tangannya.

Namun mereka tetap berupaya mengajak orang-orang untuk beriman kepada Allah SWT dengan menggunakan hatinya. Ini sesuai sabda Nabi SAW terkait dakwah dengan hati, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.



Pemilik Kebun dan Sahabatnya

Selanjutnya pada kisah kedua, yakni tentang pemilik dua kebun dan sahabatnya. Kisah ini terdapat pada surat Al Kahfi ayat 32-44 . Dikisahkan bahwa pemilik dua kebun itu diberikan keberlimpahan harta, sedangkan sahabatnya hidup dalam kemiskinan. Namun meski miskin, dia mendapat nikmat iman kepada Allah SWT.

Sedangkan temannya, yang punya dua kebun itu, memiliki banyak harta dan pengikut. Lalu dia bersikap sombong dengan mengejek sahabatnya yang miskin itu karena tidak punya harta yang lebih banyak dan pengikut.

Si miskin berusaha mengingatkannya agar beriman kepada Allah SWT, tetapi pada akhirnya si kaya itu tenggelam di kebun miliknya.

Salah satu hikmah dari kisah itu yaitu mengenai cara si miskin mengingatkan sahabatnya itu dengan bujukan dan persuasif. Ini adalah cara kedua dalam membuat perubahan ke arah yang diridhoi Allah SWT, seperti yang diajarkan Rasulullah SAW, yaitu dakwah dengan lisan.

Baca juga: Faedah Membaca Surat Al Kahfi akan Diterangi Cahaya pada Dua Jumat, Apa Maksudnya?

Pertemuan Nabi Musa dan Khidir

Kisah ketiga, surat Al Kahfi ayat 60-82 mengisahkan tentang pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir. Dari kisah mereka, kita dapat mengetahui Nabi Musa yang ingin haus akan ilmu pengetahuan dan rela menanggung kesulitan untuk meraih itu.

Musa adalah Nabi, utusan Allah SWT, tetapi, dia tetap punya ketertarikan untuk mempelajari sains yang ada dalam realitas kehidupan nyata. Dia ingin melihat dengan matanya sendiri ilmu yang digunakan oleh orang saleh.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Handlalah bin Ali bahwa Mihjan bin Al Adra' telah menceritakan kepadanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke dalam masjid, lalu beliau mendapati seorang laki-laki membaca tasyahud seusai shalat yang mengucapkan: Allahumma inni as'aluka Ya Allah Al Ahad As Shamad alladzii lam yalid wa lam yuulad walam yakul lahuu kufuwan ahad antaghfira lii dzunuubi innaka antal ghafuurur rakhiim (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, Dzat yang Maha Esa, Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia, semoga Engkau mengampuni dosa-dosaku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  Maka beliau bersabda: Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni, Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni, Sungguh dosa-dosanya telah di ampuni.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 835)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More